Jakarta, CNN Indonesia -- Sepp Blatter kembali terpilih menjadi Presiden FIFA untuk kelima kalinya. Hal ini seolah menjadi kemenangan besar Blatter atas mereka yang menginginkan kejatuhannya. Namun bagi FA, perang terhadap Blatter tidak selesai dalam titik ini.
Blatter berhasil memenangkan pemilihan setelah Prince Ali Bin Al-Hussein mundur jelang putaran kedua pemungutan suara. Di putaran pertama sendiri, Blatter mendapat 133 suara berbanding 73 suara milik Prince Ali.
Dengan kembali terpilihnya Blatter sebagai Presiden FIFA, maka hal ini seolah menegaskan kemenangan Blatter atas suara-suara yang menginginkan perubahan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Asosiasi Sepak Bola Inggris, FA, jadi salah satu pihak yang kecewa karena kembali terpilihnya Blatter.
Meski dinyatakan kalah dalam pertarungan kali ini, Ketua FA Greg Dyke menegaskan bahwa ini bukanlah akhir dari segalanya.
"Hal ini (setelah Blatter terpilih) bukan berarti segalanya telah berakhir."
"Seperti yang disebutkan oleh Jaksa Agung Amerika Serikat, ini (penangkapan pejabat FIFA) adalah awal dan bukanlah akhir dari proses," tutur Dyke seperti dikutip dari Mirror.
Bagi FA, turunnya Blatter dari kursi Presiden FIFA adalah harga mati yang tidak bisa ditawar lagi.
"Ide bahwa Blatter bisa melakukan reformasi di FIFA adalah sebuah hal yang meragukan," ucap Dyke.
"Apa yang terjadi minggu ini mungkin terasa dramatis bagi FIFA namun saya sama sekali tidak bisa melihat kemungkinan FIFA bisa berubah di bawah Blatter."
"Dia sudah memiliki 16 tahun untuk melakukan reformasi namun dia tidak bisa melakukannya," katanya menambahkan.
Dyke bahkan berani membuat pernyataan mengejutkan tentang masa depan Blatter.
"Saya akan sangat terkejut bila Blatter masih memegang kursi jabatan ini dalam dua tahun nanti."
(ptr/ptr)