PT Liga: Klub-Klub Belum Pentingkan Kesehatan Finansial

Putra Permata Tegar Idaman | CNN Indonesia
Rabu, 25 Feb 2015 11:36 WIB
Menurut Sekertaris PT Liga, klub-klub Liga Indonesia masih mementingkan prestasi dengan menggaji pemain tinggi-tinggi ketimbang mengurus kesehatan keuangan.
Sekertaris PT Liga mengatakan bahwa klub-klub Indonesia tak bisa mengatur kesehatan keuangan. (CNN Indonesia/Dika Dania Kardi)
Jakarta, CNN Indonesia -- Liga Primer Inggris memang berada di dimensi yang berbeda dengan Liga Super Indonesia dimana mereka sudah mendunia. Namun bukan berarti tidak ada hal yang bisa dicontoh oleh Liga Super Indonesia.

Indonesia sendiri memiliki beberapa modal bagus untuk setidaknya mencoba mengikuti jejak Liga Primer Inggris.

Baca Juga: Belajar Mengelola Sepak Bola Pada 'Liga Pecahan'

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pertama, Indonesia memiliki penduduk terbesar keempat di dunia, sebanyak 250 juta jiwa, lebih banyak empat kali lipat dari penduduk Inggris. Berarti, meski belum bersifat global, setidaknya Liga Super Indonesia tetap punya pasar yang besar.

Kedua adalah fakta bahwa sepak bola adalah olahraga nomor satu di negeri ini. Antusiasme publik terhadap sepak bola di negeri ini tidaklah berkurang dari dekade ke dekade.

"Bukan hanya Liga Inggris yang menjadi patokan kami, namun juga liga-liga lainnya di dunia. Seperti misalnya Liga Jerman yang punya program pembinaan usia muda yang hebat atau Liga Spanyol dengan manajemen klub yang bagus, dan tentunya Liga Inggris jika mengacu pada hak siar dan sponsorship," ucap Sekretaris PT Liga Tigor Shalom Boboy.

"Kami ingin Liga Super Indonesia jauh berkembang dari posisi sekarang dan Indonesia punya potensi untuk itu," katanya melanjutkan.

Bagi PT. Liga tugas utama mereka saat ini adalah menjadikan klub-klub di Indonesia itu masuk dalam kategori sehat di akhir kompetisi.

"Mereka harus kaya dari segi finansial dalam artian tidak merugi di akhir musim karena perencanaan keuangan yang tidak bagus," ucap Tigor.

"Sejauh ini di Indonesia tiap klub hanya terfokus pada prestise klub dan kebanggaan daerah dengan tujuan menjadi juara. Namun, kesehatan keuangan tiap klub masih belum jadi prioritas mereka (klub-klub)."

"Memang ada beberapa klub yang sudah menunjukkan indikasi sebagai klub-klub sehat di Indonesia saat ini dan semoga ini bisa diikuti oleh banyak klub lainnya."

Bidik Delapan Besar Asia

Jika klub-klub sudah bisa mengelola kondisi finansial mereka seperti menghitung budget yang masuk, mengatur pengeluaran, hingga rencana finansial jangka panjang, maka otomatis akan makin banyak sponsor yang tertarik untuk menjadi bagian dari klub tersebut.

"Sumber pemasukan bisa dari tiket penonton, penjualan merchandise, hak siar, bisnis klub (jual-beli pemain), hingga subsidi. Terpenting, tiap klub bisa menghitung jelas batas kemampuan mereka dan jangan sampai mengalami kerugian," ucap Tigor.

Soal pembayaran hak siar, Tigor menegaskan bahwa hal itu akan seiring sejalan dengan perkembangan Liga Super Indonesia sendiri.

"Jika klub-klub sudah sehat dan mereka bisa selalu optimal di tiap pertandingan, maka kualitas pertandingan akan meningkat. Nilai hak siar akan otomatis mengikuti nantinya," ucap Tigor seraya menyebut bahwa saat ini klub mendapat 2,5-3 miliar dari hak siar kompetisi.

Soal tiket masuk penonton, PT Liga menyebutkan bahwa hal itu sepenuhnya menjadi tanggung jawab klub untuk bisa mengelolanya dengan baik.

"Itu urusan manajemen klub. Bagaimana mereka mengatur pertandingan kandang agar dipadati penonton namun tidak terjadi kebocoran dan lain sebagainya."

Berdasarkan proyeksi rencana jangka panjang PT Liga, Liga Super Indonesia diharapkan bisa memenuhi kondisi ideal pada 3-5 musim mendatang. Kondisi ideal berarti sudah tidak ada cerita soal tunggakan gaji pemain maupun utang yang menumpuk di akhir musim.

"Kami ingin Liga Super Indonesia bisa masuk delapan besar Liga Terbaik di Asia lagi dan bisa kembali mengungguli Vietnam dan Thailand di zona Asia Tenggara," ucap Tigor berterus terang.

"Saat ini Indonesia sudah kalah dari Vietnam dan Thailand dalam hal pengelolaan liga, padahal dulu kami unggul. Kami harus bekerja keras untuk bisa menyusul mereka."

"Bahkan jika memang Liga Super Indonesia harus diikuti oleh hanya 12-14 klub yang benar-benar masuk kategori ideal, maka itulah yang akan dilakukan. Dengan demikian, kata profesional benar-benar bisa diwujudkan." (vws)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER