ANALISIS

Komite Transfer Liverpool, Perlukah Ditakuti?

Vetriciawizach | CNN Indonesia
Selasa, 06 Okt 2015 20:06 WIB
Benarkah calon pelatih baru Liverpool akan berhadapan dengan Komite yang akan membuat hidup mereka semakin sulit di Anfield?
Juergen Klopp dan Carlo Ancelotti terbiasa bekerja sama dengan seorang Direktur Teknik. (Jamie McDonald/Getty Images)
Jakarta, CNN Indonesia -- Salah satu poin negosiasi antara Juergen Klopp dengan Liverpool, sebagaimana diberitakan media-media Inggris, adalah mengenai urusan transfer. Manajer asal Jerman itu dikabarkan meminta adanya hak veto terhadap keputusan Komite Transfer.

Liverpool memang memiliki struktur berbeda dengan klub-klub lain dalam urusan jual beli pemain. Mereka memiliki Komite Transfer yang beranggotakan enam orang yang akan mencari, mengidentifikasi pemain, memutuskan harga dan keunggulan mereka, lalu memutuskan pemain mana yang patut diincar dan kemudian melakukan negosiasi.

Manajer Liverpool termasuk ke dalam Komite Transfer itu. Demikian pula dengan Mike Gordon, presiden dari Fenway Sports Group atau perusahaan yang memiliki Liverpool Football Club. Sisanya, terdapat posisi direktur pemandu bakat, kepala pemandu bakat, kepala analisis performa, serta Ian Ayre yang kini menjabat sebagai pemimpin klub Liverpool.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam kasus Brendan Rodgers, tak selamanya sistem ini membuahkan hasil baik. Sang manajer terkadang terpaksa menerima pemain yang tak ia inginkan dan kemudian mencoba melakukan pemberontakan dengan tak menurunkan pemain itu.

Menurut jurnalis The Times, Gabrielle Marcotti, kasus paling kentara terjadi ketika Liverpool mendapatkan pemain sayap Lazar Markovic. Menurutnya, Markovic adalah pemain yang dipilih Komite Transfer dan Rodgers tak memberikan kesempatan kepada Markovic untuk berkembang dengan lebih sering menempatkannya di bangku cadangan.

Bahkan, ketika Markovic mendapatkan peluang bermain pun Rodgers sering menariknya keluar jika ia tidak bermain bagus atau mencetak gol

Data menunjukkan bahwa musim lalu Markovic hanya diturunkan dari menit pertama sebanyak 11 kali dan bermain sebagai pengganti sebanyak delapan kali. Dari 11 kali menjadi starter, ia tujuh kali ditarik keluar dengan lima di antaranya sebelum jam menunjukkan waktu 70 menit. Musim ini Rodgers pun akhirnya menendangnya keluar dengan meminjamkan Markovic ke Fenerbahce.

Padahal, Liverpool mengeluarkan 20 juta poundsterling untuk pemain berusia 21 tahun itu. Hal inilah yang kemudian memantik api pertikaian antara Rodgers dan Komite Transfer.

Lazar Markovic (kanan) hanya diturunkan sebagai pemain inti sebanyak 11 kali di Liga Primer Inggris. (REUTERS/Phil Noble)


Sistem yang Lazim

Jika isu bahwa salah satu Klopp atau Carlo Ancelotti akan menjadi pelatih Liverpool benar adanya, maka bentrokan antara Komite Transfer dan manajer baru sebenarnya bisa diminimalisir.

Ketika berada di Dortmund, Klopp telah terbiasa untuk bekerja sama dengan Michael Zorc, mantan pemain yang menjadi Direktur Teknik Borussia Dortmund sejak 1999. Zorc adalah sosok yang memiliki mata jeli untuk mengidentifikasi pemain dan juga membangun struktur akademi Dortmund.

Hal ini menunjukkan bahwa Klopp sebenarnya bisa bekerja ketika tidak memiliki kekuasaan penuh.

Demikian pula dengan Ancelotti. Manajer asal Italia ini pernah membawa Milan ke tiga final Liga Champions dalam kurun waktu lima tahun, dengan Adriano Galliani yang menentukan pemain yang akan direkrut AC Milan.

Ketika berada di Real Madrid atau Paris Saint Germain, Ancelotti pun tak memiliki kekuasaan penuh untuk membeli pemain. Ini sebabnya Ancelotti harus kehilangan Angel Di Maria dan Xabi Alonso meski kedua pemain tersebut sentral dalam permainan Madrid.

Kala petinggi klub telah memutuskan pemain-pemain yang akan dijual dan didatangkan, maka pelatih minim memiliki kekuasaan untuk menentang hal tersebut.

Meski memiliki nama berbeda, secara esensial tugas antara Komite Transfer dan Direktur Teknik tak jauh berbeda. Dengan sepak bola modern yang telah berevolusi, memang nyaris tidak mungkin seorang pelatih melakukan seluruh pekerjaannya sendiri, mulai dari memantau pemain-pemain berbakat dari seluruh penjuru dunia hingga melakukan negosiasi.

Komite Transfer akan menjadi masalah ketika tidak diisi oleh orang-orang yang kompeten dalam mencari pemain yang sesuai dengan kebutuhan manajer.

Bagaimanapun juga, Zorc memang andal dalam mengetahui keinginan Klopp sementara Galliani juga terkenal sebagai salah satu Direktur Teknik terbaik di Italia dalam dua dekade terakhir.

Satu hal berbeda di Liverpool adalah masalah ini menjadi rumit karena dua anggota Komite memiliki kuasa sangat tinggi. Ian Ayre adalah pemimpin klub sementara Gordon pemegang saham terbesar kedua Fenway Group Sports.

Ketika terjadi masalah dengan Komite Transfer, misalnya saja mencari pemain yang tidak sesuai dengan filosofi manajer, seharusnya Gordon dan Ayre lah yang akan mengevaluasi kinerja Komite dan memecat orang yang tidak berperforma baik, seperti halnya Gordon yang melepas Rodgers.

Jika keduanya justru terlibat dalam Komite Transfer, maka bisakah Gordon dan Ayre menilai diri mereka sendiri dengan kacamata yang tepat?

Komite Transfer memang bukan barang baru dalam dunia sepak bola, tapi keputusan Klopp untuk meminta hak veto terlihat tepat jika memang struktur Komite Transfer tak berubah.

Dengan demikian, pertanyaan selanjutnya tentu akan dialamatkan kepada para pemilik Liverpool. Bersediakah menukar sebagaian kekuasaan petinggi klub dengan kehadiran Klopp? (vws)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER