Brussels, CNN Indonesia --
Pengantar: Tulisan ini diterjemahkan dari artikel yang dipublikasi CNN dengan judul asli 'What's squeezing a woman's bottom to do with sport?'Sebuah tangan yang terbungkus sarung tangan mencoba menyentuh bagian belakang perempuan yang berbusana minim.
Gambaran tersebut diambil dari serial televisi populer
Mad Men yang mendokumentasikan kecabulan dunia periklanan di Amerika pada dekade 1960an.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun, ini adalah tahun 2015 dan iklan '
Who Squeezes them in Harelbeke?', sebuah poster untuk kompetisi balap sepeda elite E3 Harelbeke di Belgia, masih juga melukiskan sebuah tangan yang dibungkus sarung tangan khusus sepeda mencoba menyentuh bokong seorang perempuan.
Padahal, iklan kontroversial tersebut bukanlah hal yang diinginkan untuk mengudara.
(Iklan) itu terinspirasi dari kelakuan pemenang sebelumnya dari Slovakia, Peter Sagan, yang mencubit bokong seorang gadis podium pada Tur Flanders 2013--sesuatu yang kemudian disesali Sagan dengan mengatakan, "Saya berjanji untuk bertindak lebih bertanggung jawab di masa mendatang."
Sepekan sebelumnya, dia juga pernah terpotret di atas podium E3 Harelbeke melakukan gerakan meremas bokong gadis bunga (di atas podium) lainnya.
Kemudian, panitia kompetisi E3 Harelbeke menggunakan aksi epik Sagan untuk promosi mereka di tahun 2015. Hal ini memicu perdebatan tentang seksisme dalam bersepeda karena pesan iklan memang tak berhubungan dengan balapan.
Klub Bocah Tua"Seorang pria yabg meremas bokong seorang perempuan mengindikasikan sebuah level pelecehan seksual," kata mantan pesepeda profesional dan juga sutradara film dokumenter tentang pesepeda perempuan,
Half the Road.
"Poster ini membuat bersepeda terlihat usang. Mereka bergantung pada taktik 'Klub Bocah Tua' untuk membantu mereka menjual sebuah produk-- dan dalam kasus ini produk tersebut adalah balapan."
Namun, menilik iklan-iklan penyelenggaraan E3 Harelebeke yang sering kali kontroversial, poster itu mungkin lebih 'normal' jika dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Pada 2011, misalnya, panitia menampilkan seorang perempuan telanjang bertelungkup di padang rumput, dengan siluet miniatur para pesepeda tampak di atas tubuh sang model.
Tahun lalu juga muncul poster yang lebih membingungkan lagi, yaitu seorang perempuan berdiri mengangkangi tiga perempuan lain yang sedang berpose menyerupai batang sepeda dan dua rodanya.
"Pada dekade 1950an dan 1960an, sebuah gambar provokatif mungkin biasa terlihat sebagai cara (promosi) untuk menjual produk, tetapi kini metode komunikasi pemasaran sudah lebih canggih dan maju ketimbang 50 tahun lalu," kata Simon Chadwick, seorang profesor strategi bisnis dan pemasaran olahraga dari Universitas Coventry.
"Saya pikir E3 Harelbeke agak keluar dari norma keteraturan masa kini."
Anggukan Main-MainBadan Olahraga Sepeda Dunia (UCI) telah meminta poster itu dicabut. Panitia E3 Harelbeke kemudian menyetujui permintaan itu meski mereka melihatnya bukan sebagai tindakan ofensif (seksisme).
"Secara pribadi, saya tak berpikir itu adalah seksisme," kata Manajer E3 Harelebeke, Marc Claerhout, kepada
CNN.
Apa dia bisa menduga mengapa orang lain melihatnya sebagai tindakan ofensif?
"Saya tidak tahu. Seperti Anda lihat sendiri, saya memiliki banyak promosi, lebih banyak dibanding beberapa pakaian dalam," katanya, "Dan kami tidak bermaksud bertindak seksisme."
Panitia pun telah mencabut poster promosi, merilis permintaan maaf secara resmi kepada "Siapapun yang mungkin terintimidasi, terdiskriminasi, atau (merasa itu) seksisme."
"Panitia meluncurkan kampanye ini sebagai sebuah lelucon atas insiden dua tahun lalu, ketika seorang pesepeda telah meremas bokong seorang gadis bunga," demikian bunyi pernyataan itu.
Juara balap sepeda Olimpiade, Nicole Cooke, menyatakan upaya penarikan poster adalah satu hal -- namun UCI jangan melupakan peluang untuk menjadikan itu preseden bagi turnamen yang juga menjual promosi seksisme selama bertahun-tahun.
"Meminta para panitia balap untuk mencabut poster-poster tidak banyak mencegah (insiden seksisme terulang kembali)," kata Cooke dalam otobiografinya,
The Breakaway.
Dalam buku otobiografinya, ia menyorot isu seksisme dalam olahraga yang telah ia tekuni selama satu dekade tersebut.
"(Hukuman) Denda hingga pembatalan balapan akan menjadi pesan yang kuat bahwa tidak ada tempat bagi seksisme dalam (dunia) bersepeda. Sebaliknya, balap akan menerima publisitas yang besar," tulisnya.
Secara tidak langsung, poster Harelebeke juga mengangkat isu pelecehan seksual di setiap tempat kerja, kata Laura Bates, pendiri 'Everyday Sexism Project'.
"(Poster) Itu adalah sebuah referensi langsung ke arah insiden pelecehan seksual, yang seharusnya tidak diperlakukan sebagai sesuatu yang perlu dirayakan atau dijadikan sebuah lelucon," ujarnya.
Senada, Institut Kesetaraan antara Pria dan Perempuan Belgia, menyatakan gambar itu melanggar undang-undang antidiskriminasi 2007 dan menghasut intimidasi seksual.
Gambar yang sama tak akan mungkin digunakan pada turnamen untuk perempuan.
"Poster itu bukan hanya bernada seksisme -- balap ini juga bukanlah arena untuk perempuan," kata Bertine yang telah lama mengampanyekan balap sepeda Tour de France untuk perempuan yang setara dengan pria.
"Di sini kami tengah berjuang agar kesetaraan terjadi. Dan poster-poster seperti ini tak membantu membuka jalan," katanya.
Menurutnya, masalah ini terjadi bukan karena mayoritas pesepeda berjenis kelamin pria, tetapi kurangnya perwakilan perempuan di antara direktur dan promotor balap.
Uang Berbicara
Salah seorang perempuan yang menjadi anggota dewan British Cycling, Alex Russel, mengakui bahwa sponsor menjadi faktor besar untuk membuat balapan setingkat Tour de France untuk perempuan bisa terlaksana.
"Banyak hal baru bisa terlaksana jika memiliki nilai jual -- dan ini tidak melulu tergantung dengan gender," katanya.
"Di Inggris, kami telah memperkenalkan tur sepeda perempuan dan kami telah mendapat dukungan keuangan. Tapi Anda tidak serta merta mendapatkan penonton dalam jumlah banyak dan juga disiarkan kepada massa yang lebih luas, karena hal ini tumbuh secara bertahap."
Cooke juga menyatakan bahwa rintangan lain dalam olahraga perempuan adalah perbedaan besar dalam jumlah uang hadiah antara perempuan dan pria.
"Inspirasi dari poster (seksisme) ini adalah Tour de Flanders 2013 yang pemenang prianya, Fabian Cancellara, menerima 20 ribu euro. Sebagai perbandingan, ketika saya memenangkan turnamen tersebut, saya dengan senang hati berbagi uang hadiah 1000 euro dengan rekan tim saya," kata Cooke.
"Agar tercipta perlindungan, keamanan, dan kredibilitas bagi para pesepeda perempuan, saya akan merekomendasikan sebuah batasan gaji minimal, seperti juga yang dilakukan di dunia pesepeda pria," tambah Cooke. "Sepeda tidak bisa dibiarkan berada di luar hukum masyarakat, seperti semacam anarki di abad pertengahan."
Tampaknya, yang akan mendapatkan sorotan pada kompetisi sepeda tahun ini bukanlah gadis-gadis pembawa bunga di podium, melainkan panitia penyelenggara.