New York, CNN Indonesia -- Nama Michael J. Garcia belakangan sedang menjadi buah bibir di kalangan pengamat sepak bola internasional. Ketegasan dan kejeliannya dalam menyelidiki kasus dugaan korupsi penunjukkan tuan rumah Piala Dunia 2018 dan 2022 membuat Asosiasi Sepak Bola Internasional (FIFA) ketar-ketir.
Pada 2012 Garcia ditunjuk Presiden FIFA, Sepp Blatter, untuk menyelidiki kasus dugaan korupsi di tubuh organisasi yang dipimpinnya selama
bidding Piala Dunia 2018 dan 2022.
Selama dua tahun terakhir, penyidik asal Amerika Serikat itu bekerja keras untuk membongkar kasus dugaan korupsi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia bisa muncul secara tiba-tiba di ruang kerja pejabat tinggi FIFA yang terlibat langsung dalam
bidding dan mewawancarainya.
Ketegasan Garcia terlihat ketika pria 53 tahun itu menolak laporan 42 halaman FIFA yang diringkas dari hasil penyelidikannya selama dua tahun, Kamis (13/11).
Pria hispanik itu menuntut FIFA mengungkap sepenuhnya hasil laporan penyelidikan yang dilakukannya ke publik.
Siapa sebenarnya Garcia? Pria asal New York itu hingga kini masih tercatat sebagai salah satu pengacara di firma hukum asal Amerika Serikat,
Kirkland & Ellis LLP.
Kasus besarSeperti dikutip dari situs resmi Kirkland & Ellis LLP, Garcia terbiasa menangani kasus-kasus besar. Kariernya di bidang hukum melesat setelah menjadi jaksa federal di distrik selatan New York selama 1992 hingga 2001.
Selama menjadi jaksa di New York, Garcia menangani sejumlah kasus terkenal, salah satunya penuntutan empat terdakwa pemboman World Trade Center pada 1993. Selain itu, Garcia juga menyelidiki kasus pemboman kedutaan AS di Kenya dan Tanzania pada 1998.
Laporan yang disampaikan FIFA mengandung banyak materi yang salah dan juga interpretasi yang salahMichael J. Garcia |
Pada Maret 2003, Garcia dipercaya Presiden George W Bush sebagai wakil kepala imigrasi dan bea cukai AS. Jabatan itu membuat Garcia memimpin 20 ribu staf dan mengelola anggaran lebih dari US$4 miliar.
Garcia kembali ke New York pada 2005 untuk menjadi pengacara pemerintah AS. Selama tiga tahun menjabat, Garcia memimpin sejumlah penyelidikan penipuan sekuritas.
Salah satu penyelidikannya membuat Eliot Spitzer mundur dari jabatannya sebagai Gubernur New York pada 2008 karena kasus skandal prostitusi.
Garcia juga menorehkan prestasi di level internasional. Dia menangani kasus korupsi di program minyak untuk pangan di Irak dan dugaan pelanggaran korupsi perusahaan energi asal Norwegia, Statoil.
Garcia juga pernah menjabat sebagai Wakil Presiden Polisi Internasional (Interpol) untuk wilayah Amerika Selatan dan Utara. Sejak April 2013, Garcia tercatat sebagai salah satu warga negara AS yang dilarang masuk Rusia karena diduga terlibat kasus hak asasi manusia.
Lawan FIFASejumlah prestasi di atas membuat FIFA memilih Garcia sebagai Kepala Departemen Investigasi hingga 2017. Tugas pertama Garcia adalah menyelidiki dugaan kasus korupsi selama bidding tuan rumah Piala Dunia 2018 dan 2022.
Sayang, hubungan Garcia dengan FIFA langsung tidak harmonis usai penyelidikan pertama. Setelah memberikan hasil investigasinya selama 18 bulan kepada hakim komite etik FIFA
Hans Joachim Eckert, Garcia menuntut FIFA memublikasikan laporan tersebut. Kritik-kritik pun melayang kepada FIFA untuk memublikasikan dokumen laporan Garcia dengan tebal 430 halaman.
Kekecewaan Garcia memuncak kembali setelah FIFA memutuskan hanya memublikasi ringkasan hasil penyelidikannya dengan tebal 42 halaman. Garcia pun menuding terdapat banyak ke-alfa-an dalam ringkasan laporan yang dipublikasi FIFA pada pukul Kamis (13/11) pukul 16.00 WIB.
"Laporan yang disampaikan FIFA mengandung banyak materi yang salah dan juga interpretasi yang salah," ujar Garcia seperti dilansir
Reuters.
Garcia pun berencana melanjutkan masalah ini ke Komite Banding agar FIFA mau mempublikasikan hasil penyelidikannya yang sebanyak 430 halaman.