KOLOM

Olahraga Tiongkok: Apa Salahnya Menang?

CNN Indonesia
Jumat, 19 Sep 2014 17:12 WIB
Tiongkok sangat mementingkan kemenangan dalam olahraga. Namun, jika terlalu dipaksakan, dapat berdampak buruk terutama bagi anak-anak.
Pesenam Tiongkok sedang berlatih. Tiongkok sangat mementingkan kemenangan dalam olahraga (Kim Kyung-Hoon/Reuters)
Catatan: Artikel ini merupakan opini pribadi penulis dan tidak mencerminkan pandangan Redaksi CNNIndonesia.com
Jakarta, CNN Indonesia -- Saya mendapatkan nasihat dari atlet Tiongkok yang pertama kali mendapatkan medali emas di Olimpiade Musim Dingin.

''Putri kamu seharusnya berlatih seluncur es,'' nasihat Yang Yang kepada saya. ''Itu bagus buat keseimbangan (tubuh)nya!''

Putri saya yang berusia lima tahun itu memang lebih suka berenang dibandingkan seluncur es, tetapi saya mengapresiasi nasihat Yang, terutama atas niat dirinya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dia mendorong saya melihat manfaat olahraga untuk mengubah hidup, tidak sekadar untuk menciptakan juara olimpiade di masa depan.

Yang sendiri adalah produk pembinaan sistem negara yang ngotot untuk membentuk atlet-atlet elit nasional. Dia membawa pulang medali emas yang sudah lama dinantikan Tiongkok dari seluncur trek cepat jarak pendek di Olimpiade Salt Lake City, Amerika Serikat, 2002 lalu.

Untuk mewujudkan mimpinya, Yang mengungkapkan kepada saya bahwa dia berlatih seluncur selama 23 tahun, enam hari per minggu, selama hampir 12 jam per hari.

''Sekali anda menjadi atlet, anda pasti menginginkan kemenangan. Itu adalah hal yang paling penting,'' ujarnya.

Anak-Anak Menjauh

Jika Yang mengatakan tidak ada yang salah dengan kemenangan, Tom Byer mengatakan kemenangan yang terlalu ditekankan dapat menjauhkan anak-anak dari olahraga.

''Kemenangan tentu saja adalah respon yang alami dari setiap atlet,'' kata Byer yang bekerja sebagai pelatih program sepakbola akar rumput di Tiongkok. '

'Tetapi itu juga bisa menghalangi (minat anak-anak). Dan inilah yang terjadi di olahraga-olahraga akar rumput di seluruh wilayah Tiongkok, bahwa ketika kemenangan menjadi sangat penting, itu telah menarik anak-anak keluar dari olahraga.''

Tiongkok mungkin telah memperoleh banyak emas dari ajang Olimpiade, dari seluncur es hingga senam, tetapi mereka masih kesulitan untuk lolos kualifikasi Piala Dunia atau membangkitkan minat untuk menjadi tuan rumah Olimpiade Musim Dingin 2022.

Byer mengkritik fiksasi yang dilakukan hanya pada kejuaran elit olahraga-olahraga tertentu dan sebuah sistem pendidikan yang memisah olahraga yang mentereng dan yang bukan prioritas.

''Di Barat, kami melihat pendidikan fisik sebagai bagian dari pendidikan, sedangkan di sini, selama bertahun-tahun, para pendidik mencoba untuk menjauhkan olahraga dari pendidikan,” ungkapnya.

Dukungan Presiden

Pemimpin Olimpiade Thomas Bach menjamin kepada saya bahwa akan ada perubahan soal tekanan untuk menang.

''Saya telah memiliki kesempatan bertemu Presiden Xi Jinping dua kali,'' kata Presiden Komite Olimpiade Internasional itu. ''Anda dapat melihat dengan jelas pemerintah telah merealisasikan bahwa olahraga harus menjadi bagian dari pendidikan dan olahraga membantu dalam pendidikan.''

Byer masih melakukan perannya sebagai Kepala Penasihat Teknis untuk program Sekolah Sepakbola Tiongkok, sebuah proyek yang bekerja dengan dua juta anak di lebih dari 6200 sekolah di seluruh wilayah Tiongkok.

Kesuksesan dirinya dalam mengajar sepakbola kepada murid-murid di Jepang telah membuatnya sebagai bintang di sana, dan menerima undangan untuk membawa teknik sihirnya ke Tiongkok.

Namun para pelatih berkharisma keluar dari seluruh sekolah Tiongkok- dan Xi mengklaim kecintaannya kepada sepakbola—karena seperti akan memakan waktu bertahun-tahun untuk mengubah sikap bangsa itu atas olahraga dan bagi Tiongkok untuk membangun industri di atasnya.

Sheng Li adalah salah satu agen olahraga kelas atas yang berbasis di Shanghai. Dia menyesalkan bahwa olahraga profesional di Tiongkok kekurangan infrastruktur untuk memanen lebih banyak uang bagi klien-kliennya, seperti petinju profesional dan peraih medali emas Olimpiade, Zou Shiming.

''Jika Anda mengikuti sistem nasional, Anda harus memiliki pelatih dan sistem latihan,'' ujar Li. ''Namun, ada sebuah sistem dibalik (pembentukan) seorang atlet (profesional): PR (Humas), pencitraan, perusahaan penunjang, serta membantu mereka mencari pelatih terbaik di luar sistem.''

''Ini adalah sebuah keseluruhan sistem yang mulai kami bangun.''

Tawaran Olimpiade

Yang mendukung atlet-atlet Tiongkok menggapai mimpi olimpiade mereka lewat Program Karir Atlit yang ia mulai bersama yayasannya.

Dia juga merekrut anak-anak yang berminat kepada olahraga lewat sebuah sekolah seluncur baru di Shanghai yang terbuka untuk siapapun.

Di atas semuanya, dia juga memimpin tanggung jawab dari rakyat Tiongkok menjadi tuan rumah Olimpiade Musim Dingin 2022 di Tiongkok, bersaing dengan Kazakhstan dan Norwegia, yang menjadi finalis untuk menjadi tuan rumah.

Kemenangan untuk menjadi tuan rumah kompetisi itu akan mengubah penampang olahrga di Tiongkok, memicu minat yang lebih besar kepada olahraga-olahraga musim dingin seperti papan salju, ski, dan seluncur.

Lebih dari satu dasawarsa lalu, Yang telah memenangkan hal itu, dia menggunakan warisan Olimpiade untuk menularkan kecintaannya atas olahraga kepada massa.

Tulisan ini dipublikasi pertama kali di situs CNN Internasional, 29 Agustus 2014
LEBIH BANYAK DARI KOLUMNIS
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER