FINAL LSI

Fanatisme Bobotoh Simbol Rindu Kejayaan

CNN Indonesia
Jumat, 07 Nov 2014 10:59 WIB
Fanatisme bobotoh mendukung Persib Bandung dalam final Liga Super Indonesia dinilai menjadi salah satu dampak kekacauan di dunia olahraga Indonesia.
Para bobotoh ini rela melakukan apapun demi menunjukkan dukungannya pada klub kesayangan mereka, Persib Bandung, yang akan berlaga melawan Persipura di final Liga SUper Indonesia, Jumat (7/11). (Antara/Feny Selly)
Jakarta, CNN Indonesia -- Ribuan suporter Persib dan Persipura memenuhi Kota Palembang pada Jumat (7/11) demi mendukung tim kesayangan merekadalam partai final Liga Super Indonesia.

Tak sedikit dari mereka yang bolos kerja, sekolah, dan bahkan menggadaikan barang-barangnya demi menyaksikan sang Pangeran Biru mengakhiri puasa gelar selama 20 tahun. 

Dosen hukum Universitas Padjadjaran sekaligus sosiolog Yesmil Anwar mengatakan, fanatisme bobotoh, panggilan bagi para suporter Persib, tersebut merupakan representasi kerinduan akan kejayaan.

Fanatisme pendukung dianggap sebagai salah satu dampak dari kekacauan dunia olahraga Indonesia. (Antara/Rosa Panggabean)

"Ironisnya, Ini biasanya menjadi simbol kondisi masyarakat yang tidak kuat, atau tidak memiliki sesuatu yang ditunggu."

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Yesmil menjelaskan, kondisi tidak kuat ini karena kultur kekerasan yang semakin mendominasi masyarakat dan juga dunia olahraga.

"Coba lihat saja, dunia sepak bola kita dipenuhi perjudian, ketidakadilan, pelanggar hukum yang tidak diganjar, dan penuh kepalsuan. Ini semua membuat terbentuknya subkultur kekerasan sehingga masyarakat menginginkan adanya sesuatu yang bisa dibanggakan."

Ia mewanti-wanti, jika fanatisme ini semakin meningkat, akan mendekati kadar cinta buta.

"Kalau dulu masyarakat Jawa Barat juga cinta Persib, tapi dengan cara yang lebih adil. Kalau jelek ya dikatakan jelek. Kalau sekarang, yang penting menang tidak peduli caranya seperti apa."

Yesmil mencontohkan kasus sepak bola gajah yang terjadi dalam laga PSS-PSIS.

"Jika terjadi pada Persib, saya juga tidak yakin Persib bisa mengambil keputusan yang lebih baik."

Menurut Yesmil, identitas Persib pun semakin bergeser.

Dosen kriminologi Unpad ini mencontohkan bahwa dulu para pemain Persib adalah pemain-pemain asli Jawa Barat, sementara saat ini tidak masalah jika pemain asing membela Persib.

"Sekarang Persib menjadi simbol kejayaan dan nostalgia masa lalu saja, karena masyarakat rindu akan kejayaan. Tapi sebagai simbol Jawa Baratnya semakin berkurang."

Menurutnya, nama Persib bermetamorfosa menjadi simbol dan idola untuk bertarung.

Di tengah pergeseran nilai fanatisme bobotoh ini, Yesmil tetap akan menyaksikan Persib bermain dan berharap bisa merebut juara di final.

"Sejak 1970-an saya sudah nonton Persib dan sering berbicara dengan Profesor Himendra (mantan pemain Persib, red) tentang Persib. Pasti saya menonton final," ujar Yesmil.

LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER