Foster City, CNN Indonesia -- Para sponsor FIFA yang turut mendesak agar organisasi sepak bola dunia itu dibenahi dan menekan Sepp Blatter mendapatkan berkah popularitas ketika sang presiden berusia 79 tahun itu mundur.
Hal itu diutarakan lembaga peneliti Amobee Brand Intelligence yang meneliti citra publik dari empat merk besar sponsor FIFA. Berdasarkan laporan lembaga tersebut ternyata empat sponsor FIFA itu mendapatkan popularitas dari menemukan semuanya mendapatkan popularitas instan di media sosial berkat mundurnya Blatter.
Blatter terpilih sebagai Presiden FIFA untuk kelima kalinya di tengah skandal korupsi dan skema kejahatan yang membelit organisasi tersebut. Semula ia akan kembali memimpin organisasi itu untuk periode 2015-2019. Namun, setelah Sekretaris Jenderal FIFA Jerome Valcke tersandung skandal Piala Dunia 2010, Blatter yang terpilih dalam Kongres FIFA, 29 Mei 2015, pun mengumumkan pengunduran dirinya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Seperti dilansir
Adweek Pengunduran diri itu membuat Budweiser--yang termasuk dari banyak sponsor yang menekan FIFA--mengalami peningkatan popularitas di Twitter. Perusahaan bir asal Amerika Serikat itu mendapatkan peningkatan mention di
Twitter hingga 525 persen dari yang semula 207 menjadi 1296.
Berdasarkan pengamatan lembaga yang berbasis di Foster City, California, peningkatan popularitas juga terjadi pada sponsor FIFA lainnya seperti Coca-Cola, Visa, dan Adidas satu jam setelah Blatter umumkan pengunduran dirinya.
Coca-Cola meningkat 97 persen (1.575 menjadi 3.105), Visa meningkat 71 persen (3.402 menjadi 5.832), dan Adidas meningkat 53 persen (5.832 menjadi 8.946).
Baik Budweiser, Visa, Adidas, dan Coca-Cola adalah beberapa sponsor besar yang memilih bertahan dengan FIFA ketika merk-merk lain seperti Castrol dan Johnson&Johnson yang memutuskan mengalihkan anggaran iklan mereka.
Pihak Amobee Brand Intelligence, Ammiel Kamon, mengatakan popularitas instan keempat merk tersebut setelah mundurnya Blatter, juga turut disebabkan sorotan media ketika skandal korupsi di FIFA terkuak.
Setelah penangkapan sejumlah petinggi FIFA, keempat merk tersebut memang mendapatkan tekanan publik untuk bersikap tegas terhadap otoritas sepak bola dunia tersebut.
(kid/kid)