Tan Joe Hok dan Generasi Emas Pertama yang Taklukkan Dunia

Martinus Adinata | CNN Indonesia
Sabtu, 28 Feb 2015 12:29 WIB
Dalam sejarah bulu tangkis, Indonesia pernah beberapa kali memiliki generasi emas. Tan Joe Hok dan Ferry Sonneville adalah yang pertama.
Tan Joe Hok menunjukkan foto ketika skuat Piala Thomas membawa gelar tersebut kembali ke Indonesia. (CNN Indonesia/Putra Permata Tegar)
Jakarta, CNN Indonesia -- "Selama ada permainan bulutangkis, nama saya tidak akan hilang. Sama saja orang mau melupakan bung Karno juga tidak bisa," ujar Tan Joe Hok ketika ditemui CNN Indonesia di kediamannya, Kamis (26/2).

Sebagaimana Soekarno menuliskan namanya sebagai presiden pertama, Tan Joe Hok pun mengabadikan dirinya dalam lembaran sejarah Indonesia sebagai yang pertama. Tak tanggung-tanggung, ia adalah peraih pertama All England juga Piala Thomas, ajang beregu putra paling bergengsi dalam dunia bulutangkis.

Piala Thomas sendiri direbut oleh Tan Joe Hok dan kawan-kawan pada 1958, satu tahun sebelum ia terbang ke Inggris untuk merebut tongkat supremasi tunggal putra.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Berstatus sebagai negara yang tidak diperhitungkan dalam peta kekuatan bulutangkis dunia, Indonesia justru berhasil mengalahkan Denmark dan Thailand sebelum menumbangkan juara bertahan Malaya (Malaysia) di partai puncak.

Menghadapi negara tetangga, Indonesia berhasil meraih kemenangan 6-3, dan Tan Joe Hok yang dua kali turun sebagai pemain di partai tunggal dan dua kali di partai ganda, berhasil meraih dua poin saat dirinya turun di partai tunggal.

Saat itu rakyat Indonesia pun menyambut Piala Thomas pertama dengan gegap gempita. Sepanjang jalan dari Kemayoran menuju Istana Merdeka penuh sesak oleh puluhan ribu masyarakat yang mengelu-elukan pahlawan mereka.

Bagaimana tidak, mereka mengibarkan Merah Putih di puncak dunia.

"Bangga, karena tidak semua orang bisa seperti ini," ujar mantan pebulutangkis yang juga merupakan peraih medali emas Indonesia pertama di ajang Asian Games.

"Saya bangga dapat mewakili Indonesia, karena Bung Karno menanamkan rasa nasionalisme yang sangat besar."

All Indonesian Final di All England

Pencapaian Tan Joe Hok di Piala Thomas 1958 ini berlanjut pada ajang turnamen bulutangkis bergengsi, All England satu tahun kemudian.

Di laga final salah satu turnamen tertua dan paling bergengsi di dunia bulutangkis ini, Tan Joe Hok berhadapan dengan bakat terbaik Indonesia lainnya, yang turut menjadi bagian dari tim Indonesia yang meraih Piala Thomas, Ferry Sonneville.

Pertarungan tiga set mewarnai partai puncak tunggal putra tersebut. Meraih kemenangan di 15-8 di set pertama, Tan Joe Hok takluk dari Ferry di set kedua dengan skor 10-15.

Namun di set penentuan, Tan Joe Hok melaju tak terbendung dan mengalahkan Ferry dengan skor telak 15-3 untuk mencatatkan sejarah sebagai pemain Indonesia pertama yang merajai All England.

"Inilah hidup saya," ujar pria asal Bandung tersebut, "orang biasa yang diberkahi Tuhan sehingga dapat memberikan sesuatu bagi bangsa ini."

Mempertahankan Lebih Sulit Ketimbang Merebut

Tan Joe Hok dan kawan-kawan sadar betul bahwa kemenangan Indonesia di Piala Thomas 1958 justru akan membawa mereka ke jalan yang lebih berat lagi.

Kemenangan itu jelas menjadi titik tolak posisi Indonesia di dunia bulu tangkis. Dari negara yang bukan apa-apa, menjadi negara target buruan yang wajib dikalahkan pada gelaran berikutnya, tahun 1961.

Indonesia sendiri datang menghadapi turnamen ini bukannya tanpa masalah. Duo andalan Indonesia, Tan Joe Hok dan Ferry Sonneville sedang tidak ada di Indonesia.

Pasca kemenangan di tahun 1958, Tan Joe Hok memutuskan untuk kuliah dan meninggalkan bulu tangkis sedangkan Ferry kembali belajar di Belanda.

"Beberapa bulan sebelum Piala Thomas, saya dan Ferry juga rutin berkomunikasi, termasuk soal gelaran Piala Thomas selanjutnya di Jakarta," ucap Tan Joe Hok.

"Saya berkata pada Ferry, 'Kita harus pulang. Kita yang merebut, kita juga harus mempertahankan," katanya menambahkan.

Pulang ke Indonesia dari Amerika Serikat, dan juga Belanda, pada waktu itu bukanlah hal gampang. Harga tiket pesawat masih di awang-awang, bahkan termasuk untuk ukuran kepentingan nasional macam pemanggilan atlet untuk Piala Thomas.

"Akhirnya di Indonesia sempat ada gerakan 'koin untuk Ferry' sebagai aksi penggalangan dana untuk membeli tiket. Saya sendiri pun akhirnya mendapat tiket di tangan untuk pulang, entah dari siapa," kata Tan Joe Hok.

Adanya Ferry dan Tan Joe Hok benar-benar memberikan suntikan kekuatan yang luar biasa bagi Indonesia. Tim Indonesia pun kembali bergairah menyambut gelaran Piala Thomas 1961 yang berlangsung di Jakarta.

"Saat itu Istora baru saja selesai dibangun untuk persiapan Asian Games 1962. Jadi, kami-kami inilah penghuni pertama perkampungan atlet di Senayan saat itu," kata Tan Joe Hok tertawa.

Nama-nama yang menjadi tulang punggung Indonesia di Piala Thomas 1958 seperti Eddy Yusuf, Tan King Gwan, Njoo Kiem Bee, Lie Po Djian, dan tentunya duo ujung tombak Tan Joe Hok-Ferry Sonneville kembali sukses membawa kejayaan bagi Indonesia.

Tan Joe Hok dan Ferry masing-masing menyumbang dua poin di partai tunggal putra dan berpengaruh besar pada hasil akhir kemenangan 6-3 atas Thailand di babak final.

"Kemeriahan saat itu makin luar biasa karena kami menang di Jakarta. Pawai dan arak-arakan begitu ramai dan dihadiri banyak orang," ucap Tan Joe Hok.

LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER