Jakarta, CNN Indonesia -- Kandidat presiden FIFA, Jerome Champagne, menyatakan Piala Dunia 2022 dapat dilaksanakan di Qatar dengan syarat permasalahan tenaga kerja di sana telah usai.
"Piala Dunia tidak bisa dijalankan di Qatar jika masalah eksploitasi pekerja tidak terpecahkan," ujar Champagne.
Baginya, Qatar terpilh menjadi tuan rumah Piala Dunia membuat kesucian Piala Dunia dipertaruhkan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Qatar sebelumnya pernah mendapat protes dari lembaga kemanusiaan, Amnesty International (AI), yang menerbitan hasil investigasi eksploitasi tenaga kerja asing akibat sistem Kafala di negara tersebut.
Di dalam laporan yang dipublikasi Maret 2014, AI menemukan setidaknya 84 ribu pekerja wanita asing Qatar bekerja di luar batas normal, bahkan hingga 100 jam per minggu tanpa hari libur.
Selain masalah eksploitasi, penyelidikan Amnesty Internasional juga menemukan kekerasan fisik dan seksual.
Masalah tenaga kerja ini juga pernah membelit pesepakbola asal Perancis, Zahir Belounis, yang terjebak tak bisa keluar Qatar selama 19 bulan dan terkatung-katung tanpa uang dan visa akibat sistem Kafala milik Qatar.
"Piala Dunia adalah sebuah perayaan. Bayangkan perayaan tersebut berdiri di atas eksploitasi pekerja miskin," kata Champagne.
Menurut pria Perancis tersebut, selain Qatar, masih terdapat negara Arab lain yang dapat menjadi alternatif seperti Maroko dan Mesir yang pernah mengajukan diri sebagai tuan rumah beberapa kali.
Kisruh Piala Dunia 2018 dan 2022 mencuat setelah hasil investigasi penyelidik internal FIFA, Michael Garcia, menyatakan bahwa beberapa nama terlibat dalam suap tuan rumah ajang empat tahunan itu.
Namun, hakim etika FIFA, Hans-Joachim Eckert mengatakan Qatar dan Rusia bersih dan tidak bermasalah. Garcia sendiri lalu mengatakan Eckert telah salah paham atas laporan tersebut.
Kasus tersebut kini tengah diselidiki pengadilan Swiss dan Champagne menyesal tidak dapat melakukan apapun untuk membantu menyelesaikan masalah itu.
Baginya, masih ada waktu untuk membersihkan nama FIFA namun harus mengetahui dengan baik isi laporan Garcia.
Champagne adalah mantan Sekertaris Jendral Deputi FIFA 2002-2005. Ia juga menjabat Direktur Hubungan Internasional FIFA sejak 2007 hingga akhirnya ia berhenti pada 2010.
Kini, ia maju sebagai kandidat presiden FIFA menghadapi petahana, Sepp Blatter.