Jakarta, CNN Indonesia -- Semua olahraga memiliki risikonya masing-masing. Mulai dari para pebalap Formula 1 dengan risiko kecelakaan, pesepakbola meemiliki risiko cedera, hingga olahraga ekstrem yang juga berhadapan dengan risiko benturan dengan benda keras.
Namun ketika berbicara mengenai olahraga bela diri, entah itu judo, tinju, maupun berbagai gaya lainnya, risiko cedera menjadi semakin meningkat, karena sifat dasar olahraga yang melibatkan kontak fisik.
Apalagi ketika semua gaya bertarung tersebut dikumpulkan menjadi satu dalam sebuah pertarungan gaya bebas (Mixed Martial Arts/MMA) seperti ajang Ultimate Fighting Championship (UFC).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Akan tetapi presiden UFC, Dana White, dengan tegas menyatakan olahraga tarung bebas itu merupakan sebuah olahraga aman.
"Jika Anda ditumbangkan atau terluka di UFC, Anda akan dilarang bertanding selama tiga bulan ke depan, serta tidak akan dapat kembali bertanding jika tidak mendapat izin dokter," ujar White pada 2013 lalu.
"Di UFC kami tidak sembunyi dari kenyataan bahwa ini merupakan olahraga kontak fisik. Tetapi tidak pernah ada kematian atau cedera serius di sepanjang sejarah UFC, karena kami melakukan segala cara untuk memastikan keamanan para petarung."
"Ketika Anda memiliki dua petarung sehat yang siap bertanding, mereka mendapatkan perhatian medis yang cukup, sebelum dan sesudah pertandingan. Ini merupakan olahraga paling aman di dunia," ucap White melanjutkan.
White yang seorang penggemar tinju pun membandingkan ajang yang baru berusia 22 tahun tersebut dengan tinju yang sudah berusia lebih dari 100 tahun. Menurutnya, justru tinju yang lebih berbahaya.
"Apa yang lebih brutal dari tinju?" tanya White. "[Di tinju] Anda dan saya berdiri saling berhadapan satu sama lain selama 12 ronde, dan tujuan saya adalah untuk memukul Anda sekeras mungkin di wajah dan membuat Anda tidak sadar."
"Dalam UFC, saya bisa mengalahkan Anda tanpa sekali pun memukul kepala. Ada kesalahpahaman bahwa karena para petarung bisa menendang, menyikut, memukul, dan menghantam dengan lutut, maka UFC lebih kasar dan berbahaya. Padahal ini tidak benar."
Resiko Masing-MasingStatistik mungkin berpihak kepada White, karena hingga saat ini ajang UFC memang belum memakan korban jiwa -- beberapa petarung pernah meninggal di ajang Mixed Martial Arts amatir.
Namun, mantan salah satu atlet UFC, Forrest Griffin, tetap menegaskan bahwa olahraga tersebut bukanlah sebuah 'olahraga yang aman'.
"Ketika Anda naik ke atas ring, mereka memberitahu kami bahwa kami akan mendapatkan cedera," ujar Griffin kepada StreetWise. "Ini bukanlah olahraga yang aman."
"Sangat sedikit olahraga yang (benar-benar) aman. Anda harus mengerti apa yang akan hadapi. Jangan lakukan olahraga ini jika Anda takut mendapatkan cedera."
Namun Griffin juga mengakui bahwa komite pertandingan UFC akan melarang atlet yang tidak dalam kondisi fit untuk bertarung, serta usaha pihak UFC untuk menghindarkan atlet-atlet UFC dari cedera otak berkepanjangan.
Akan tetapi, Griffin merasa peraturan ketat UFC pada akhirnya tetap bergantung pada tingkah laku para petarung itu sendiri.
"Mereka tidak ingin Anda ditumbangkan dan mendapatkan cedera otak," ujar Griffin menambahkan. "Tetapi Anda tidak dapat mengontrol tingkah laku orang."
"Anda tidak dapat mengatakan orang lain untuk tidak bertindak bodoh, karena orang akan melakukan hal-hal yang seharusnya tidak mereka lakukan, yang pada akhirnya melukai diri sendiri."
"Jadi ya, selalu akan ada kekhawatiran terkait dengan kondisi kesehatan."
Selain itu Griffin juga merasa pada akhirnya faktor keamanan di UFC tergantung pada masing-masing atlet itu sendiri.
"Tidak ada yang mencoba untuk membohongi Anda," ujar Griffin melanjutkan. "Pada akhirnya semua tergantung diri Anda sendiri."
Lantas mengapa mantan juara dunia UFC itu terjun ke dunia UFC?
"Karena itu menyenangkan' ujar Griffin singkat.
Beberapa Cara untuk Menjamin Keselamatan Petarung di UFC- Pembagian Kelas Berat Badan. Sebelum bertanding, masing-masing petarung akan ditimbang dan mereka harus berada pada berat badan yang telah ditentukan ketika bertarung. Jika berat mereka melebihi batas, maka pertarungan bisa dibatalkan atau terkena denda.
- Menghentikan Pertarungan. Wasit memiliki kekuasaan dan tanggung jawab penuh untuk menghentikan pertarungan jika ia menilai para petarung dalam bahaya. Dalam sejarahnya, wasit-wasit UFC bertindak sangat efektif dalam menghentikan laga ketika seorang petarung telah di-KO. Selain itu, para petarung juga berlatih untuk menahan diri, jika mereka merasa lawannya telah pingsan.
- Gegar Kepala. UFC memiliki peraturan ketat tentang gegar kepala. Para petarung tidak boleh bertanding selama tiga bulan jika mereka mengalami gegar kepala dan hingga diberikan izin oleh dokter.
- Daftar Pelanggaran. UFC memiliki daftar pelanggaran yang tidak boleh dilakukan ketika bertarung --misalnya saja mencolok mata atau menendang selangkangan. Jika dilanggar, para petarung akan mendapatkan penalti dalam berbagai bentuk.
(vws)