Jakarta, CNN Indonesia -- Menindaklanjuti keluhan yang diungkapkan dari para Pengurus Besar (PB) soal air, listrik, di kompleks stadion Gelora Bung Karno, Jakarta, Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Imam Nahrawi berencana untuk
mengambil alih pengelolaan Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta, yang berada di bawah Kementerian Sekertariat Negara.
"Kami yang semen dan cat Pintu Kuning, namun disuruh bayar juga. Makanya, jangan heran kalau dulu wajah para pengurus cabang cerah-cerah, lalu sekarang sudah layu-layu," keluh ketua PB PABBSI, Adang Daradjatun, seperti dikutip dari
Detikcom.
Keluhan juga pernah disampaikan Andriyan, atlet loncat indah Indonesia, soal kondisi prasarana di arena akuatik GBK yang sudah tidak lagi memadai.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Menara (loncat)-nya sudah kurang bagus, karpetnya sudah pecah-pecah, bolong-bolong. Jadi semen papan loncat sudah pecah-pecah dan karpetnya sudah keras," ujar Andriyan kepada CNN Indonesia beberapa waktu yang lalu.
Prihal kondisi sarana di GBK, Pusat Pengelola Komplek (PPK) GBK sendiri menuturkan bahwa mereka kekurangan dana untuk melakukan perawatan yang layak.
"Dana untuk perawatan tergantung pendapatan. Kami ada target, tetapi hanya anggaran. Jika tercapai
ya bagus, jika tidak
ya kami tidak bisa belanja," ujar Suaib Rizal, Kepala Divisi Hukum dan Humas PPK GBK kepada CNN Indonesia.
Selain itu Rizal juga mengakui bahwa 15 persen pendapatan yang didapatkan PPK dari berbagai kegiatan komersil, seperti di antaranya penyewaan stadion, harus disetorkan ke negara.
Akibatnya dana yang dapat digunakan untuk perawatan area GBK hanyalah 85 persen pendapatan.
"Jadi bukan tidak dirawat. Kami
sih merawat, tetapi dananya hanya sebesar itu. Dana kami hanya dari sisi komersial, kerja sama, dan lainnya," ujar Rizal melanjutkan. "Misalnya dari konser, pameran, kegiatan partai politik. Jika tidak ada komersilnya bagaimana kita bisa jalan."
Selain itu PPK juga tidak mendapatkan dana subsidi dari APBN, sehingga perawatan area GBK berasal dari usaha mereka sendiri sebagai Badan Layanan Umum yang menangani perawatan aset negara.
Membutuhkan Dana Tidak SedikitDari seluruh area kompleks Senayan, Stadion GBK yang merupakan fasilitas terbesar dan juga sarana yang menyedot dana tidak sedikit.
"Untuk biaya perawatan rumput stadion saja kira-kira menghabiskan sekitar 185 juta per-tahun. Jumlah tersebut dibagi empat sehingga kami mengajukannya setiap tiga bulan sekali," ujar Adi Riyanto, pengurus teknis perawatan Stadion GBK.
"Tiap tahun diestimasi naik sekitar lima persen," ujar Adi melanjutkan.
Namun, meski merupakan fasilitas paling besar, gelanggang renang justru merupakan arena yang paling memakan dana menurut Rizal.
"Yang paling besar biayanya ya renang, karena secara komersial tidak menghasilkan. Jika Stadion GBK kan masih bisa digunakan untuk konser, tapi gelanggang renang agak sulit karena hanya mengandalkan penjualan tiket," ujar Rizal melanjutkan.