'Tanpa Visi-Misi, PSSI Siap-siap Dirundung Masyarakat'

Arby Rahmat | CNN Indonesia
Jumat, 11 Nov 2016 08:24 WIB
Kemenpora mengingatkan bahwa publik sedang menanti percepatan reformasi sepak bola dan sejumlah pekerjaan rumah mendesak untuk ditangani.
Pengurus baru PSSI menggelar acara tumpengan setelah Kongres Biasa Pemilihan ditutup, Kamis (10/11). (CNN Indonesia/M. Arby Rahmat Putratama H)
Jakarta, CNN Indonesia -- Letjen TNI Edy Rahmayadi diminta untuk sepenuhnya fokus mengurus PSSI, meski memiliki kesibukan sebagai Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Pangkostrad), demikian disampaikan juru bicara Kemenpora, Gatot S. Dewa Broto.

Edy menjadi ketum terpilih menggantikan La Nyalla Mattalitti setelah memperoleh 76 suara dalam Kongres Biasa Pemilihan PSSI, sementara Moeldoko sebagai pesaing terkuat hanya mendapat 23 suara. Calon ketum lainnya, Eddy Rumpoko, hanya memperoleh satu suara, sedangkan tujuh suara lainnya abstain.

Gatot yang hadir mewakili Kemenpora dalam Kongres PSSI di Hotel Mercure Ancol, menilai proses pemilihan ketum sudah sesuai dengan tata tertib dan aturan, baik Statuta FIFA, AFC maupun PSSI.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun, Gatot mengatakan Edy tidak boleh terlalu lama bersuka cita karena sejumlah pekerjaan rumah PSSI sudah sangat mendesak untuk ditangani.

"PSSI harus segera melakukan konsolidasi internal. Bahwa saat persaingan telah menimbulkan polarisasi pilihan, tetapi kini sudah harus disatukan kembali. Apalagi proses pemilihan tidak diwarnai dengan interupsi dan apalagi gejolak," demikian bunyi pernyataan resmi Gatot lewat pesan singkat.

"Ketum Baru dan jajarannya harus mencurahkan waktunya untuk PSSI. Untuk ini dibutuhkan dedikasi, integritas dan komitmen yang ekstra tinggi untuk segera membenahi PSSI, karena publik, pemerintah, dan para pemangku kepentingan sangat berharap percepatan reformasi PSSI. Jika tidak, tak tertutup kemungkinan publik hanya akan mem-bully pengurus baru jika tanpa visi, misi dan target yang jelas," katanya menambahkan.

Salah satu poin utama tujuan FIFA yang disebut pada Pasal 1 butir (e), lanjut Gatot, adalah untuk melawan tindakan yang berpotensi ke arah match manipulation. "Ini concern banyak pihak, dan Pak Edy dengan latar belakang militer yang dimilikinya harus segera mampu mengatasinya," ucapnya.

Lebih lanjut, Gatot mengatakan salah satu persoalan klasik yang selalu berulang dalam persepakbolaan di Indonesia adalah masalah suporter. Sepekan, lalu korban tewas muncul lagi di Palimanan.

Meski kelompok suporter lebih menjadi domain klub, Gatot ingin mulai saat ini PSSI harus lebih perhatian kepada suporter. "Karena  suporter itu bagian dari sepakbola, mengingat sepakbola tanpa suporter tidak ada artinya," ujarnya. (vws)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER