Jakarta, CNN Indonesia -- Regulasi tentang penerapan
marquee player di kompetisi Liga 1 2017 masih menimbulkan banyak pertanyaan dan kekhawatiran dari klub peserta. PSSI sebagai operator memberikan persyaratan kepada setiap calon marquee player yang akan diambil klub.
Wakil Ketua Umum PSSI Joko Driyono mengatakan penambahan satu kuota pemain asing dengan label
marquee player itu adalah hasil rapat yang dipimpin langsung Ketua Umum PSSI Edy Rahmayadi pada 16 Maret lalu.
Esensinya, ujar Joko,
marquee player adalah pemain yang memberikan dampak besar terhadap kompetisi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kata-kata marquee ini sebenarnya memberi arti kata market dan value. Tapi dalam sepak bola, marquee player bisanya seimbang dengan kualitas pemain," jelas pria yang juga biasa disapa Jokdri itu kepada wartawan.
Adapun seorang
marquee player itu tak sekedar pemain asing. Untuk tampil di Liga 1, kata Jodkri, seorang marquee player dibatasi kriteria-kriteria. Selain kualitas dan kompetensi pemain, tapi juga soal salary cap atau pembatasan jumlah uang yang dikeluarkan sebuah klub untuk membayar gaji pemain.
Seperti yang terjadi di Major League Soccer (MLS) di Amerika Serikat atau A-League di Australia, keduanya bukan hanya memasukkan kriteria tentang kompetensi pemainnya, tapi juga karena klub melampaui batas-batas
salary cap yang telah ditentukan dan itu yang termasuk dalam kategori marquee player.
"Kami ingin kombinasikan itu. PSSI dan operator akan menyetujui regulasi budgeting itu dengan salary cap. Sehingga jika melampaui batasan itu akan masuk
marquee player," jelas Joko.
Joko menjelaskan, PSSI tidak hanya menginginkan harga mahal untuk seorang
marquee player. Tapi, seorang
marquee player juga harus punya kualitas. Sebab itu, muncul dua indikator dalam penetapan
marquee player.
"Pertama, dia harus masuk tim nasional dan pemain elite di liga Eropa. Di periode kapan? Piala Dunia di tiga seri terakhir, untuk di liga itu delapan tahun sebelumnya," sebut Joko yang juga mantan Direktur Utama PT. Liga Indonesia.
Keputusan PSSI membuat regulasi
marquee player itu disebutkannya guna meningkatkan kualitas kompetisi dan mengembangkan bisnis industri sepak bola di Indonesia.
"Limitasi
marquee player tidak sekadar mendatangkan pemain. Keseimbangan klub yang datangkan pemain juga punya konsekuensi potensi performa yang jadi lebih baik. Tapi juga ada investasi yang akan berdampak pada kompetisi secara keseluruhan," pungkasnya.