Jakarta, CNN Indonesia -- Diantara klub-klub sepak bola yang ada di Indonesia, Persib Bandung sering kali dijadikan contoh bagaimana membentuk tata kelola sepak bola yang baik.
Menurut Direktur PT Persib Bandung Bermartabat, Risha Adi Wijaya, berkata bahwa daya tarik klub dan juga memiliki tujuan besar untuk menjadi juara adalah kunci tata kelola klub yang telah berdiri sejak 14 Maret 1993 tersebut.
"Persib ingin mempertahankan ISL," kata Risha saat dihubungi CNN Indonesia. Rabu pagi (25/2).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Risha, untuk mengelola klub dengan baik, pertama-tama yang harus dilakukan sebuah klub adalah menyesuaikan dengan aturan pemerintah. Di Indonesia, klub-klub harus berbadan hukum dan membentuk PT (Persero Terbatas) dan diisi oleh orang-orang yang mempunyai kapasitas di bidang sepakbola.
"Kalau kami (Persib) mengacu kepada struktur organisasi ideal yang harus terdiri atas (misalnya) CEO, direktur teknik, pemasaran, operasional, keuangan, security offficer, media officer," ujar Risha.
Risha berpendapat klub harus melakukan survei mengenai yang diinginkan masyarakat dari klub itu sendiri.
"Berdasarkan hal tersebut kami mengembangkan berbagai usaha. Sumber pendapatan utama sepak bola ada lima (yaitu) sponsor, tiket, hak siar, transfer fee, dan
merchandise.
"Urutannya prioritasnya bisa berbeda-beda antar klub. Dari lima 5 hal tersebut kami lalu memadukannya dengan aset kami yaitu pemain, logo, dan nama klub. Itu yang kami kembangkan," katanya.
Dari lima sumber pendapatan utama sepak bola tersebut, Risha mengatakan sponsor memberikan pendapatan bagi Persib sebesar kurang lebih 60 sampai 70 persen, dan sisa 30 sampai 40 persen didapat dari empat sumber lainnya.
"Kami mencoba mengurangi presentasi kontribusi dari sponsor, karena sponsor datang dan pergi. Kami juga terus berupaya untuk mendapatkan pendapatan yang kontinuitas," ucapnya.
Sementara itu, Risa menampik anggapan tentang jersey Persib yang penuh dengan sponsor bisa mengaburkan estetika dari sebuah kostum. Ia menegaskan, bahwa Persib sudah memikirkan hal-hal terkait penempatan sponsor dan estetika kostum dalam membuat jersey.
"Anggapan itu kami biarkan saja. Kenapa? karena industri ini masih berkembang oleh karena itu kami memaksimalkan segala sesuatunya, tentu tanpa melupakan nilai-nilai estetika itu sendiri," ucap Risha.
Dari sisi pengeluaran, klub-klub Indonesia memiliki beban gaji yang bisa mencapai lebih dari 60 persen. Menurut Risa, alokasi gaji di klubnya bersifat relatif dan tergantung dari strategi dan target klub.
"Setiap klub punya budget tim yang cukup besar. Di dalam tim kan terpilah-pilah ada pemain lokal, asing, junior, senior.
"(Tergantung) target dulu, kalau ingin jadi juara harus punya
budgeting yang cukup mumpuni. Tidak perlu pemain yang bintang semua karena tidak mudah juga mengurusnya," kata Risha.
Sementara itu, tak semudah itu untuk mengurangi beban pengeluaran dari gaji pemain karena, menurut Risha, harga pemain sangat bergantung pada pasar. "PT Liga Indonesia juga masih merumuskan rencana untuk melakukan pembatasan budget," ujarnya.
(vws)