Hosni Mubarak dan Sepak Bola di Mesir

Bowie Haryanto | CNN Indonesia
Senin, 09 Feb 2015 15:51 WIB
Kelompok suporter sepak bola garis keras di Mesir diklaim sebagai salah satu alat untuk menggulingkan kekuasaan Hosni Mubarak pada 2011.
Suporter sepak bola Mesir dianggap sebagai organisasi yang paling terorganisir usai Ikhwanul Muslimin. (REUTERS/Stringer)
Kairo, CNN Indonesia -- Politik dan sepak bola tidak bisa dipisahkan di Mesir. Bahkan kelompok suporter garis keras Mesir diklaim sebagai salah satu alat untuk menggulingkan kekuasaan Hosni Mubarak pada 2011.

Klaim tersebut muncul karena banyaknya anggota suporter sepak bola garis keras di Mesir yang juga aktif di organisasi Ikhwanul Muslimin, yang merupakan kelompok oposisi di era Hosni Mubarak.

Usai rezim Mubarak berakhir, bentrok suporter terbesar dalam sejarah Mesir terjadi di Stadion Port Said pada 1 Februari 2012. Lebih dari 70 orang tewas dan 1.000 lainnya luka-luka.

Sejumlah pihak meyakini bentrok suporter pada pertandingan Al Masry melawan Al Ahly itu didalangi polisi yang masih setia terhadap Mubarak. Tudingan tersebut dibantah oleh polisi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hubungan suporter dengan polisi tidak terjalin harmonis meski Mesir dipimpin Mohamed Morsi yang merupakan presiden pilihan Ikhwanul Muslimin.

Bentrokan antara suporter dengan polisi kembali pecah di Mesir pada Maret 2013. Pemicunya adalah keputusan pengadilan yang menjatuhkan hukuman mati terhadap 21 suporter Al Masry terkait tragedi Port Said.

Kemarahan suporter semakin menjadi-jadi setelah hanya dua polisi yang dijatuhi hukuman penjara, sedangkan tujuh lainnya dibebaskan.

White Knights

Suporter sepak bola semakin disudutkan setelah Morsi dikudeta oleh militer pada Juli 2013. Ketika itu, banyak pihak yang secara terang-terangan menuduh kelompok garis keras suporter sebagai bagian dari Ikhwanul Muslimin.

Kelompok suporter garis keras klub Zamalek, White Knights, sempat menampik klaim tersebut.

"Kami bukan organisasi yang punya ideologi tertentu. Kami bangga dengan semua anggota kami, terlepas dari afiliasi politik mereka," demikian pernyataan resmi White Knights seperti dilansir Daily News Egypt.

Di saat hubungan suporter dengan polisi di Mesir sudah harmonis, bentrokan justru terjadi di luar Stadion Air Defence, Kairo, Minggu (8/2) waktu setempat, jelang pertandingan Zamalek melawan ENPPI.

Saling tuding terjadi usai bentrokan yang diklaim Al Jazeera mengakibatkan sekitar 40 orang tewas. Polisi, melalui kementerian dalam negeri Mesir, mengklaim ratusan anggota White Knights memaksa masuk ke stadion tanpa memiliki tiket.

Sementara, White Knights mengklaim pemicu bentrokan dikarenakan polisi hanya membuka satu pintu masuk ke stadion. Kondisi itu mengakibatkan penumpukan massa di depan stadion.

Bentrok suporter dengan polisi di Mesir sepertinya masih akan terjadi di masa depan jika isu sepak bola masih dicampuradukkan dengan politik. (har/har)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER