Jakarta, CNN Indonesia -- Insiden tewasnya pendukung Persija Jakarta, Muhammad Fahreza (16), harus menjadi introspeksi seluruh pihak. Terutama bagi aparat keamanan yang kerap melakukan tindakan represif terhadap suporter sepak bola.
Demikian diungkapkan Ketua Panitia Pelaksana (Panpel) Pertandingan Persija, Bobby Kusumahadi, yang dihubungi CNNIndonesia, Senin (16/5).
"Insiden ini harus jadi bahan introspeksi semua pihak, tanpa terkecuali. Saya juga menyayangkan tindakan represif dari aparat yang terlalu mudah bereaksi dengan pendekatan kekerasan," katanya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Berdasarkan laporan di lapangan, aparat disebut mudah melakukan tindakan pemukulan dengan tongkat rotan maupun pentungan karet. Mungkin karena personel yang diturunkan masih muda-muda dan mudah tersulur emosinya."
Menurut Bobby, bentrok antara suporter dan kepolisian rentan terjadi pada dua laga kandang Persija di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta.
Pada laga pertama Macan Kemayoran menjamu Semen Padang, Minggu (8/5), panpel mendapat laporan jika petugas keamanan mengeluarkan gas air mata sebelum pertandingan. Ini dilakukan untuk membubarkan massa yang mendesak masuk secara serentak sebelum pertandingan dimulai. Namun, tidak ada korban jiwa yang melayang.
Sementara pada pertandingan kedua, pihak panpel mengaku tidak mendapat laporan terkait insiden pemukulan yang akhirnya merenggut nyawa Fahreza. Ini yang membuat panpel tidak bisa menangani korban secara maksimal.
"Pihak Panpel tidak mendapat laporan selama pertandingan berjalan atau sesudah. Bahkan, kami baru tahu kejadian tersebut keesokan harinya setelah korban meninggal," ujar Bobby.
Biasanya, lanjut Bobby, suporter yang mengalami luka-luka atau gangguan kesehatan akan ditangani tim medis yang disiapkan panpel. Jika korban mengalami luka berat maka akan dirujuk ke rumah sakit terdekat, dalam hal ini RSAL Mintoharjo, Senayan.
Meski demikian, Bobby juga berjanji mengevaluasi kinerja panpel. Ia juga tidak memungkiri perlunya penambahan personel untuk mengawasi pintu stadion hingga penonton benar-benar meninggalkan lokasi.
Jumlah Tiket Kurang?Panpel Persija juga membantah jika kuota tiket yang disediakan tidak cukup untuk menampung Jakmania. Sebab, panitia masih mengantongi 3000 lembar tiket tersisa dari total 40 ribu lembar yang dicetak. Sementara kapasitas Stadion GBK bisa mencapai 88 ribu penonton.
"Tiket di loket masih tersisa 3000 lembar. Tapi, yang masuk bisa sampai 60 ribu orang. Artinya masih ada penonton yang memang tidak berniat membeli tiket alias menunggu 'jebolan' di babak kedua," ujar Bobby.
Klaim Bobby soal kelebihan tiket pun terbilang meragukan. Sebab, menurut pantauan CNNIndonesia pada Jumat (13/5), justru banyak penonton yang mengeluh kehabisan tiket di loket.
Sebagian dari pendukung Persija terpaksa bertransaksi dengan para calo atau bahkan bernegosiasi dengan oknum aparat nakal yang memungut biaya untuk memasukkan penonton yang kehabisan tiket.
(jun)