Jakarta, CNN Indonesia -- Kendati FIFA pernah menyatakan sikap menolak perhelatan Piala Dunia digelar di dua negara sejak penyelenggaraan Piala Dunia 2002 di Jepang dan Korea Selatan, presiden baru organisasi itu menyatakan dirinya tetap membuka peluang Piala Dunia 2030 digelar di dua negara.
Indikasi Infantino ini muncul terlebih setelah Argentina dan Uruguay telah memberikan sinyal untuk mengajukan diri sebagai tuan rumah bersama.
"Tema paling penting yang ada saat ini yaitu apakah Piala Dunia dapat dimainkan di satu negara saja, atau dapat dimainkan di lebih dari satu negara," ujar Infantino seperti dilansir
FourFourTwo.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"FIFA sejauh ini sangat menolak penyelenggaraan bersama di dua negara. Tetapi secara pribadi saya mendukung hal tersebut (Piala Dunia digelar di dua negara)."
Piala Dunia 2030 akan menjadi ulang tahun ke-100 kompetisi sepak bola dunia itu, menandakan satu abad telah berlalu sejak Uruguay menjadi tuan rumah Piala Dunia pada 1930 silam.
Pada perhelatan Piala Dunia perdana itu, Uruguay berhasil keluar sebagai juara setelah menundukkan Argentina 4-2 di partai puncak.
"2030 merupakan tahun yang sangat penting dan sejarah harus dihormati," ujar Infantino melanjutkan.
Infantino yang terpilih sebagai presiden baru FIFA menggantikan Sepp Blatter, saat ini berada di Paraguay untuk mengunjungi markas Konfederasi Sepak Bola Amerika Selatan (CONMEBOL).
CONMEBOL yang merupakan salah satu pendukung Infantino di konfres FIFA, 26 Februari lalu, sejauh ini merupakan salah satu konfederasi yang paling sering tersangkut skandal korupsi.
Sejauh ini ada tiga presiden federasi negara dan sejumlah pejabat tinggi di 10 negara yang tergabung dalam CONMEBOL yang tersangkut kasus korupsi FIFA.
Dilansir
Reuters, penyelidikan yang dilakukan Amerika Serikat menunjukkan ada sekitar US$200 juta yang dikucurkan dalam skandal korupsi yang terjadi di Amerika Latin.
(vws)