Jakarta, CNN Indonesia -- Sempat menjadi pujaan seluruh bangsa pada era 1980an, mantan juara dunia tinju asal Indonesia, Ellyas Pical, saat ini sedang bekerja keras mencari nafkah sebagai pegawai di kantor Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) pusat, Senayan, Jakarta.
Kondisi itu membuat pengamat tinju nasional, Hengky Silatang, sedih. Betapa tidak. Sama seperti jutaan rakyat Indonesia lainnya, Hengky juga pernah mengidolakan Elly.
Berbicara kepada
CNN Indonesia, Hengky mengaku tidak menyangka bisa bertemu Elly hampir setiap hari di sekitar kantor KONI. Hengky mengatakan, dengan segala pretasi yang telah ditorehkan Elly di masa lalu, pria asal Maluku itu seharusnya tinggal menikmati masa tuanya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Elly bukan hanya legenda Indonesia di dunia tinju, tapi olahraga keseluruhan. Elly memulai segalanya dari bawah, SD saja dia tidak tamat," ucap Hengky.
"Jujur saya sedih dan prihatin. Elly telah membuktikan, meski pendidikannya kurang, tapi dia mampu memberikan harga diri, tidak hanya bagi dirinya dan keluarga, tapi juga untuk negara," ucap Hengky.
Desak pemerintahHengky berharap pemerintah bisa memperhatikan nasib mantan atlet, khususnya mereka yang sudah mengharumkan nama Indonesia di kancah internasional.
"Atlet-atlet seperti Elly harus mendapat perhatian dari pemerintah. Karena dia telah merebut gelar yang luar biasa, atlet sepertinya adalah pahlawan, dan perhatian dari pemerintah sangat kurang," ucap Hengky.
"Bahkan di luar negeri, seorang pelatih asing pun yang mampu mengantarkan atletnya menjadi juara dunia, pasti mendapat kehormatan dari negera tersebut," sambungnya.
Hengky tidak memungkiri perkembangan tinju Indonesia kembali lesu dalam beberapa pertandingan terakhir. Hal itu dikarenakan sangat minimnya kejuaraan tinju di tingkat nasional.
Kondisi tersebut diakui Hengky akan membuat Indonesia kesulitan memproduksi Ellyas Pical baru atau Chris John baru.
"Bagaimana bisa menggelar kejuaraan jika tidak ada sponsor. Kembali lagi ke peran pemerintah, yang harus membuat tinju nasional kembali bergairah," ucap Hengky.
"Jika terus seperti ini, maka kita akan semakin ketinggalan. Bahkan untuk level Asia Tenggara saja kita sudah mulai tertinggal. Padahal dulu Malaysia dan Thailand takut menghadapi Indonesia," sambungnya.
(har/har)