ANALISIS

Semua Poros Koalisi Pilpres 2024 Masih Rawan Bubar

CNN Indonesia
Kamis, 22 Des 2022 08:47 WIB
Sejumlah parpol pemilik kursi di parlemen telah membentuk koalisi menuju Pilpres 2024 mendatang, namun bagaimana dengan kemantapan dan kesolidan mereka?
PAN, Golkar, dan PPP sejauh ini tergabung dalam Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) untuk persaingan dalam Pilpres 2024. (ANTARA FOTO/M RISYAL HIDAYAT)

Jamiluddin mewanti-wanti bahwa modal utama dalam Pilpres 2024 adalah figur capres dan cawapres yang akan diusung, tak lagi melulu soal elektabilitas parpol. Oleh sebab itu, koalisi harus benar-benar memikirkan secara matang mana saja kader parpol atau tokoh politik yang memiliki elektabilitas tertinggi.

"Karena Pilpres itu pada personal bukan kepada yang mendukung, sejarah pilpres Indonesia begitu. Contohnya SBY tahun 2004 itu partai yang mengusung elektabilitasnya rendah, tetapi elektabilitasnya SBY kan tinggi saat itu," kata mantan Dekan Fikom ISSIP Jakarta ini.

Tak jauh berbeda, Pengamat Politik Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Wasisto Raharjo Jati menilai peta politik pada Pilpres 2024 mendatang akan sangat bergantung pada kandidat capres dan cawapres yang diusung. Kondisi itu membuat koalisi yang ada atau tengah dijajaki saat ini mudah sekali bercerai atau bahkan loncat koalisi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sejauh ini belum ada kesepakatan satu suara terkait capres dan cawapres yang diusung dari masing-masing bakal koalisi.

Wasisto lantas menyarankan agar koalisi lebih jeli dalam mengusung nama Capres yang seharusnya berasal dari sosok dengan elektabilitas tinggi di masyarakat, alih-alih mengutamakan pentolan parpol dan sebagainya.

"Karena sekarang adalah era personalisasi politik. Sehingga potensi pecah itu ada manakala tidak ada konsensus internal yang mengikat dan komitmen berkoalisi yang mengendur," kata Wasisto kepada CNNIndonesia.com, Kamis (22/12).

Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri (tengah) didampingi Ketua DPP Bidang Politik Puan Maharani (kanan) dan Ketua DPP Bidang Ekonomi Kreatif dan Ekonomi Digital Prananda Prabowo (kiri) mengangkat tangannya saat Penutupan Rakernas II PDIP di Sekolah Partai, Lenteng Agung, Jakarta, Rabu (23/6/2022). Dalam Rakernas II PDIP tersebut menghasilkan empat rekomendasi eksternal yaitu Ideologi Pancasila, Sistem Politik dan Pemilu 2024, Pembangunan Desa, Pemenangan Pemilu, dan Agenda Startegis Partai. ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/YUPDIP merupakan satu-satunya partai yang bisa mengusung capres-cawapres 2024 tanpa berkoalisi karena telah memenuhi parliamentary threshold. (ANTARA FOTO/M RISYAL HIDAYAT)

Wasisto menilai untuk saat ini posisi koalisi yang terbentuk cukup setara dan seimbang. Namun yang menjadi parameter eksistensi mereka di masyarakat adalah sejauh mana koalisi parpol solid dan baik dalam menentukan nominasi capres maupun konsolidasi internal.

Pasalnya, kata dia, publik pun bisa melihat timbulnya dilema politik yang terjadi di antara parpol, khususnya saat menentukan Capres yang akan diusung. Kondisi itu akan dengan mudah membuat parpol dalam koalisi memilih hengkang apabila keputusan akhir tidak sesuai dengan 'selera'.

"Saya pikir potensi berubah itu ada, terlebih lagi beberapa koalisi masih menghadapi dilema soal nominasi calon yang akan diusung," ujarnya.

(khr/kid)


[Gambas:Video CNN]

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER