-- Musim ini mungkin berjalan bak sebuah kisah dongeng bagi pelatih Juventus, Massimiliano Allegri. Didatangkan dengan status mantan pelatih AC Milan yang baru dipecat, Allegri melangkahkan kakinya ke Turin dengan sambutan lemparan telur dan makian.
Akan tetapi, menjelang akhir musim, Juventus memiliki kesempatan untuk menorehkan rekor dalam sejarah klub yang berusia 118 tahun tersebut.
Setelah menjuarai Serie A Italia dengan keunggulan 17 poin dari peringkat kedua, AS Roma, Juventus juga telah merengkuh trofi Piala Italia, membuat mereka saat ini berada di ambang
Untuk mencetak sejarah itu, Allegri dan timnya harus terlebih dahulu melewati rintangan raksasa Spanyol, Barcelona, yang juga memiliki kesempatan meraih
Dengan materi pemain berlebih dan kehadiran trio MSN (Lionel Messi, Luis Suarez, dan Neymar) di kubu Barcelona, banyak yang menganggap kans Juventus untuk meraih trofi Liga Champions ketiga mereka saat ini cukup berat.
Apalagi pemain bertahan andalan mereka, Giorgio Chiellini, mengalami cedera sehingga makin banyak pihak yang meragukan kapabilitas Juventus untuk meraih trofi Si Kuping Besar.
(ayo ayo ayo)" di pinggir lapangan itu akan mampu melewati rintangan besar berupa Barcelona itu?
Pada laman-laman berikut adalah tiga cara Juventus mampu membungkam Barcelona di partai final, Minggu (7/6) dini hari WIB.
Jangan biarkan para pemain Barcelona memasuki kotak penalti!
Tugas yang mudah dikatakan, tetapi sulit dilakukan. Namun, jika ingin mendapatkan hasil di laga final nanti, Juventus harus meminimalisir aksi-aksi pemain Azulgrana di kotak penalti mereka.
Hal ini terutama karena Barcelona mencetak 26 gol dari 28 gol mereka di Liga Champions musim ini dari dalam kotak penalti.
Lantas bagaimana meminimalisir aktivitas trio MSN yang begitu eksplosif pada musim ini, padahal Juventus baru saja kehilangan pilar kokoh pertahanan mereka dalam diri Chiellini?
Jawabannya mungkin adalah menumpuk pemain di lini tengah, seperti yang dilakukan Juventus saat leg pertama semifinal menghadapi Real Madrid.
Dalam laga yang berakhir dengan kemenangan 1-0 bagi Juventus itu, Allegri memainkan Andrea Pirlo untuk berdiri di belakang trio lini tengah yang terdiri dari Claudio Marchisio, Stefano Sturaro, dan Arturo Vidal.
Hasilnya? Trio lini depan Madrid, BBC (Karim Benzema, Gareth Bale, dan Cristiano Ronaldo) tak mampu berbuat banyak di dua leg semifinal Liga Champions. Bahkan satu-satunya gol yang dicetak Madrid lahir dari tendangan penalti Ronaldo.
Namun pertanyaan besar muncul, apakah keberhasilan Juventus meredam trio BBC dapat dilakukan kepada trio MSN?
Cederanya Chiellini juga membuat Allegri harus mengambil pilihan, yaitu bertaruh pada kebugaran bek berusia 34 tahun, Andrea Barzagli, atau memberikan kepercayaan kepada pemain berusia 27 tahun, Angelo Ogbonna.
Akan tetapi, jika Juventus mampu menumpuk lini tengah mereka dan bermain lebih ke dalam, sehingga menyulitkan pergerakan pemain Barcelona, mereka memiliki kesempatan untuk merusak ritme tim lawan, dengan memainkan sepakbola bertahan.
Hal sama pernah dilakukan oleh klub papan tengah Spanyol, Malaga, yang mampu menaklukkan Barcelona 1-0 pada Februari lalu, meski hanya memiliki 27 persen penguasaan bola. Allegri tentu sadar ia tidak dapat hanya mengandalkan pertahanan selama 90 menit, ketika menghadapi klub seperti Barcelona.
Jika mampu bertahan dengan baik dan meminimalisir pergerakan pemain Barcelona di area kotak penalti, Juventus perlu mengeksploitasi duo bek sayap Azulgrana, Dani Alves dan Jordi Alba. Hal ini dilakukan agar Juventus dapat memanfaatkan ruang yang ditinggalkan duo bek sayap itu untuk melakukan serangan balik yang cepat.
Terlebih Si Nyonya Tua memiliki sosok Paul Pogba dan Arturo Vidal, yang akan menjadi tumpuan Juventus ketika mereka melancarkan serangan balik.
Oleh karena itu, pola 3-5-2 Juventus yang rutin digunakan saat mereka masih diarsiteki Antonio Conte mungkin akan ditinggalkan dan diganti dengan pola 4-3-1-2 kesukaan Allegri.
Hilangnya Chiellini akan membuat Allegri memainkan antara Barzagli atau Ogbonna, serta memainkan Patrice Evra dan Stephan Lichtsteiner di dua sayap untuk memperkuat lini pertahanan mereka.
Duo bek sayap itu juga dapat turut aktif membantu serangan, jika Juventus mampu menemukan sela di lini pertahanan Barcelona, ketika Alves dan Alba meninggalkan posisi mereka.
Selain mengandalkan serangan balik, Juventus juga dapat mengeksploitasi bola-bola mati, mengingat secara postur juara Italia itu lebih unggul dibanding Barcelona.
Kehadiran Leonardo Bonucci, Pogba, Alvaro Morata, hingga Brazagli dan Fernando Llorente --jika dimainkan-- akan menjadi ancaman udara bagi lini pertahanan Barcelona, yang sedikit lebih 'kecil' dibandingkan Juventus.
Meski Juventus belum mencetak satu gol pun dari kepala pemain mereka selama Liga Champions musim ini, layanan bola-bola mati Pirlo akan selalu menjadi hantu bagi lini pertahanan lawan. Juventus saat ini berada ambang sejarah, jika mereka mampu mengalahkan Barcelona. Mereka akan merasakan manisnya
treble pertama sepanjang sejarah klub tersebut.
Si Nyonya Tua juga memiliki kesempatan menjadi klub Italia kedua yang merebut trigelar, setelah Inter Milan melakukannya pada 2010 lalu, saat masih diasuh oleh pelatih asal Portugal, Jose Mourinho.
Dengan motivasi ekstra seperti itu, Juventus dapat memanfaatkan momentum ini sebagai motivasi tambahan untuk memberikan tenaga ekstra. Terlebih lagi mereka menyandang status tim yang tidak diunggulkan sehingga Andrea Pirlo dkk bisa bermain lebih lepas.
Perjalanan Juventus sendiri sedikit mengingatkan kepada perjalanan tim nasional Italia di Piala Dunia Jerman 2006.
Didera skandal
calciopoli sebelum berangkat Jerman, berstatus sebagai tim non unggulan, Italia justru terus melaju hingga partai puncak dan akhirnya keluar sebagai juara di Stadion Olimpia, Berlin, yang kebetulan merupakan tempat berlangsungnya final Liga Champions musim ini.
Beranggotakan pemain-pemain yang pernah merasakan pahitnya skandal calciopoli yang membuat Juventus terdegradasi dari Serie A seperti Buffon, Chiellini, dan Claudio Marchisio, Juventus saat ini memiliki momentum untuk meraih trofi gelar juara.
Selain itu jika berhasil memetik kemenangan atas Barcelona, Juventus yang untuk kali pertama tampil di final Liga Champions sejak 2003 lalu, akan menyampaikan pesan yang cukup jelas di persepakbolaan Eropa, bahwa Juventus kini telah kembali ke jajaran elit benua biru tersebut.