Jakarta, CNN Indonesia -- Sekretaris Jenderal PSSI, Ratu Tisha Destria, turut menanggapi masalah medis dalam penyelenggaraan kompetisi Liga 1 2017 yang disorot terkait insiden di Stadion Surajaya, Lamongan, , Minggu (15/10), yang berakhir duka.
Tisha menegaskan PSSI sudah memperbaiki masalah perihal penanganan medis sebelum kejadian yang mengakhiri karier Choirul Huda.
Sekjen yang baru terpilih pada Juli lalu merasa PSSI selalu bekerja dengan terencana dalam menyikapi polemik sepak bola Indonesia, termasuk dalam memberikan edukasi menyangkut risiko pemain di dalam maupun luar lapangan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
 PSSI mengklaim telah menaruh perhatian pada masalah penanganan medis para pesepakbola sejak dua bulan lalu. (ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto) |
Menanggapi kejadian yang menewaskan kiper Persela Choirul Huda beberapa waktu lalu, Tisha mengatakan PSSI bekerja secara proaktif untuk jangka panjang. Tak hanya reaktif per kejadian.
"Terkait apapun itu, termasuk
football medicine. PSSI proaktif, pantang reaktif. Sebelum ada berbagai kejadian kami sudah fokus di dua hal: perbaikan ofisial pertandingan dan filosofi sepak bola Indonesia termasuk perbaikan cara bermain, pembangunan karakter untuk sepak bola, integrasi sains sepak bola dan
football medicine," kata Tisha kepada CNNIndonesia.com (17/10).
"Khusus
football medicine, kami telah bekerja sama dengan Royal Sports Medicine membangun kajian dan SOP tidak hanya untuk di lapangan, tapi keseluruhan aspek medis timnas dan pastinya akan turun ke klub. Ini sudah mulai sejak dua bulan lalu," katanya menambahkan.
Meninggalnya Huda pada Minggu (15/10) tidak hanya menjadi sorotan di Indonesia. Media asing dan bintang sepak bola luar negeri turut memantau kepergian Choirul Huda.