Zurich, CNN Indonesia -- "Seorang teman yang loyal, sangat kompeten, dan saya dapat mengatakan Jack merupakan salah satu pribadi top di dunia sepak bola," ujar Sepp Blatter, mendeskripsikan Jack Warner, sosok kontroversial di balik lingkaran korupsi FIFA.
Namun salah satu sosok teman dekat presiden FIFA tersebut, saat ini menjadi pusat perhatian karena diduga telah menerima 720 ribu poundsterling, atau setara Rp 14,6 miliar, dari sebuah perusahaan yang dikelola otoritas sepak bola Qatar dalam proses pemilihan tuan rumah Piala Dunia 2022.
Warner, yang pernah menjabat sebagai wakil Presiden FIFA selama 14 tahun itu, juga merupakan salah satu dari 22 orang yang memutuskan untuk memberikan hak tuan rumah Piala Dunia 2018 kepada Rusia dan Piala Dunia 2022 kepada Qatar.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kasus dugaan suap di Piala Dunia tersebut juga menjadi salah satu tuduhan yang ditujukan kepada para petinggi FIFA yang ditangkap di Zurich, Swiss, pada Rabu (27/5) pagi -- selain pencucian uang dan juga kejahatan terorganisir dengan kasus yang telah terentang lebih dari 20 tahun terakhir.
Warner sendiri bukan baru-baru ini terkait praktek korupsi. Ia pernah mendapat sanksi dan akhirnya melepaskan jabatannya di FIFA pada 2011 lalu, akibat membeli hak suara terkait proses pemilihan tuan rumah Piala Dunia.
Baca Juga:
Loretta Lynch, Perempuan di Balik Penangkapan Petinggi FIFASosok KontroversialWarner mungkin merupakan sosok populer di kalangan FIFA. Namun di kampung halamannya di Trinidad dan Tobago, Warner digambarkan sebagai seorang diktator, yang menggunakan segala cara untuk menggalang kekuatan di dunia sepak bola.
Ketika berhasil menduduki posisi sebagai Sekertaris Jenderal Asosiasi Sepak bola Trinidad, langkah pertama yang dilakukan Warner adalah mengisi otoritas sepak bola negara di Karibia Selatan tersebut dengan orang-orang terdekatnya.
Selanjutnya, Warner juga langsung mengambil kesempatan untuk menjadi ketua Asosiasi Sepakbola Karibia, dengan hadiah ekstra: satu tempat di Komite Eksekutif FIFA.
Warner juga menjadi sasaran kritik ketika ia dianggap hanya mengincar keuntungan dari dunia sepak bola pada 1989 lalu -- ia dituduh mengambil keuntungan dari sebuah pertandingan yang melibatkan negara kelahirannya, Trinidad dan Tobago.
Trinidad yang saat itu hanya membutuhkan satu poin di laga kualifikasi untuk lolos ke putaran final Piala Dunia untuk pertama kalinya, berhadapan Amerika Serikat di Port of Spain, sebuah stadion dengan kapasitas 28.500 penonton.
Namun Warner dituduh menjual 45 ribu tiket sehingga ribuan penonton yang telah memadati stadion tidak kebagian tempat. Para penonton pun mengamuk dan mengakibatkan kekacauan.
Yang membuat emosi masyarakat lokal semakin tinggi adalah fakta bahwa Trinidad gagal menembus Piala Dunia 1990.
Pemerintah langsung terlibat dalam penyelidikan insiden tersebut. Selepas kejadian itu Warner akhirnya mengundurkan diri dari posisinya sebagai ketua Asosiasi Sepakbola Karibia.
Baca Juga:
Pejabat Tinggi FIFA Dituduh Korupsi 100 Juta DollarMenuju Penguasa CONCACAFNamun sepak terjang Warner tidak berhenti sampai di sana. Ambisinya membuat warner bernegosiasi dengan Komisioner Liga Sepak bola Amerika, Chuck Blazer, untuk menggalang kekuatan untuk menjadi calon presiden zona CONCACAF (Konfederasi Sepak Bola Amerika Utara, Tengah, dan Karibia).
Hasilnya? Warner berhasil memenangi pemilihan umum, berhasil meraih 16 suara (10 suara menentangnya) dan menjadi salah satu pemegang posisi kuat di dunia sepak bola.
Kekuatan Warner itu ia wujudkan dengan menjadikan kampung halamannya sebagai tuan rumah Piala Dunia U-17 -- keputusan tersebut dihasilkan Komite Finansial (Warner merupakan anggota senior) dan Komite Eksekutif FIFA (Warner merupakan wakil presiden).
Dengan kata lain, Warner merupakan aktor kunci yang memilih dan menunjuk negaranya sendiri untuk menjadi tuan rumah Piala Dunia usia muda tersebut.
Aksi Warner kembali berlanjut pada akhir 2005 ketika ia dituduh melanggar aturan FIFA dan dianggap menjual tiket pertandingan FIFA untuk keuntungan pribadi.
Trinidad dan Tobago, yang akhirnya menembus ajang Piala Dunia 2006, membuat Warner berhasil mendapatkan lebih dari 10 juta poundsterling dari agensi travel yang ia miliki, yang mengakomodasi suporter Trinidad saat Piala Dunia di Jerman tersebut.
Tak berhenti di situ saja, selama menjadi presiden CONCACAF dari 1990 hingga 2011, Warner juga terlibat dalam sejumlah kontroversi lain, mulai dari dugaan meminta kompensasi dalam pencalonan Piala Dunia 2018 dan 2022, penyalahgunaan donasi gempa Haiti 2012, serta korupsi di tubuh FIFA.
Baca Juga:
Maradona Katakan Presiden FIFA Harus Tinggal di Kulkas (vws)