Catatan: Artikel ini merupakan opini pribadi penulis dan tidak mencerminkan pandangan Redaksi CNNIndonesia.com
Jakarta, CNN Indonesia -- Setelah tiga Grand Prix terselesaikan, penampilan pebalap Formula One (F1) Rio Haryanto kini didera ejekan. Penampilan pebalap pertama Indonesia diajang F1 itu dianggap jauh dari standar pebalap lain.
Rio yang memperkuat Manor Racing finis di posisi ke-21 pada balapan di GP China. Secara posisi, prestasinya memang menurun. Namun sejujurnya prestasi Rio di Shanghai terbilang sedikit meningkat dibanding sebelumnya.
Pada seri kedua di GP Bahrain, Rio berhasil finis di posisi ke-19. Namun, ketika itu pebalap 23 tahun tersebut menjadi pebalap terakhir yang berhasil melewati garis finis di Sirkuit Sakhir. Sementara di GP China, Rio berhasil finis di depan pebalap Renault, Jolyon Palmer.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara di GP Australia karena permasalahan mobil, Rio gagal menyelesaikan balapan. Sebuah akhir dengan kesalahan bukan terletak di pundak Rio.
Ejekan yang cukup menyakitkan diberikan kepada pebalap yang tahun lalu duduk di peringkat empat GP2 banyak beredar di media sosial. Seperti yang umum, "telah menghambur-hamburkan uang negara", hingga sindiran lucu tetapi tak kalah menyakitkan lewat twitter: "Rio punya seluruh syarat untuk jadi pacar idaman. Muda, lucu, baik, dan selalu
finish last (mengalah)."
Melihat cukup banyaknya kritikan untuk Rio usai balapan di GP China, sepertinya tidak adil bagi mantan pebalap Campos Racing tersebut. Musim baru berjalan tiga seri, dan masih ada 18 seri ke depan. Rio masih berpeluang meraih hasil yang lebih baik ke depannya, khususnya di trek-trek yang cocok dengan mobil MRT05 milik Manor.
Masyarakat Indonesia juga harus bisa mengatur harapan untuk Rio. Ingat, ini adalah musim pertama pebalap kelahiran 22 Januari 1993 tersebut. Selain itu Rio bukan memperkuat tim papan atas seperti Ferrari atau Mercedes.
Lihat McLaren yang diperkuat dua juara dunia F1, Fernando Alonso dan Jenson Button. Tim yang sudah mengoleksi 12 gelar juara dunia F1 itu belum juga mampu merebut poin hingga seri ketiga musim ini.
Bukan hanya McLaren yang kesulitan mengimbangi kecepatan Ferrari serta Mercedes. Salah satu bos Red Bull Racing, Adrian Newey, sebelum mengatakan tidak mungkin bagi pebalapnya Daniel Ricciardo bisa melawan kecepatan Ferrari dan Mercedes meski memulai balapan dari posisi kedua.
Hasil finis di posisi ke-21 yang diraih Rio juga pantas diapresiasi. Pasalnya, Rio berhasil finis di depan Palmer, yang notabene juara dunia GP2 musim 2014. Selain itu Palmer juga memperkuat Renault, yang di atas kertas memiliki pengalaman lebih banyak di ajang F1 daripada Manor.
Selanjutnya Rio akan tampil di GP Rusia, 1 Mei mendatang. Ada baiknya masyarakat Indonesia tetap memberikan dukungannya dan doa untuk Rio untuk mendapatkan hasil yang lebih baik, dan di saat bersamaan bisa mengatur harapan.
Dengan sejumlah penjelasan di atas, masyarakat Indonesia jangan berharap sesuatu yang spektakuler bisa diraih Rio dalam waktu dekat, seperti finis di posisi sepuluh besar dan mendapatkan poin. Biarkan Rio beradaptasi secara perlahan dan menemukan ritme penampilannya di ajang jet darat tersebut, hingga akhirnya hasil positif datang.
Rio pun harus bisa fokus pada penampilannya dan tidak terlalu sering mengeluarkan kritikan untuk timnya sendiri. Seperti ketika usai GP Bahrain, Rio mengeluarkan kritikan mengenai waktu pitstop yang terlalu lama.
Kritikan tersebut bisa menimbulkan opini publik bahwa kegagalan meraih poin di tiga seri awal karena Manor tidak serius menangani Rio. Publik bisa berpikir Rio belum mendapatkan poin sejauh ini hanya karena kualitas Manor. Banyak faktor yang menyebabkannya, termasuk pengalaman Rio yang masih minim di F1.
Kita berprasangka baik saja bahwa Manor akan bersikap adil terhadap Rio dan rekan setimnya, Pascal Wehrlein. Rio juga harus ingat, dia bukan memperkuat Ferrari yang memiliki staf yang pastinya lebih berkualitas daripada Manor. Jadi, sukses untuk Rio di Sochi!
(dlp)