Presiden Joko Widodo meminta Menko Polhukam Mahfud MD beserta jajarannya untuk mengungkap Tragedi Kanjuruhan lebih cepat.
Menurut Jokowi, pengungkapan Tragedi Kanjuruhan bisa lebih cepat dilakukan Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) karena sudah banyak titik terang.
"Kan sudah disampaikan Menko Polhukam beliau minta satu bulan tapi saya minta secepat-cepatnya karena ini barangnya kelihatan semua," kata Jokowi saat berada di Malang, Jawa Timur, Rabu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam kesempatan itu, Jokowi meminta tim mengusut kasus tersebut kurang dari sebulan. Ia juga meminta pihak yang bersalah segera dipidana bila terbukti salah.
"Yang bersalah diberikan sanksi kalo ada unsur pidana, maka dipidanakan," ujar Jokowi menegaskan.
Lihat Juga : |
Komisioner Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) Choirul Anam mengatakan pihaknya menemukan indikasi banyak korban tragedi Kanjuruhan tewas karena gas air mata.
Anam berujar Komnas HAM menemukan jejak luka yang sama di banyak jenazah, yaitu lebam biru di wajah. Dia menduga hal itu disebabkan karena korban kekurangan oksigen akibat terkena gas air mata.
"Pertama adalah kondisi jenazahnya banyak yang mukanya biru. Jadi, muka biru ini banyak," kata Anam melalui keterangan video kepada wartawan, Rabu.
"Ini yang menunjukkan kemungkinan besar karena kekurangan oksigen, karena juga gas air mata. Jadi muka biru, terus ada yang matanya merah, keluar juga busa," imbuhnya.
Usai Tragedi Kanjuruhan, pejabat kepolisian dan TNI mendatangi rumah keluarga korban di sejumlah wilayah Malang dan sekitarnya. Dalam kunjungannya itu, para pejabat itu pun tak lupa menawarkan keluarga korban ataupun korban untuk masuk menjadi polisi atau TNI.
"Kalau kamu masuk polisi mau enggak?" tanya Listyo kepada salah satu anak di rumah keluarga korban tewas Tragedi Kanjuruhan saat bertakziah, Senin (3/10).
Pun demikian tawaran dari Kapolres Jombang AKBP Moh Nurhidayat saat bertakziah ke rumah salah satu korban tewas Tragedi Kanjuruhan di wilayahnya.
Dia menawarkan adik dari korban yang masih duduk di bangku SMP untuk masuk kepolisian juga.
"Pak Kapolri menyampaikan memang yang diutamakan adalah untuk pendaftaran yang tahun ini. Karena adik almarhum masih kelas 3 SMP, ini menjadi bahan pertimbangan Polda. Nanti akan kami sampaikan informasi (keputusan Polda) kepada pihak keluarga," kata Nurhidayat kepada wartawan di rumah duka, Rabu (5/10).
Sementara itu Pangdam V Brawijaya Mayjen TNI Nurchahyanto menawari korban tendangan prajuritnya di Kanjuruhan untuk menjadi tentara. Hal itu pun dikonfirmasi ibunda korban, Irsotul. Isrotul bercerita saat Pangdam Brawijaya datang ke rumahnya pada Selasa (4/10), dia bertanya ke putranya tersebut soal cita-cita.
Nurchahyanto kemudian menawarkan warga Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang itu untuk masuk TNI sebagai tentara
"Saya enggak tahu jelas, sempat ditanyain (sama Pangdam) cita-citanya apa? Kalau mau jadi tentara silakan. Tapi anak saya enggak mau, mungkin kalau dia mau bisa juga ditawari jadi TNI AD tanpa tes. Saat itu anak saya jawab ingin jadi wirausaha," ujar Isrotul, Rabu (5/10 ).
Namun, langkah pejabat menawarkan masuk ke institusi itu dikritik. Salah satunya pengamat kepolisian dari ISESS Bambang Rukminto yang menilai tawaran Listyo tidak proporsional dan terasa kurang mendidik.
"Terlepas dari niat baik yang patut kita hargai, pola-pola pemberian janji-janji dan harapan seperti ini tidak proporsional dan tidak mendidik dengan cara yang benar," ujar Bambang kepada CNNIndonesia.com, Selasa (4/10).
Bambang menegaskan saat ini yang jauh lebih penting bagi polisi adalah segera mengusut tuntas penyebab utama insiden maut di Stadion Kanjuruhan. Hal itu, kata dia, akan lebih melegakan keluarga korban ketimbang tawaran masuk polisi.
Selain itu, Bambang mengingatkan bahwa yang tidak kalah penting adalah memastikan rekrutmen polisi berjalan profesional dan bukan didasari rasa belas kasihan semata.
Lihat Juga : |