Jakarta, CNN Indonesia -- Otoritas sepak bola Eropa, UEFA, akan segera memilih presiden baru untuk mengisi kekosongan kepemimpinan saat ini dalam pertemuan yang dijadwalkan di Athena, Yunani, 13-14 September mendatang.
Kekosongan dalam tubuh UEFA terjadi setelah presiden terpilih mereka, Michel Platini, tersangkut skandal korupsi akibat menerima pembayaran sebesar 2 juta Swiss Franc, yang disetujui oleh Presiden FIFA Sepp Blatter.
Platini yang sempat mendapatkan sanksi selama delapan tahun dari Komite Etik FIFA itu sebenarnya mendapatkan keringanan setelah Komite Arbitrase Olahraga (CAS) memutuskan untuk mengurangi durasi hukumannya menjadi empat tahun.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun, Platini memutuskan untuk tetap meninggalkan posisinya sebagai presiden UEFA lantaran ia ingin terus berusaha untuk membersihkan namanya.
"Sebagaimana yang telah disetujui dengan negara-negara anggota, saya akan mengundurkan diri dari posisi saya sebagai presiden UEFA agar dapat melanjutkan perjuangan saya sebelum otoritas Swiss dapat membuktikan integritas saya," tulis pernyataan Platini, Senin (9/5) lalu.
Sanksi awal Platini yang berdurasi delapan tahun, sebenarnya juga sempat dikurangi menjadi enam tahun oleh FIFA, Februari lalu. Namun, hukuman itu kembali dikurangi setelah ia mengajukan banding ke CAS bersama-sama dengan Blatter.
Dilansir ESPN, sejumlah kandidat yang telah mengutarakan minatnya untuk menjadi presiden UEFA baru meliputi wakil presiden otoritas sepak bola itu saat ini, Angel Maria Villar.
Villar diprediksi akan bersaing dengan Michael van Praag dan Aleksander Ceferin untuk menjadi pemimpin baru di otoritas sepak bola Eropa tersebut.
(jun)