Jakarta, CNN Indonesia -- Mantan ketua umum PSSI, Maulwi Saelan, sempat menyatakan kekecewaannya terhadap sepak bola Indonesia yang tak berkembang. Hal ini diungkapkan mantan pemain timnas era 1960-an, Bob Hippy (73), saat ditemui
CNNIndonesia.com di Al-Azhar Syifa Budi, Selasa (11/10) siang.
Maulwi meninggal dunia di Rumah Sakit Pertamina, Jakarta, Senin (10/10). Mantan ajudan Presiden pertama Republik Indonesia Soekarno itu tutup usia pada pukul 18.30 WIB. Saat melayat, Bob menceritakan kenangannya bertanding Maulwi pada 1960-an silam dan juga pengamatan Maulwi terhadap sepak bola Indonesia.
"Kami malu kenapa (sepak bola) Jepang sudah begitu maju. Dulu kita bisa dengan gampang mengalahkan mereka, sekarang mereka gampang mengalahkan kita. Begitu pula dengan negara-negara Eropa, Arab Saudi, Kuwait, dan negara-negara Asia Tengah," ujar Bob.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dulu mereka tidak ada apa-apanya. Jangan lupa, kata dia (Maulwi), dulu Indonesia lawan Jepang 'tutup mata' bisa menang. Hal ini disebabkan pembinaan kita yang tidak terukur, itu pesan beliau kepada kami."
Bob sendiri sebenarnya berbeda era dengan Maulwi ketika membela tim nasional Indonesia. Maulwi adalah penjaga gawang Indonesia di Olimpiade Melbourne 1958, sementara pada 1961 Bob Hippy masih menjadi pemain timnas junior Indonesia. Meski demikian, keduanya masih sempat bertemu di level kompetisi.
"Pada waktu itu beliau bermain untuk klub Setia, saya main untuk klub Maluku dalam sebuah kompetisi di Persija Jakarta. Di tingkat nasional saya beda jauh usianya dengan beliau," kata Bob.
"Di pertandingan persahabatan pada 1970-an saya juga pernah bertanding dengan beliau. Beliau bermain untuk Rajawali, saya bermain untuk Garuda,"
Bob menilai Maulwi seorang pesepak bola yang baik dan sangat tenang dalam menghadapi situasi di lapangan. Karakter itu, katanya, terbawa saat Maulwi menjadi ketua PSSI.
"Kami diayomi seorang yang mengerti sekali kemauan pemain. Itu enaknya seorang pemain menjadi ketua PSSI, dia tahu persis yang kami perlukan. Beliau kecewa, kok sepak bola kita tidak pernah maju dari sejak beliau menjabat karena memang kita tidak pernah bersatu.
"Suatu kesatuan diperlukan dalam membina sepak bola Indonesia. Tidak boleh ada perbedaan pendapat dengan yang lain, itu pesan beliau. Kita berdiri sendiri-sendiri untuk membina sepak bola ini, mestinya kita bersatu," ucap Bob melanjutkan.
Sementara itu mantan pemain timnas lainnya, Djunaedi Abdillah (70) dan Berthy Tutuarima (60), juga berpendapat Maulwi merupakan panutan yang baik di sepak bola.
"Beliau adalah seorang bapak yang memiliki rasa kasih sayang, semoga penerus yang akan datang mencontoh ini," tutur Djunaidy.
"Ia merupakan kakak yang suka memberitahu bagaimana cara bermain yang baik, saya ucapkan selamat almarhum sudah kembali ke penciptanya," kata Berthy menambahkan.
(vws)