Suap Pejabat FIFA di Piala Dunia 2010: Rp137 Miliar

Vetriciawizach | CNN Indonesia
Minggu, 06 Des 2015 17:44 WIB
Dokumen yang dikeluarkan Departemen Kehakiman AS mengungkapkan ada aliran dana jutaan poundsterling untuk mengamankan status tuan rumah Piala Dunia.
Seorang petinggi FIFA diduga membayar suap untuk mendapatkan hak tuan rumah Piala Dunia 2010. (REUTERS/Arnd Wiegmann)
Jakarta, CNN Indonesia -- Biro Investigasi Federal (FBI) Amerika Serikat menyatakan seorang petinggi FIFA telah membayar suap senilai £6,6 juta atau setara Rp137 miliar untuk mengamankan suara dalam proses pemilihan tuan rumah Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan.

Hal ini terungkap lewat dokumen setebal 204 halaman yang baru saja dirilis oleh Departemen Kehakiman AS. Nama pelaku yang dirujuk dengan sebutan ko-konspirator 17 ini tidak diungkapkan.

Dokumen itu menyatakan suap diberikan dalam tiga kali pembayaran kepada mantan wakil presiden FIFA, Jack Warner, dan deputinya, Chuck Blazer. Nama yang terakhir disebutkan telah ditangkap kepolisian Amerika Serikat dan sepakat untuk menjadi whistleblower untuk mengungkap kasus-kasus penyuapan lainnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pada Kamis (3/12), Departemen Kehakiman AS mengeluarkan dokumen tuduhan baru dalam kasus korupsi dan suap yang terjadi di tubuh otoritas tertinggi sepak bola di dunia tersebut. Mereka juga mengumumkan 16 pejabat FIFA lainnya yang akan diburu karena terkait kasus tersebut.

Mayoritas dari 16 orang tersebut adalah para petinggi federasi sepak bola di wilayah Amerika Selatan atau di konfederasi CONMEBOL.

Wakil presiden FIFA, Alfredo Hawit (presiden CONCACAF) dan Juan Angel Napot (presiden CONMEBOL) berada dalam daftar 16 orang tersebut dan pada Kamis dini hari ditangkap Kepolisian Swiss atas permintaan Kejaksaan Agung Amerika Serikat, institusi yang memimpin penyelidikan skandal FIFA.

Keduanya diduga menerima suap jutaan dolar untuk distribusi hak siar turnamen-turnamen di zona Amerika Selatan, termasuk di antaranya kualifikasi Piala Dunia. (har)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER