Jakarta, CNN Indonesia -- Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) akhirnya memenuhi janji untuk mengundang tim peserta Piala Presiden ke Istana Negara, Jakarta, Senin (19/10) petang.
Di antara tim yang datang adalah juara Piala Presiden, Persib Bandung. Pemain dan ofisial tim Persib lengkap datang ke Istana. Mereka mengenakan seragam batik, bercelana nonjeans, dan sebagian tetap mengenakan sepatu kets--termasuk sang pelatih Djadjang Nurdjaman (Djanur).
Djanur ternyata mendapatkan sorotan tersendiri di mata Jokowi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada Minggu (18/10) malam WIB, Jokowi menyaksikan langsung Djanur membawa skuat asuhannya memenangkan Piala Presiden setelah mengalahkan Sriwijaya di partai final dengan skor 2-0 di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Jakarta.
"Pelatihnya (Persib) kan Djadjang Nurjaman, dulu saya masih kecil waktu dia jadi pemain," kenang Jokowi.
Jokowi yang lahir di Surakarta pada 21 Juni 1961 itu belum genap berusia 25 tahun ketika Djanur menjadi pahlawan kemenangan Persib di grandfinal kompetisi perserikatan yang digelar di SUGBK (dulu Stadion Utama Senayan).
Pada 11 Maret 1986, Djanur yang memiliki posisi sebagai penyerang mencetak gol tunggal kemenangan Persib ke gawang Perseman Manokwari.
Djanur, kala masih aktif bermain bola, merupakan bagian dari skuat Persib saat menjadi raja pada masa kompetisi perserikatan 1986, 1990, dan 1994.
Djanur pun ikut berjasa mengantar Persib menjuarai Liga Indonesia (LI) I pada musim 1994/95. Kala itu pria asal Majalengka tersebut merupakan asisten pelatih Indra M Thohir.
Dan, tahun lalu, Djanur berhasil membawa Persib kembali menjadi juara kompetisi sepak bola Indonesia untuk pertama kali setelah 1995 silam.
Ia membawa Persib menang atas Persipura Jayapura di partai final Liga Super Indonesia (ISL) 2014 setelah melewati babak adu penalti di Gelora Jakabaring, Palembang pada November tahun lalu.
Keberhasilan membawa pulang trofi Piala Presiden akhir pekan lalu pun menjadi kebanggaan bagi Djanur.
Bagi Djanur, SUGBK memang memiliki makna dalam. Sebagai pemain ia pernah membawa Persib juara di stadion tersebut dua kali. Djanur juga menjadi asisten pelatih ketika Persib menjadi juara di musim pertama Liga Indonesia, yaitu 1993/1994.
"Kali ini lebih membanggakan karena juaranya di GBK. Dulu saya juara sebagai asisten pelatih dan pemain. Kini sebagai pelatih," katanya usai laga final melawan Sriwijaya.
Di mata Djanur kebanggaan ini juga terbentuk karena lawan mereka di final bermain dengan luar biasa. "Main lawan Sriwijaya di GBK dan dihadiri puluhan ribu bobotoh yang susah payah ke Jakarta cukup membanggakan"
(kid/kid)