KORUPSI DI SEPAKBOLA

Penyidik FIFA Pernah Dapat Ancaman Teroris

CNN Indonesia
Jumat, 14 Nov 2014 15:00 WIB
Penyidik yang ditunjuk FIFA untuk melakukan penyelidikan, Michael Garcia, kerap bersentuhan dengan hal-hal yang membahayakan dan mengancam nyawa.
Michael Garcia pernah mendapatkan penghargaan karena mengungkap kasus terorisme. (GettyImages/Spencer Platt)
Jakarta, CNN Indonesia -- Pengacara independen yang diminta FIFA untuk menyelidiki dugaan suap dalam pemilihan tuan rumah Piala Dunia 2018 dan 2022 kerap bersentuhan dengan hal yang membahayakan dirinya sendiri. 

Namun, Garcia tidak gentar menyuarakan kebenaran, karena sudah paham akan resiko pekerjaannya. "Jika Anda berada dalam sebuah bisnis, Anda pasti memiliki musuh," kata Garcia sseperti yang dikutip dari New York Times.

Ia pernah menerima ancaman teroris saat mengungkap kasus pengeboman gedung WTC di Amerika Serikat tahun 1993 yang dilakukan oleh Ramzi Ahmed Yousef.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selain kasus WTC 1993, Garcia juga menangani kasus pengeboman di Kedutaan AS di Afrika Timur pada 1998. Atas kinerjanya di dua kasus terorisme itu, Garcia dua kali dianugerahi penghargaan paling tinggi dari Departemen Kehakiman AS.

Bahaya pun tak hanya dirasakan Garcia, namun juga istrinya. Dalam sebuah wawancara yang dilakukan New York Times pada tahun 2006, diketahui bahwa Garcia telah yang menikah dengan seorang agen FBI dan memiliki tiga anak.

Setelah menikah, Garcia mengaku kerap mendapatkan pertanyaan dari orang-orang yang mengkhawatirkan dirinya terjun ke dalam dunia hukum. Anak perempuannya pun sampai bosan bertanya dan mendengar penjelasan ayahnya mengenai pekerjaannya sebagai seorang pengacara.

"Saya menjelaskan kepadanya bahwa pekerjaan seorang pengacara ialah untuk menghukum orang yang  bersalah dan melanggar hukum," ujar Garcia.

Lulusan Sastra

Namun hidup Garcia tak melulu soal memberantas kejahatan. Saat waktu luang, Garcia gemar membaca novel, dengan novel favoritnya berjudul 'The Count of Monte Cristo' karangan penulis Prancis, Alexandre Dumas.

Garcia sendiri kuliah di jurusan sastra Amerika dan lulus dengan gelar master setelah menulis tesis mengenai Mark Twain. Ia kemudian melanjutkan studinya setelah mendapatkan beasiswa dari Albany Law School of Union University.

Dikenal sebagai pengacara yang terpandang tidak membuat Garcia ngotot mencalonkan diri jadi pejabat negara, meski banyak orang yang mendukungnya. Pria asal New York itu hingga kini masih tercatat sebagai salah satu pengacara di firma hukum asal Amerika Serikat, Kirkland & Ellis LLP.

Menurut Garcia, kantornya tidak terlalu ramai klien, karena ia berpendapat jangan sampai kantornya mendapatkan keuntungan dari sesuatu hal yang salah.

"Etika bekerja yang diterapkan di kantor ini ialah kita harus melakukan sesuatu yang benar untuk alasan yang tepat," kata Garcia.

Keapikan etos kerja Garcia tidak hanya dibuktikan dalam kasus-kasus besar. Seorang karyawannya mengungkapkan kalau Garcia adalah bos yang tidak cepat merasa puas.

"Jika anda lapor kepadanya sudah selesai mengerjakan 11 tugas, ia akan menanyakan bagaimana cara anda mengerjakan tugas yang ke-12," kata karyawan tersebut.

Membuat FIFA Ketar-Ketir

Pada 2012 Garcia ditunjuk Presiden Asosiasi Sepak Bola Internasional (FIFA), Sepp Blatter, untuk menyelidiki kasus dugaan korupsi di tubuh organisasi yang dipimpinnya selama penunjukkan tuan rumah Piala Dunia (bidding) Piala Dunia 2018 dan 2022.

"Dia tidak hanya mengamati dari balik meja, tapi juga bekerja langsung untuk membenahi kinerja FIFA," kata Sepp Blatter saat mengumumkan penunjukkan Garcia pada 2012.

Ketegasan dan kejelian Garcia membuat FIFA ketar-ketir. Garcia menjadi buah bibir di kalangan pengamat sepak bola internasional setelah Kamis (13/11) menolak laporan 42 halaman FIFA dari hasil penyelidikannya selama dua tahun yang menurutnya salah diinterpretasikan.

LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER