Sementara itu, pegawai swasta, Ahmad (25) berharap pejabat bisa lebih peka terhadap kondisi ekonomi rakyat saat ini yang belum sepenuhnya pulih pascapandemi Covid-19.
"Masyarakat masih banyak yang hidup susah tapi kok pelayannya malah pamer harta. Apalagi ini kan masih suasana selepas pandemi, masyarakat belum pulih sepenuhnya, ya tenggang rasa aja sih," tutur Ahmad.
Ahmad pun merasa kecewa dengan para pegawai di lingkungan Kemenkeu yang belum melaporkan perkembangan harta kekayaannya pada LHKPN.
Sebanyak 13.885 pegawai diKemenkeu belum melaporkan perkembangan harta padaLHKPN berdasarkan data dielhkpn.kpk.go.id, per Senin (27/2) pukul 15.21 WIB. Namun pada Senin (27/2), jumlah itu menyusut menjadi 4.231 atau 13,14 persen
Ahmad memiliki masalah kepercayaan atau trust issue, terhadap pemerintah walau masih memutuskan untuk tetap membayar pajak ke depannya.
"Trust issue ada, tapi sampai kemudian memutuskan untuk enggak bayar pajak ya enggak lah. Saya yakin masih banyak pejabat-pejabat pajak lainnya yang emang masih bersih, masih patuh dengan aturan, melayani masyarakat, ngurus pajak juga yang sesuai," jelas dia.
Pendapat serupa diutarakan oleh pegawai swasta bernama Luthfi (23). Menurut Luthfi, pemerintah mestinya lebih mementingkan rakyat dibanding pamer kekayaan.
"Harusnya tidak seperti itu lah. Karena kan di saat rakyatnya lagi susah, dia pamer dan sebagainya. Harusnya lebih mementingkan rakyatnya dulu dong, masalah pamer-pamer itu harusnya enggak penting juga. Kecewa juga ada pastinya. Bayar sih bayar, namanya kewajiban. Cuma mau gimana lagi. Ikhlas enggak ikhlas," kata Luthfi.
Selain itu, ada pula warga yang mengaku tak peduli dengan gaya hidup mewah pejabat. Pedagang bernama Rafi (23) merasa gaya hidup mewah para pejabat tidak berpengaruh dengan kehidupannya.
"Enggak peduli. Enggak berefek sih. Hidup masing-masing," kata dia singkat.
Menanggapi sejumlah pegawai Kemenkeu yang belum melaporkan perkembangan hartanya ke LHKPN, Rafi mengatakan dirinya menjadi malas untuk membayar pajak ke depannya.
Pedagang bernama Shotibun (72) mendorong para pejabat bertobat dan berhenti pamer gaya hidup mewah.
"Harapannya (gaya hidup) pejabatnya biar benar. Sebetulnya harus tobat. Yang enggak bener jadi bener, biar rakyat makin makmur, seneng," jelas Shotibun.
Sedangkan menurut pedagang lain, Irfan (32) dan Amelia (28), pejabat merupakan sosok yang mestinya menjadi contoh untuk masyarakat. Oleh karena itu, pejabat mestinya menampilkan gaya hidup yang sederhana dan membuang gaya hedonisme.
"Soal gaya hedon, pejabat kan harusnya jadi contoh, harusnya contohin yang baik-baik. Dengan punya jabatan tinggi harusnya lebih sederhana, jadi kan masyarakat respek," terang Irfan.
Ke depannya, Irfan berharap pejabat dapat lebih bijak dalam bertindak. Sebab, kata dia, peran pejabat sebagai contoh bagi masyarakat. Selain itu, ia juga merasa seleksi masuk aparatur sipil negara (ASN) juga mesti lebih diperhatikan lagi.
"Buat koreksi aja sih sebenarnya semuanya. Biar lebih bijak lagi lah dalam berperilaku. Soalnya mereka itu contoh kan. Lihat juga orang-orang yang jadi ASN itu untuk disaring lagi lah untuk ke depannya," imbuh dia.