Penjarahan Rumah Uya Kuya hingga Sahroni Berpola, Apakah Ditunggangi?

CNN Indonesia
Kamis, 04 Sep 2025 11:09 WIB
Penjarahan rumah sejumlah anggota DPR RI terjadi di Jakarta. Ada pola yang mirip lokasi penjarahan, salah satunya, massa yang menunggu di titik tertentu.
Rumah anggota DPR RI dari Fraksi NasDem Ahmad Sahroni di Jakarta Utara, telah lebih dulu dijarah dan dirusak. (CNN Indonesia)
Jakarta, CNN Indonesia --

Garis polisi terpasang di sebuah rumah bertingkat di Jalan Statistik, Duren Sawit, Jakarta Timur, Selasa (2/9). Kaca jendela rumah itu pecah, temboknya dipenuhi coretan kata-kata makian.

Akses masuk ke rumah berkelir putih itu ditutup. Lapisan seng dipasang menutup bagian pagar-pagar yang jebol. Tukang-tukang harus menggunakan tangga dan memanjat untuk masuk ke halaman rumah.

Hari itu, tak terlihat ada penjagaan di rumah tersebut. Di jalan depan rumah, lalu lalang warga tak berhenti sejak pagi. Warga bergantian datang, berfoto di depan rumah, lalu pergi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Rumah itu milik Anggota DPR RI dari Fraksi PAN Surya Utama, yang populer dengan panggilan Uya Kuya. Tiga hari sebelumnya, Sabtu (30/8), rumah itu digeruduk massa. Barang-barangnya dijarah.

Video-video penjarahan beredar di media sosial, gerombolan massa menerobos masuk pagar, merangsek masuk ke rumah, merusak dan keluar membawa perabotan.

Salah seorang saksi mata, Bagus (bukan nama sebenarnya), mengatakan massa awalnya berkumpul di Jalan SMP 135, setelah waktu salat Magrib atau sekitar pukul 19.00 WIB. Lokasi ini berjarak lebih dari 100 meter dari rumah Uya.

Menurutnya, massa datang berjalan kaki dari berbagai arah dan berkumpul di jalan tersebut. Bagus saat itu langsung menutup pagar agar massa tak sampai ke areanya.

"Jam 9-an baru mulai menyerang ke rumah Uya," kata Bagus saat ditemui CNN Indonesia. Ia mendengar massa berjalan sambil berteriak.

Ia mengatakan massa didominasi remaja. Ada perempuan dan laki-laki. Menurutnya, ratusan massa yang menggeruduk bukan warga sekitar.

Setelah berkumpul, kata dia, massa langsung menuju rumah Uya, tidak merusak rumah atau gerobak-gerobak warga di pinggir jalan.

Tepat di depan rumah Uya, juga ada lahan yang dijadikan area parkir mobil warga sekitar. Sejak sore hari, pemilik mobil telah mendapat pesan WhatsApp yang meminta mereka memindahkan mobil.

"Enggak ada yang misalnya massa yang tangannya usil gitu," ujarnya.

Bagus mengaku tidak melihat ada sosok yang memimpin penjarahan itu. Ia hanya mengatakan massa berteriak sambil berjalan.

Selanjutnya, barang-barang yang dibawa massa dikumpulkan kembali di Jalan SMP 135. Lalu, ada mobil sejenis pickup yang membawa barang pergi.

Beberapa warga dan saksi mata juga mengatakan hal serupa. Para penjarah bukan dari warga sekitar dan berkumpul sekitar pukul 19.00 WIB sebelum akhirnya menggeruduk dan menjarah rumah Uya.

Saksi mata lainnya, Slamet (bukan nama sebenarnya) mengatakan saat peristiwa terjadi, tidak terlihat ada polisi di lokasi.

Menurutnya, hanya ada polisi berpakaian sipil di lokasi. Ia mengetahui hal itu karena polisi-polisi berpakaian sipil itu memarkir kendaraan di rumahnya.

"Ada polisi, kita tanya ada apa. Mau jaga rumah Uya Kuya katanya," ujar Slamet.

Menurutnya, rumah tersebut ditempati oleh mertua Uya dan bukan oleh sang politisi.

"Jam tujuh habis magrib udah ramai, ramai banget," kata Slamet.

Tidak hanya di rumah Uya Kuya

Penjarahan pada hari itu tidak hanya terjadi di rumah Uya. Sabtu sore, rumah anggota DPR RI dari Fraksi NasDem Ahmad Sahroni di Jakarta Utara, telah lebih dulu dijarah dan dirusak.

Saat peristiwa, menurut kesaksian warga, juga tidak terlihat ada petugas kepolisian di rumah Sahroni. Ketua RT setempat, Yuridisman, mengatakan massa bukan merupakan warga setempat.

"Memang massa itu dari luar semua, kita enggak ada yang kenal, satu per satu enggak ada yang kenal itu. Terus anaknya juga kayaknya masih remaja-remaja semua," kata Ketua RT 006 RW 004, Kebon Bawang, Yuridisman, dikutip dari Detik.com.

Penjarahan juga terjadi di rumah Anggota DPR RI lainnya Eko Patrio di Jakarta Selatan. Pantauan CNNIndonesia.com di lokasi, massa berkumpul selepas Maghrib dan datang secara berkala, mulai pukul 19.00 WIB. Saat itu massa di kediaman Sahroni sudah membubarkan diri.

Semula, mereka hanya berkumpul di depan kompleks, karena akses menuju kediaman Eko ditutup portal. Namun, seiring waktu, jumlah massa terus bertambah hingga mencapai ratusan, dan dari saksi mata, mereka pun bukan berasal dari warga setempat.

Di rumah Eko juga tidak ada pengamanan berarti, baik dari aparat kepolisian maupun TNI.

Aksi penjarahan dilakukan bersamaan dengan demo di beberapa titik di Jakarta, terutama di Mako Brimob Kwitang. Namun, aksi penjarahan memiliki kejanggalan mulai dari pola, pengamanan, maupun waktu eksekusi.

Pertama, aksi penjarahan dilakukan secara berurutan di hari dan malam yang sama pada Sabtu (30/8). Aksi tersebut seperti terorganisir karena nyaris tidak terjadi di waktu yang sama.

Penjarahan dimulai di rumah Sahroni pada sore hari, lalu dilanjut ke rumah Eko Patrio yang waktunya beririsan dengan penjarahan di rumah Uya Kuya, kemudian ke rumah Nafa Urbach (cat: rumah mantan suami Nafa Urbach) dan kemudian ke Sri Mulyani.

Kedua, pola penjarahan. Di rumah Eko, massa berkumpul selepas Maghrib secara berkala, sekitar pukul 19.00 WIB setelah massa di kediaman Sahroni membubarkan diri.

Dalam kurun waktu dua jam, massa mencapai ratusan orang. Sekitar pukul 21.30 WIB, beberapa orang kemudian melakukan aksi provokasi kepada petugas keamanan kompleks, mereka memaksa masuk dengan alasan untuk bertemu wakil rakyat mereka.

Ketiga, pola pengamanan. Di kediaman Eko, tak ada pengamanan berarti baik dari aparat kepolisian maupun TNI yang berjaga di lokasi. Sebelum massa berkumpul, aparat kepolisian tanpa baju dinas telah datang lebih dulu di kediaman Eko, disusul kedatangan aparat TNI berseragam menaiki mobil truk.

Namun, jumlah mereka tak banyak atau tak lebih dari 10 orang. Setelah provokasi dilakukan, mereka juga tak berupaya meredam massa atau merespons dengan tegas. Massa tetap merangsek hingga memasuki rumah.

Tak sampai satu jam, semua ludes. Mereka menggondol isi rumah mulai dari pakaian maupun perabot rumah tangga lain. Penjarah datang bukan hanya menaiki sepeda motor, sebagian mereka juga datang dengan kendaraan mobil pribadi jenis MPV.

Cerita berlanjut ke halaman berikutnya...

Ada pola penjarahan

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER