Dinamika Tuntutan KLB PSSI

Jun Mahares | CNN Indonesia
Kamis, 19 Mei 2016 18:50 WIB
Setelah lepas dari sanksi Kemenpora dan FIFA, dinamika organisasi PSSI terus berlanjut hingga desakan Kongres Luar Biasa (KLB)
PSSI terus dituntut untuk melakukan reformasi total untuk membenahi tata kelola sepak bola nasional yang lebih baik. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Jakarta, CNN Indonesia -- Setelah lepas dari sanksi pemerintah dan FIFA, dinamika organisasi PSSI terus berlanjut. Otoritas sepak bola Indonesia itu didesak untuk segera menggelar Kongres Luar Biasa (KLB).

Mayoritas anggota PSSI yang tergabung dalam Kelompok 85 (K85) justru mendesak KLB untuk menggantikan Ketua Umum La Nyalla Mattalitti. Namun, belum ada respons yang jelas dari PSSI untuk memasukkan KLB dalam agenda Kongres Tahunan di Balikpapan, 1 Juni mendatang.

Sebagian besar anggota K85 mengancam akan memboikot atau tidak mau menghadiri Kongres PSSI tersebut. Namun, ada beberapa anggota yang mau menuntut KLB dengan cara lebih elegan tanpa harus menciptakan konflik internal.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Wakil Ketua Asosiasi Provinsi (Asprov) PSSI DKI Jakarta, Muchlas Rowi, berniat untuk melakukan boikot pada Kongres PSSI. Sebab, PSSI dianggap tidak bijak menanggapi polemik sepak bola nasional.

"Sebelum Kongres Tahunan harus ada pertemuan antara PSSI dan anggotanya untuk membahas agenda KLB. Jika tidak, terpaksa kami akan memboikot," kata Muchlas kepada CNNIndonesia.

DKI, lanjut Muchlas, memutuskan untuk memboikot Kongres PSSI karena sampai detik ini belum ada niat untuk merealisasikan KLB yang diklaim sudah memnuhi Statuta PSSI.

PSSI diminta ikut memanfaatkan reformasi di tubuh FIFA dengan bijak dan proporsional. Artinya, PSSI harus membuka diri terhadap perkembangan sepak bola industri yang dikelola secara profesional dan transparan.

"PSSI harus dipimpin figur kuat yang bisa diterima pemerintah dan masyarakat. Sudah tidak zamannya lagi otoriter. Zaman sudah berubah, dan sepak bola harus dikelola secara industri profesional dan transparan," ujar Muchlas.

Dukung KLB Tanpa Konflik

Sementara itu Ketua Asprov Jawa Barat Duddy Sutandi yang juga tergabung dalam K85 tetap menghormati undangan PSSI. Ia mengaku akan menghadiri Kongres Tahunan PSSI di Balikpapan.

"Saya paham betul sikap teman-teman lain yang berniat boikot, tapi saya lebih memilih untuk hadir. Ini salah satu cara untuk menyelesaikan persoalan dengan tata organisasi yang baik tanpa harus berkonflik," ujarnya.

Sejalan dengan keinginan K85 lainnya, Duddy juga mengnginkan terselenggaranya KLB. Namun, ia tak setuju jika harus diselesaikan dengan jalur konflik yang bisa memicu respons FIFA.

Apalagi muncul gagasan bahwa K85 bakal meengadu ke FIFA jika PSSI tidak merespons keinginan anggotanya selama tiga bulan ke depan atau sejak surat permohonan penyelenggaraan KLB diserahkan kepada federasi pada 3 Mei 2016.

"Sebenarnya bisa diselesaikan dengan cara yang lebih elok. Bersepakat untuk menyelesaikan permasalahan kita sendiri ketimbang harus selalu melibatkan FIFA."

"Saya harap Komite Eksekutif sendiri yang menyusun rencana KLB karena itu sudah menjadi aspirasi angotanya. Tidak ada alasan lagi. Tinggal, cari pemimpin yang pantas untuk kondisi saat ini," ujar Duddy.

Seperti diketahui dua nama calon ketua PSSI sudah dimunculkan. Selain Joko Driyono yang selama ini aktif sebagai operator kompetisi, ada nama Pangkostrad Edy Rahmayadi selaku pembina PS TNI.

"Kita butuh tokoh dengan kepemimpinan yang kuat dan komitmen tinggi. Kedua nama tersebut (Edi Rahmayadi dan Joko Driyono) saya rasa cukup pantas untuk menjalankan organisasi PSSI saat ini untuk menggantikan rezim yang lalu," ujarnya. (jun)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER