Jakarta, CNN Indonesia -- Anggota Kongres FIFA dibuat tercengang oleh Tokyo Sexwale, calon presiden FIFA yang berasal dari Afrika. Ia menggunakan waktu 15 menit penuh untuk menyampaikan visi-misinya di depan Kongres, namun di kalimat terakhir menutup pidatonya dengan:
"Saya mengundurkan diri sebagai calon presiden FIFA."
Pengunduran diri mantan Menteri Pemukiman Masyarakat Afrika Selatan ini membuat calon presiden FIFA tersisa empat orang yaitu Salman bin Ibrahim Al-Khalifa, Gianni Infantino, Pangeran Ali bin AL-Hussein, dan Jerome Champagne.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sexwale sendiri diprediksi tidak akan mendapatkan suara pada pemilihan Kongres Luar Biasa pemilihan presiden FIFA. Minim suara ini diduga menjadi alasan pengunduran dirinya. Tapi ia tetap memanfaatkan waktu 15 menit pidato yang memang diberikan kepada masing-masing calon presiden.
Sexwale berbicara terakhir, setelah Pangeran Ali, Sheikh Salman, Champagne, dan Infantino. Di hadapan anggota Kongres, Sexwale menjadi satu-satunya kandidat yang menyoroti masalah kasus suap pemilihan tuan rumah Piala Dunia secara terang-terangan.
Ia meminta agar proses tersebut "harus dilakukan secara transparan dan tidak boleh di bawah meja."
Sexwale juga berbicara soal peliknya mengatasi masalah konflik Israel-Palestina, serta berharap bahwa suatu saat FIFA akan dipimpin oleh seorang perempuan.
Isi pidato Sexwale lain yang mendapatkan banyak perhatian anggota Kongres adalah ketika ia menyoroti peran sponsor.
"Sepak bola tidak bisa hidup tanpa sponsor. Karena itu, silahkan para sponsor menuntut transparansi, meminta pertanggung jawaban dan menunjuk siapa dari kami yang bersalah," kata Sexwale di hadapan Kongres di Zurich, Jumat (26/2).
"Tapi jangan sampai mendikte kami soal pemilihan presiden."
Mantan Tahanan PolitikNama asli Sexwale sebenarnya adalah Mosima Gabriel Sexwale. Panggilan 'Tokyo' Sexwale disematkan kepadanya lantaran sewaktu kecil gemar berolahraga Karate.
Laki-laki yang juga berprofesi sebagai pengusaha pertambangan ini tak punya pengalaman di dunia sepak bola sebanyak empat pesaing lainnya. Sebagian hidupnya bahkan sempat dihabiskan di dalam penjara.
Ini terjadi ketika ia kembali ke Afrika Selatan pada 1976 setelah menjalani pelatihan perwira militer di Uni Soviet selama setahun.
Sexwale ditangkap dalam sebuah bentrok dengan pasukan keamanan Afrika Selatan. Bersama 11 orang lainnya, Sexwale ditangkap dan kemudian dihukum dengan tuduhan terorisme dan konspirasi menggulingkan pemerintahan.
Pada 1977, Sexwale dikirim ke penjara dengan keamanan maksimal di Pulau Robben (Afsel) untuk menjalani hukuman selama 18 tahun. Setelah menjalani masa hukuman selama 13 tahun, Sexwale dibebaskan pada Juni 1990 di bawah ketentuan Perjanjian Groote Schuur antara pihak pemerintah dan Kongres Nasional Afrika.
Ketimbang berkecimpung di dunia olahraga, Sexwale lebih banyak bergelut di dunia politik. Setelah keluar dari penjara, Sexwale pergi ke Johannesburg dan bekerja sebagai Kepala Departemen Hubungan Publik dari Kantor Pusat Kongres Nasional Afrika (ANC).
Terakhir, Sexwale menjabat sebagai Menteri Pemukiman Masyarakat dari 2009 sampai 2013.
(vws)