Indonesia Hanya Mampu Jadi Sub-Orbit Doping di Asian Games

Titi Fajriyah | CNN Indonesia
Senin, 24 Okt 2016 20:37 WIB
Indonesia hingga saat ini belum mampu menyedikan hasil tes doping mandiri jelang Asian Games 2018. Untuk tes itu, sampel-sampel dikirim ke India.
Juru Bicara Kemenpora Gatot S Dewa Broto. (CNN Indonesia/M. Arby Rahmat)
Jakarta, CNN Indonesia -- Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) mengaku belum mampu mengeluarkan hasil tes doping mandiri saat Asian Games 2018 nanti. Hal terebut terjadi karena lembaga antidoping yang ada di Indonesia saat ini belum memenuhi persyaratan yang diminta Badan Antidoping Dunia (WADA).

Namun, kata Kepala Komunikasi Publik Kemenpora Gatot S Dewa Broto  Indonesia bisa menjadi sub orbit untuk mengecek hasil doping dari para peserta nantinya.

"Misalnya, sampling minimal per tahun itu harus 3000. Itu bisa diperoleh dari gelaran PON (Pekan Olahraga Nasional) dan event-event olahraga lain yang digelar," kata Gatot kepada CNNIndonesia.com, Senin (24/10).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Saat ini, Indonesia masih harus mengirim hasil sampling doping dari setiap ajang internasional maupun nasional yang digelar ke India. India adalah salah satu negara terdekat yang lembaga anti dopingnya sudah diakui WADA.

"Kalau untuk menjadi lembaga anti doping yang terakreditasi kita memang belum bisa karena harus melalui proses yang panjang, bukan setahun sampai dua tahun. Indonesia belum terdaftar, kita perlu meningkatkan dan menambah kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), peralatan dan penanganannya," tutur Gatot.

"Di Asian Games 2018, paling maksimal kita hanya bisa menjadi satelite atau lebih tepatnya sub-orbit yang membawa sampel tes ke India atau ke Thailand."

Gatot, yang juga menjabat Deputi IV Bidang Peningkatan Prestasi Olahraga Kemenpora itu, mengatakan Indonesia saat ini sedang berupaya untuk diakui WADA. Pasalnya, di Indonesia sebenarnya sudah ada gedung untuk tes doping yakni di Institut Teknologi Bandung (ITB). Sayangnya, kata Gatot, laboratorium yang berada di ITB itu jauh dari kata standar untuk bisa melakukan tes sampling doping secara mandiri seperti yang dibuat India.

"Laboratoriumnya harus diisi, SDM-nya diperdayakan. Kalau jadi satelite atau sub-orbit bisa jadi hasilnya dibuat di sini dengan mendatangkan SDM dari India. Tapi yang penting fasilitasnya harus memadai," kata dia. (kid)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER