Jakarta, CNN Indonesia -- Anggota DPR RI Lukman Edy mengambil alih posisi Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Tenis Meja Seluruh Indonesia (PB PTMSI) dari Marzuki Alie setelah terpilih secara aklamasi pada Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub) di Hotel Century, Senayan, Jakarta, Selasa (29/3).
Penggantian puncuk pimpinan induk organisasi tenis meja ini terjadi setelah sang ketua sebelumnya yaitu Marzuki Alie yang juga mantan Ketua DPR RI itu mengundurkan diri dari jabatannya yang diemban sekitar dua tahun itu.
Lukman Edy yang juga politisi dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) ini terpilih secara aklamasi, dan akan memimpin PB PTMSI hingga 2020.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Banyak tugas yang harus segera dikerjakan mulai dari menyelesaikan masalah internal karena ini berkaitan dengan keikutsertaan di multi event. Koordinasi dengan semua pihak juga harus secepatnya dilakukan," kata Lukman Edy.
Tidak hanya menyelesaikan permasalahan internal, Lukman Edy juga akan melakukan terobosan-terobosan guna meningkatkan prestasi atlet Indonesia yang salah satunya dengan memperbanyak kompetisi tenis meja di Indonesia.
Namun, tantangan Lukman bukan hanya prestasi tenis meja. Ia juga kini dihadapkan dualisme kepengurusan induk organisasi tenis meja Indonesia itu. Saat ini, ada PP PTMSI yang dipimpin oleh Oegroseno. Sementara itu Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Pusat ebih mengakui PB PTMSI yang kini dipimpin Lukman. Namun, PB PTMSI pimpinan Oegroseno baru saja memenangkan kasasi di tingkatan Mahkamah Agung.
Dengan memenangkan kasasi, maka PP PTMSI pimpinan Oegroseno harus diakui oleh KONI Pusat pimpinan Tono Suratman. Hanya saja, hingga saat ini putusan belum dijalankan dan tetap memberikan kepercayaan kepada PB PTMSI versi Marzuki Alie.
Melihat fenomena yang ada, Sekjen PB PTMSI era Marzuki Alie yaitu Anton Suseno mengaku pihaknya akan legowo jika KONI Pusat akan menarik surat keputusan (SK) yang selama ini dipegang dan mengakui PP PTMSI pimpinan Oegroseno.
"Kami bekerja berdasarkan SK dari KONI Pusat dan hingga saat ini belum dicabut. Yang jelas, olahraga bagi kami adalah pengabdian," kata pria yang juga mantan atlet tenis meja nasional yang sudah kenyang pengalaman itu.
Meski terjadi polemik, Anton Suseno menegaskan jika pihaknya terus bekerja termasuk menggelar kualifikasi PON 2016 di Jawa Barat. Dari kualifikasi tersebut ditetapkan akan ada 16 provinsi yang berhak mengirimkan pemain putra dan 12 provinsi mengirimkan atlet putri. Adapun kuota atlet yang disetujui PB PON sebanyak 146 atlet.
(kid)