Blatter: Presiden FIFA Penuh Kontroversi

Arby Rahmat | CNN Indonesia
Senin, 21 Des 2015 18:58 WIB
Sejak menjabat sebagai presiden FIFA pada 1998 hingga lengser tahun ini, sosok Sepp Blatter tidak pernah lepas dari kontroversi.
Sepp Blatter 17 tahun memimpin FIFA penuh kontroversi. (REUTERS/Arnd Wiegmann)
Jakarta, CNN Indonesia -- Hukuman delapan tahun yang didapat Sepp Blatter dari Komite Etik FIFA, Senin (21/12), membuat pria asal Swiss itu mengakhiri kariernya sebagai presiden FIFA dengan sangat terpuruk.

Kehidupan dan lini waktu seorang Blatter dimulai pada 10 Maret 1936 di Visp, Swiss. Usai lulus dari Universitas Lausanne pada 1959, di mana ia mendapat sebuah gelar dalam bisnis dan ekonomi, Blatter menghabiskan waktunya selama bertahun-tahun di dunia non-sepak bola.

Ia sempat menjadi Kepala Hubungan Masyarakat Dewan Pariwisata Valaisan di Swiss, sekjen federasi hoki Swiss, juga direktur produsen arloji Longines. Baru pada 1975 ia bergabung dengan FIFA sebagai direktur teknis, sebelum ditunjuk menjadi sekjan pada 1981 dan terpilih menjadi presiden FIFA pada 1998.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sejak ia terpilih menjadi presiden FIFA, hidup Blatter tak pernah lepas dari kontroversi dan persoalan etika. Empat tahun memimpin FIFA, muncul isu pencalonan Blatter ditandai dengan rumor penyelewengan finansial dan transaksi gelap di balik layar.

Ia juga dituduh melakukan penyuapan, dengan klaim bahwa Federasi Sepak Bola Somalia dan Konfederasi Sepak Bbola Afrika disuap 100 ribu dolar AS untuk memilih Blatter pada 1998.

Pada 2004, Blatter sempat mendapat label seksis usai mengatakan para pesepakbola wanita harus bermain menggunakan celana yang lebih pendek demi meningkatkan pamor sepak bola wanita.

"Biarkan wanit bermain dalam pakaian yang lebih feminim seperti yang mereka lakukan dalam bola voli. Mereka bisa saja, misalnya, memakai celana yang lebih pendek. Para pemain perempuan itu cantik," ujar Blatter seperti yang dikutip dari The Independent.

Banjir Kontroversi

Pada 2006, Blatter pernah mencerca wasit Valentin Ivanov karena mengeluarkan 16 kartu kuning dan empat kartu merah dalam pertandingan Portugal dan Belanda di Piala DUnia 2006. Blatter mengatakan Ivanov juga harus diberikan kartu kuning atas penampilannya.

Tiga tahun kemudian Blatter membandingkan sepak bola dengan perbudakan saat Cristiano Ronaldo pindah dari Manchester United ke Real Madrid. "Saya pikir dalam sepak bola, ada terlalu banyak perbudakan modern dalam mentransfer pemain atau membeli pemain," katanya.

Blatter terus menciptakan kontroversi. Kali ini Blatter mengatakan Inggris sebagai 'pecundang buruk' setelah kalah dari Rusia dalam upaya mereka untuk menggelar Piala Dunia 2018. Inggris hanya mendapatkan dua suara pada pemilihan di 2010.

FIFA di bawah kepemimpinan Blatter semakin terpuruk setelah pada 27 Mei 2015, 14 petinggi FIFA ditangkap atas dasar melakukan tindakan korupsi yang sistemik dan merajalela. Blatter tidak berada dalam salah satu dari mereka yang ditangkap, namun peristiwa itu secara tidak langsung mengancam jabatannya sebagai presiden.

Dalam pemilihan presiden FIFA pada 29 Mei 2015, Blatter menang untuk kali kelima secara beruntun dengan mengalahkan Pangeran Ali bin Al Hussein. Namun tak sampai satu bulan, Blatter mengumumkan rencana pengunduran diri dalam sebuah konferensi pers di Zurich pada 2 Juni 2015 karena tekanan yang luar biasa.

Pada 25 September 2015 dilakukan penyelidikan terhadap Blatter. Kejaksaan Agung Swiss mengungkapkan sebuah pernyataan yang mengatakan Blatter menyalahgunakan kesepakatan hak siar televisi yang ia sepakati bersama kepala sepakbola Karibia Jack Warner pada 2005 silam.

Setelah dijatuhi hukuman skorsing selama 90 hari oleh Komite Etik FIFA pada Oktober 2015, Blatter hari ini mendapat hukuman larangan beraktivitas di dunia sepak bola selama delapan tahun.

Blatter dan presiden UEFA, Michel Platini, dijatuhi hukuman yang sama terkait pembayaran senilai 2 juta Swiss franc (1,35 juta poundsterling) pada 2011. (har)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER