"Enggak diusir, paling kalau mereka mau laporan foto, kita minggir dulu,"
Sambil melayani pembeli, ucapan itu dilontarkan Ratih -bukan nama sebenarnya- seorang pedagang kaki lima (PKL) kepada CNNIndonesia.com. Ratih berjualan es tepat di trotoar jalan di salah satu titik di Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat.
Di sebelah lapak kecilnya, deretan sepeda motor terparkir cukup rapi, di atas trotoar juga. Seorang juru parkir duduk celingak-celingak. Sesekali mengarahkan motor yang lewat untuk mau parkir di trotoar.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pemandangan di atas jamak terlihat jika mendatangi kawasan pasar tekstil terbesar di Asia Tenggara itu. Para PKL menjajakan berbagai jenis dagangan. Ada kaca mata, makanan hingga pakaian dalam.
PKL terlihat mulai dari trotoar depan Blok G, Blok F, Blok B hingga Blok A. Lapak semi permanen mengokupansi trotoar selebar kurang dari tiga meter, hanya menyisakan setapak untuk pejalan kaki.
Saat itu, pembeli sebenarnya tak banyak-banyak amat. Bahkan bisa dibilang jarang. Kondisi itu membuat para pedagang lebih banyak menghabiskan waktu saling bercengkerama satu sama lain.
Menurut seorang PKL lainnya, kondisi sepi itu yang juga membuat petugas Satpol PP tak menindak mereka yang berjualan di trotoar.
"Mereka juga tahu sekarang udah gak seramai dulu," kata pedagang yang telah berjualan belasan tahun ini.
Semrawut PKL, semrawut juga parkir liar. Tidak hanya di trotoar, di beberapa titik kendaraan parkir juga memakan badan jalan. Parkir liar menjamur di depan blok Pasar Tanah Abang.
Kondisi diperparah dengan bajaj dan angkot yang ngetem. Jalan tiga lajur hanya menyisakan satu.
Sahut-sahutan klakson motor dan mobil beradu dengan suara sopir angkot memanggil penumpang. Macet otomatis tak terhindarkan jika melintas di kawasan itu. Kemacetan akan semakin mengular jika sore hari.
Dua orang juru parkir liar mengatakan setiap harinya, ada petugas Dishub yang berpatroli dan menderek kendaraan yang parkir liar, namun petugas tidak standby sepanjang hari.
Mereka pun berani memarkir motor di trotoar ketika petugas sudah tidak ada.
"Dijamin gak diangkut (motornya) kalau udah siang aman, petugasnya enggak ada," kata juru parkir liar.
Lihat Juga :![]() JEJAK 5 TAHUN ANIES Dari Kata Jadi Fakta, Upaya Anies Bangun Sistem Transportasi |
![]() |
Sebenarnya, ada tempat parkir yang disediakan. Salah satunya di ruko Blok F. Namun sejumlah pembeli memilih tak parkir di tempat itu lantaran adanya pungutan.
Fian mengaku pernah menjadi korban. Ia bercerita suatu waktu masuk ke area parkir ruko Blok F. Karcis pun diambilnya di depan portal otomatis.
Saat memarkir di bagian dalam, ada sejumlah orang yang terlihat mengatur kendaraan. Mereka meminta bayaran ketika kendaraan akan keluar.
"Saya awalnya mengira itu memang petugas. Tapi waktu pulang, saya diminta Rp2 ribu. Lalu di depan bayar lagi karcis yang resmi Rp7 ribu. Saya mending parkir di depan (liar), cuma Rp5 ribu," kata Fian.
CNNIndonesia.com membuktikan apa yang dikatakan Fian. Saat memarkir di area ruko Blok F, seorang pria yang terlihat mengatur sepeda motor meminta uang ketika kendaraan akan keluar.
"Di sini memang biasanya gitu (bayar dua kali)," kata pria itu.
Ketua Himpunan Pedagang Tanah Abang, Yasril Umar mengatakan tak banyak penataan yang dilakukan Anies di Pasar Tanah Abang selama menjadi orang nomor satu di Ibu Kota sejak 2017 lalu.
"Karena pasarnya juga sudah jadi sebelum beliau menjabat," katanya.
Di sisi lain, persoalan PKL dan parkir liar memang menjadi salah satu masalah utama yang dihadapi Ibu Kota, siapapun pemimpinnya.
Namun ia menyayangkan di zaman Anies, fenomena itu semakin merajalela.
"Zaman Ahok ada penataan trotoar. Cuma yang disayangkan trotoar yang dibikin itu bukan buat pejalan kaki, tapi akhirnya PKL mangkal di situ, parkir liar," kata Yasril.
Lihat Juga :![]() JEJAK 5 TAHUN ANIES Biang Kerok Kemiskinan, Anies dan Suara Kaum Papa |
Lain di luar, lain lagi di bagian dalam pasar. Di Blok A misalnya, geliat aktivitas jual beli cukup ramai.
Hilir mudik pembeli disambut suara pedagang di depan kios-kiosnya. Meski demikian, memang tak semua kios buka.
Yasril menjelaskan beberapa waktu belakangan, pergerakan pengunjung di pasar tersebut meningkat cukup signifikan. Kendati demikian, secara umum, ia menyebut ramainya pengunjung di pasar tidak diimbangi dengan daya beli.
Ia berharap ada penataan yang dilakukan oleh pemerintah, tidak hanya di bagian luar pasar, namun juga di dalam. Yasril khawatir pasar bukan hanya ditinggal pembeli, namun juga ditinggal pedagang karena lesunya daya beli.
"Mungkin pemerintah bantu promosikan kembali, dibuat event supaya bergairah kembali. Kita khawatir pasar ditinggal pedagang. Selain penataan di dalam, penataan di luar," kata dia.
Pengelola Blok A Pasar Tanah Abang, Heri Supriyatna mengatakan hal serupa. Pandemi Covid-19, sempat membuat pedagang tidak dapat pemasukan. Kini aktivitas pasar kembali normal. Namun daya beli pengunjung belum kembali sediakala.
"Meningkat itu dari sisi kuantitas, jumlah orang yang belanja. Tapi kualitas belanjaan tidak," katanya.
![]() Parkiran liar di kawasan Pasar Tanah Abang, Rabu (16/1). |
Heri juga mengatakan tidak ada kebijakan Anies secara langsung dalam penataan blok-blok Pasar Tanah Abang. Meski demikian, menurutnya, di zaman Anies penindakan terhadap PKL dan parkir liar cukup rutin dilakukan.
"Lebih ke lingkungan, itu dampak ke kami juga, kondisi lingkungan lebih tertata dan rapi, lalu lintas yang dulu macet sampai stasiun, sekarang lebih pendek," katanya.
Baca selanjutnya >>