Jakarta, CNN Indonesia -- Legenda bulutangkis Indonesia, Taufik Hidayat, menyebut sosok ideal Umum Pengurus Pusat Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PP PBSI) adalah yang mampu terjun langsung ke lapangan untuk memantau perkembangan atlet.
Taufik yang merupakan peraih medali emas Olimpiade 2004 Athena itu menyebut, sejak PBSI era Tri Sutrisno (1985-1993), tak ada satupun ketua umum yang bisa terjun langsung ke lapangan.
"Tapi nyatanya selama ini kan pejabat atau pengusaha. Mereka semua orang sibuk," kata Taufik, Senin (31/10), kepada
CNNIndonesia.com di sela-sela Musyawarah Nasional PBSI di Surabaya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Taufik meminta Ketua Umum PBSI juga harus bisa menempatkan orang-orang di bawahnya untuk menjadi perpanjangan tangan. Akan tetapi, sebut Taufik, keputusan akhir tetap ada di tangan ketua umum.
"Selama ini
kan organisasi tidak akan jalan kalau ada dua atau tiga 'matahari'," katanya.
Terkait keinginan Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Imam Nahrawi agar sosok ketua umum cabor tidak rangkap jabatan, Taufik tak sepenuhnya sepakat.
Menurut Taufik, lebih baik mencari solusi ketimbang mempermasalahkan soal rangkap jabatan. Taufik menyatakan ucapan Imam adalah bentuk kekhawatiran mengingat Menpora adalah orang yang paling bertanggungjawab atas prestasi olahraga di Indonesia.
"Ada ketakutan juga dalam diri Pak Menteri. Dalam arti, sosok itu nanti bisa fokus tidak? Urusan ketua itu manajerial dan bagaimana ia membuat struktur organisasi yang kuat di bawahnya," ujarnya.
"Susah juga (untuk tidak rangkap jabatan), dilema juga. Maksudnya, setuju tidak setuju yang penting punya waktu. Tapi bisa dilihat, Ketua Umum Olahraga Dayung (PB PODSI) ketuanya Menteri Pekerjaan Umumnya dan Perumahan Rakyat (PU-PERA). Angkat Besi (PB PABBSI) dipimpin Ketua KADIN, Karate juga Panglima TNI (Gatot Nurmantyo). Susah juga, dilema juga," ungkap Taufik yang kini menjabat sebagai Staf Khusus Menpora bidang olahraga itu.
Salah satu solusi yang ditawarkan Taufik adalah calon ketua umum cabor bisa meminta arahan dan petunjuk terlebih dahulu ke Menpora. Pasalnya, menurut Taufik, hampir semua organisasi olahraga di Indonesia lemah faktor komunikasi.
"Mudah-mudahan ke depannya bisa lebih baik," katanya.
(vws)