OLAHRAGA TIONGKOK

Percikan Komunis dalam Pembinaan Olahraga

CNN Indonesia
Jumat, 19 Sep 2014 16:14 WIB
Dulu Tiongkok dianggap sebagai "Orang Sakit-nya Asia." Namun berkat campur tangan pemerintah berideologi komunis, mereka mampu membangun kejayaan di olahraga.
Kejayaan Tiongkok dalam olahraga dibangun dengan campur tangan kuat pemerintah (Dikhy Sasra/Detikcom)
Jakarta, CNN Indonesia -- Kuatnya kekuasaan pemerintah dalam sistem pemerintahan berideologi komunis ditengarai memberi pengaruh besar pada pola pembentukan atlet di Tiongkok.

Terkait ideologi komunis, tak bisa dilepaskan dari Uni Soviet atau Rusia. Dan konon, pola pelatihan atlet Tiongkok di Beijing Shichahai Sport School juga meniru yang dilakukan Rusia.

Di masa Dinasti Ming dan Qing, pendidikan di Tiongkok tidak menitikberatkan pelatihan dan pengembangan fisik. Akibatnya, masyarakat kala itu cenderung sopan dengan gerakan tubuh yang lamban.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Alhasil kemampuan fisik itu berdampak pada prestasi negara di gelaran olahraga olimpiade.

Tiongkok pertama kali berpartisipasi adalah dalam Olimpiade 1932, namun tak mencatatkan sejarah prestasi yang bagus.

“Pada 1930 hingga 1940-an, atlet-atlet kami dijuluki the Sick Man of Asia karena kemampuan fisik dan olahraganya yang buruk,” kata salah satu petinggi Kementerian Olahraga Tiongkok seperti dimuat USA Today.

Tersentuh Ideologi Komunisme

Jelang awal 1950-an, pemerintahan komunis di bawah Mao Zedong akhirnya mengambil konsep pengembangan olahraga Rusia. Mao memulainya dari sektor paling mendasar, yakni kebugaran masyarakat lewat sekolah-sekolah.

Pelatih-pelatih Rusia pun didatangkan untuk mencetak guru-guru terbaik. "Guru-guru itu disebarkan ke seluruh negeri,” ungkap Luo Ping, peneliti Universitas West Virginia, AS.

Selama rezim Mao, Tiongkok menutup diri. Negara ini tidak ambil bagian dalam pesta olahraga olimpiade dan berkonsentrasi pada pengembangan kebugaran.

Deng Xiaoping yang mengambil alih kepemimpinan pada 1976, mulai mengirimkan atlet-atletnya ke luar negeri. Pada 1982, Tiongkok mulai merebut emas di Asian Games.

Fokus pada Olimpiade mulai dilakukan. Pada Olimpiade Los Angeles 1984,  Tiongkok memperoleh 14 medali emas. Perolehan itu dibatalkan karena Rusia memboikotnya.

Setelah hanya mendapat lima emas di Olimpiade Seoul 1988, Tiongkok makin serius dengan olahraga.

“Hanya medali emas yang kami jadikan tolak ukur keberhasilan. Tidak mendapatkan emas, berarti Anda gagal.”

Perolehan medali emas terus meningkat, hingga mencapai puncaknya menjadi juara Olimpiade Beijing 2008. Tiongkok merebut 51 emas, mengalahkan Amerika Serikat yang hanya meraih 36 emas.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER