Jakarta, CNN Indonesia -- Salah mengambil keputusan dapat berakibat fatal bagi seorang wasit. Hal itu dialami wasit asal Mauritania, Rajindraparsad Seechurn, karena keputusan kontroversialnya di Piala Afrika 2015.
Seechurn harus membayar mahal keputusannya menunjuk titik putih di waktu tambahan dalam pertandingan perempat final Piala Afrika yang mempertemukan tuan rumah Guinea Khatulistiwa melawan Tunisia, Minggu (1/2).
"Komite Wasit menyadari buruknya performa wasit," tulis pernyataan Konfederasi Sepakbola Afrika (CAF) di situs resmi mereka.
"Kegagalan yang tidak dapat ditolerir, karena kegagalan mempertahankan ketenangan dan juga kontrol terhadap pemain selama pertandingan."
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam pertandingan yang dimenangi Guinea Khatulistiwa 2-1 tersebut, selama 90 menit waktu normal sebenarnya kemenangan berada di tangan Tunisia.
Namun, penalti di babak tambahan waktu menit ketiga membuyarkan kemenangan Tunisia dan akhirnya mereka takluk 1-2 di babak tambahan waktu.
Setelah pertandingan, CAF mengaku menerima dua surat dari pihak Asosiasi Sepak Bola Tunisia yang menuduh otoritas sepak bola Afrika tersebut bersikap tidak adil dan meminta investigasi.
Selain itu Ketua Asosiasi Sepak Bola Tunisia (FTF), Wadle Jery, juga mengundurkan diri dari posisinya di CAF sebagai bentuk protes.
Jika FTF tidak dapat memberikan bukti nyata terhadap tuduhan tidak adil, mereka harus mengirimkan surat permintaan maaf kepada CAF sebelum 5 Februari, atau mereka akan dilarang tampil di Piala Afrika 2017.
Selain Tunisia, pihak Guinea Khatulistiwa ternyata juga tidak lepas dari hukuman. Tuan rumah Piala Afrika 2015 itu tersebut didenda 5 ribu dollar AS karena buruknya keamanan di stadion mereka.