Jakarta, CNN Indonesia -- Ketua Umum Badan Olahraga Profesional Indonesia (BOPI) Noor Aman menyatakan bahwa rangkap jabatan yang terjadi di sepak bola Indonesia, yaitu Sekertaris Jenderal Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) dan Chief Executive Officer (CEO) PT Liga yang dipegang oleh orang yang sama, akan menghambat tata kelola persepakbolaan.
"Sekarang Pak Joko sebagai Sekjen PSSI, sementara dia CEO. Ini kan berat. Kewajibannya sangat ketat," kata Noor saat dihubungi
CNN Indonesia, Selasa sore (24/2).
Hal senada juga diucapkan oleh pengamat olahraga sekaligus dosen Ilmu Keolahragaan di Institut Teknologi Bandung, Tommy Apriyantono.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya, rangkap jabatan bisa menjadi masalah dalam tata kelola di persepakbolaan Indonesia karena "menjadi tidak jelas batasan antara yang harus diawasi dan mengawasi."
Menurut Noor Aman sendiri, secara umum tata kelola dalam sepak bola terdiri dari pengelolaan klub dan badan perusahaan. Ia menilai bahwa dengan tanggung jawab yang baik terhadap dua hal tersebut, bukan tidak mungkin tata kelola yang baik terhadap persepakbolaan di Indonesia akan terwujud.
"Berawal dari kualitas pelatih untuk melatih atlet, karena atlet yang bagus itu tentu melalui suatu proses rekrutmen yang bagus.”
"Itu sebabnya ada pembinaan usia dini. Lalu kemudian masuk ke tata kelola perusahaannya yang komoditasnya adalah atlet," ujarnya.
Sementara yang baru dilakukan BOPI terkait membentuk tata kelola yang baik, kata Noor, adalah mencoba untuk memulai melakukan penilaian tentang kelayakan berdasarkan parameter yang ada yakni peraturan FIFA maupun PSSI.
"Layak atau tidaknya atlet untuk main dalam suatu klub, layak atau tidaknya klub untuk mengikuti kompetisi, daya kelola klub, keuangan, dan sebagainya. Itu yang kami coba (nilai).
“Baru kemudian naik menilai PT Liga sebagai operator," ucap Noor.
Kualitas Baik Sama Dengan KeuntunganBagi Noor, kelayakan mengikuti kompetisi dan tata kelola yang baik tak lantas bisa berbuah keuntungan kepada klub. Keuntungan untuk dapat terus hidup dan pentas dalam berbagai laga tergantung kepada kualitas yang baik dari dalam klub itu sendiri.
"Sepakbola itu kan suatu pertunjukan yang menarik. Ukurannya kualitas yang baik.
"Kalau baik, pasti banyak yang sponsor-
in. Kata kuncinya adalah profesionalitas dengan pemain-pemain itu sendiri," ujar Noor.
Noor berpendapat bahwa Indonesia seharusnya dapat memanfaatkan kegemaran fanatik masyarakat Indonesia terhadap sepak bola. Dengan "jaminan" tersebut, sponsor pun akan senantiasa menjalin kerja sama dengan klub.
"Sekilas, seolah-olah klub yang sejahtera itu Persib Bandung. Kenapa? Mungkin tadi, karena manajemen pertandingan dan klubnya sendiri dapat berbisnis dengan baik.
"Ini baru kasat mata, yang lain-lain? Tergantung seberapa (besar) daya tarik dan kualitas bermain mereka itu sendiri," ucap Noor.
(vws)