Jakarta, CNN Indonesia -- Menpora RI Imam Nahrawi meminta agar Lembaga Anti Doping Indonesia (LADI) memperketat aturan doping atlet di masa mendatang.
Sebelumnya diketahui Panitia Besar Pekan Olahraga Nasional (PB PON) Jawa Barat merilis 14 nama atlet yang positif terindikasi doping. Sebanyak 12 di antaranya adalah peraih medali di PON dan dua lainnya di Peparnas (Pekan Paralimpik Nasional) 2016.
Dari 12 atlet PON, tujuh atlet berasal dari cabang binaraga, dua dari menembak, satu dari berkuda dan satu lainnya dari angkat berat. Sedangkan dua atlet Peparnas adalah atlet tenis meja dan atletik.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pasca PON 2016, mendatang (aturan doping) akan lebih ketat. Saya perintahkan kepada LADI bahwa setiap lembaga
multi event dan
single event harus ada sosialisasi anti doping, apa saja kriteria yang masuk dalam kategori doping. Takutnya yang biasa kita konsumsi masuk kategori doping, padahal kita tahunya itu suplemen," kata Imam, Selasa (10/1) petang.
"Saya juga minta ke LADI harus detail dan sosialisasi sebelum pertandingan, meskipun keluhan LADI biaya periksa doping sangat mahal per sample Rp15 juta," katanya menambahkan.
Biaya tersebut terbilang mahal lantaran Indonesia hingga kini belum memiliki laboratorium yang terakreditasi dan diakui dunia internasional terkait doping. Selama ini Indonesia masih mengirimkan sampel ke luar negeri seperti ke India atau Thailand.
Maka dari itu, mendatang Imam pun berencana menugasi LADI agar bernegosiasi dengan WADA.
"Sebuah negara menjadi rujukan pemeriksaan doping kalau per tahun dapat periksa 3000 atlet. Berarti kalau 3000 kali 15 juta rupiah, siapa yang mau bayar? Nah saya mau LADI negosisasi ke WADA supaya bagaimana kalau cuma hanya 1000 atlet saja (syaratnya)," ucap Imam.