Jakarta, CNN Indonesia -- Sheikh Salman bin Ibrahim Al-Khalifa, pria bersuara lembut itu tak terlihat memiliki kharisma untuk memimpin organisasi sepak bola terbesar di dunia, FIFA.
Akan tetapi statusnya sebagai presiden Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC) membuat Salman punya keuntungan tak terbantahkan dalam Kongres Luar Biasa (KLB) yang akan memilih presiden baru untuk menggantikan Sepp Blatter.
Media-media Inggris seperti
BBC Sport,
The Guardian, dan
The Times pun memprediksi Salman akan mendapatkan kemenangan atas lawan-lawannya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada KLB FIFA yang digelar di Zurich pada Jumat (26/2) ini, Salman akan bersaing dengan empat calon lain untuk menjadi presiden, yaitu Jerome Champagne, Gianni Infantino, Pangeran Ali bin Al-Hussein, dan Tokyo Sexwale.
Salah satu alasan di balik prediksi bahwa Salman akan berkuasa adalah karena adanya dukungan yang secara terbuka disampaikan konfederasi Asia dan Afrika.
"Kami mendiskusikan kekhawatiran kami dan siapa yang kami perkirakan bisa mengatsinya, dan kami mendukungnya (Sheikh Salman). Kami kira ia bisa jadi orang yang memahami kecemasan kami," kata wakil presiden Konfederasi Asosiasi Sepak Bola Afrika (CAF), Suketu Patel.
Hal sama juga diutarakan wakil presiden Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC), Praful Patel, yang juga presiden Federasi Sepak Bola India.
"Sheikh Salman adalah pemimpin yang telah teruji dan ia telah menunjukkannya di AFC. Pada waktu-waktu ini, FIFA membutuhkan seseorang yang bisa memimpin dan menjadi presiden yang kuat."
 Kongres Luar Biasa FIFA digelar di Zurich. (REUTERS/Ruben Sprich) |
Menguasai Separuh Dunia Sepak BolaSecara matematis suara dari Asia dan Afrika itu akan menjadi dorongan yang cukup kuat untuk menang.
FIFA terdiri atas enam konfederasi dan 209 anggota asosiasi. Tiap-tiap organisasi mewakili negara atau area yang independen, yang berarti ada total 209 suara dalam proses pemilihan (hanya 207 pada Kongres kali ini karena Kuwait dan Indonesia sedang disanksi)
Dalam prinsip demokrasi yang dianut FIFA, setiap anggota memang memiliki kekuatan suara yang sama. Artinya, Saint Kitts & Nevis yang memiliki populasi 40 ribu penduduk memiliki jumlah suara yang sama dengan Indonesia dengan 250 juta penduduknya, atau China yang memiliki lebih dari satu miliar jiwa.
Ke-209 anggota FIFA terbagi atas 46 anggota AFC (Asia dan Australia), 54 anggota CAF (Afrika), 35 anggota CONCACAF (Kepulauan Karibia dan Amerika Tengah dan Utara), 53 anggota UEFA (Eropa), 10 anggota CONMEBOL (Amerika Selatan), dan 11 anggota OFC.
Kekuatan suara gabungan Asia dan Afrika akan menghasilkan maksimal 98 dari 207 suara tersedia, atau nyaris separuhnya.
Baik Asia dan Afrika sendiri memiliki kepentingan berbeda dengan benua atau konfederasi lain, sehingga mereka memutuskan untuk punya suara yang sama dalam pemilihan.
Sebagaimana dikutip dari jurnalis
The Times, Oliver Kay, kedua benua ini memiliki kekhawatiran bahwa jika FIFA dipimpin sosok yang disenangi Eropa dan Amerika Selatan, maka tidak ada celah untuk menjadi kekuatan baru di sepak bola.
Jika dilihat dari prestasi negara di ajang Piala Dunia, UEFA dan CONMEBOL memang menjadi negara paling berkuasa. UEFA telah menyumbangkan 11 pemenang Piala Dunia, sementara CONMEBOL sembilan pemenang. Tak ada satupun anggota empat konfederasi lainnya yang pernah memenangi ajang empat tahunan tersebut.
Eropa dan Amerika Selatan sendiri berupaya untuk memperpanjang dominasi itu dengan memberikan dukungan kepada Gianni Infantino. Berdasarkan survei yang dilakukan AFP, 46 dari 53 total suara Eropa akan jatuh ke tangan Infantino.
Bukan berarti Infantino punya visi revolusioner yang menggoda negara-negara Benua Biru. Tapi dengan Michel Platini terganjal kasus korupsi dan kini disanksi larangan berkegiatan di dunia sepak bola, Infantino adalah orang terbaik kedua yang memahami kepentingan Eropa.
Dan hal inilah yang ingin dicegah oleh Asia dan Afrika, terutama mengingat negara-negara seperti China dan Qatar kini berupaya untuk melakukan diplomasi politik menggunakan olahraga.
 Setelah 17 tahun berkuasa, Sepp Blatter akan digantikan oleh presiden baru mulai esok hari. (REUTERS/Arnd Wiegmann) |
Berteman dengan PenguasaSelain dukungan resmi, posisi Salman juga dikokohkan oleh posisi politiknya. Anggota keluarga kerajaan Bahrain ini memang memiliki kedekatan dan juga didukung oleh Sheikh Ahmad Al-Fahad Al-Sabah dari Kuwait.
Di lingkaran dunia olahraga, Sheikh Ahmad dikenal sebagai "The Seikh". Ia semula adalah pemimpin kartel minyak OPEC dan juga ketua Asosiasi Komite Nasional (ANOC) dan juga Komite Olimpiade Asia (OCA), serta Komisi Solidaritas dari Komite Olimpiade Internasional (IOC).
Singkat kata, Sheikh Ahmad adalah salah satu orang paling penting di dunia olahraga yang punya pengaruh besar. Ia juga punya reputasi sebagai king-maker di dunia Olimpiade.
Dua contoh pengaruhnya adalah ketika ia mengkonsolidasikan dukungan bagi Thomas Bach untuk menjadi presiden IOC dan juga mendapatkan dukungan bagi Tokyo untuk menjadi tuan rumah Olimpiade 2020.
Dengan sokongan The Sheikh dan juga negara-negara Asia Afrika maka bukan tidak mungkin mulai esok hari FIFA akan membuka lembaran sejarah baru di bahwa kepemimpinan Sheikh Salman.
(vws)