Jakarta, CNN Indonesia -- Pada Minggu (26/10) sore, Presiden Joko Widodo telah mengumumkan nama-nama menteri dengan Imam Nahrawi ditunjuk sebagai pemimpin di Kementrian Pemuda dan Olahraga.
Pengamat sepak bola, M. Kusnaeni berpendapat bahwa pemerintah sendiri lebih sering memberikan jabatan menteri olahraga pada orang-orang yang memiliki latar belakang kepemudaan, ketimbang yang memiliki rekam jejak di dunia olahraga.
Termasuk di antaranya dengan penunjukkan Imam.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dari hal ini terlihat bahwa olahraga dianggap bukan bagian penting dalam pembangunan bangsa," ujar komentator sepak bola yang sering dipanggil dengan sebutan Bung Kus tersebut.
Imam Nahrawi sendiri merupakan politisi Partai Kebangkitan Bangsa. Pria kelahiran Bangkalan, Madura, 8 Juli 1973 tersebut pernah menjabat Sekretaris Jenderal Dewan Pengurus Pusat PKB.
Imam tak memiliki rekam jejak terkait dengan dunia olahraga di Indonesia. Karier Imam selama ini hanya berkutat di dunia politik di antaranya hingga menjadi orang dekat Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar.
Kusnaeni pun menitipkan harapan agar menpora yang baru mau mendengarkan orang-orang yang lama telah lama berkecimpung di dunia olahraga untuk mengetahui peta permasalahan di dunia olahraga Indonesua.
Prihal tugas baru Menpora yang harus mendapat perhatian utama, Kusnaeni berpendapat bahwa masalah industrialisasi olahraga harus diprioritaskan.
"Agar olahraga Indonesia bisa menghidupi dirinya sendiri, dan tidak lagi dipandang sebagai beban, namun aset," katanya.
Karena itu, menurut Kusnaeni, Menpora memiliki peran penting dalam mewujudkan hal tersebut yaitu dengan menjadi motor penggerak.
"Konsep dan haluan harus berasal dari kemenpora. Mereka harus memiliki visi strategis, baru kemudian PB - PB bergerak mengikuti konsep tersebut."
Peran penting Kemenpora ini yang membuat Kusnaeni menyayangkan bentuk struktur kementriannya yang digabungkan dengan bidang kepemudaan.
"Bentuk idealnya adalah Ministry of Sport, atau Kementrian Olahraga. Masalah kepemudaan harusnya menjadi bagian dari pembinaan manusia, bukan disatukan dengan olahraga."