Jakarta, CNN Indonesia -- Gelandang
Mesut Oezil memutuskan pensiun dari
timnas Jerman usai lebih dari sembilan tahun mengabdi sejak debut pada Februari 2009 silam. Berikut beberapa alasan Oezil pantas pensiun.
Salah satu faktor yang membuat Oezil pensiun membela Die Mannschaft adalah kegagalan timnas Jerman melewati fae grup Piala Dunia untuk kali pertama dalam 80 tahun. Timnas Jerman justru menjadi juru kunci di Grup F Piala Dunia 2018.
Sementara, faktor utama dari pengunduran diri Oezil adalah kritik yang diterimanya dari berbagai pihak karena bertemu dan berfoto dengan Presiden Turki Recep Erdogan pada Mei lalu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bukan saja fan atau Netizen yang bersuara, melainkan Presiden Federasi Sepak Bola Jerman Reinhard Grindel dan juga Manajer Timnas Jerman Oliver Bierhoff juga ikut buka suara.
Grindel bahkan menginterogasi Oezil setelah pertemuannya dengan Erdogan. Sedangkan Bierhoff menilai timnas Jerman tidak membawa Oezil dan Ilkay Guendogan ke Rusia usai berfoto dengan pemimpin negara asal kedua pemain itu.
Setelah Piala Dunia 2018 selesai, lebih tepatnya usai Jerman tersingkir Oezil akhirnya memutuskan gantung sepatu dari ajang internasional pada Minggu (22/7) waktu setempat. Pengunduran diri itu disampaikan dalam pernyataan yang dimuatnya dalam tiga bagian.
 Mesut Oezil sudah membuat 40 assist di timnas Jerman. (REUTERS/Dylan Martinez) |
Di bagian pertama Oezil menyampaikan alasan pertemuannya dengan Erdogan, lalu soal kecaman media Jerman di bagian kedua, dan mengecam Grindel lantaran merasa jadi sasaran rasisme dalam sepak bola.
Berikut tiga alasan Oezil pantas pensiun dari timnas Jerman dikutip dari
Sportskeeda:
1. Komitmen Oezil Selalu DipertanyakanMesut Oezil kerap menjadi kambing hitam ketika klub atau timnas Jerman menelan kekalahan. Sebaliknya, pemain 29 tahun itu tidak mendapat kredit yang cukup saat meraih kemenangan. Oezil pun telah cukup dewasa menyikapi itu dengan mengabaikan kritik yang ada.
Padahal, sepanjang kariernya di klub dan timnas, Oezil merupakan salah satu gelandang menyerang terbaik yang pernah ada di dunia dan Jerman. Dari 92 penampilannya bersama Jerman sejak 2009, Oezil sudah mencetak 23 gol dan membuat 40 assist.
 Mesut Oezil kerap mendapat kritik di level klub atau timnas Jerman. (Reuters/Tony O'Brien) |
Catatan assist itu merupakan yang tertinggi dalam sejarah sepak bola Jerman. Intinya, Oezil memiliki rasio keterlibatan gol sebesar 0,7 gol perlaga untuk timnas Jerman. Mantan pemain Real Madrid itu juga pernah menjadi pencetak assist terbanyak di Piala Dunia 2010 dan Piala Eropa 2012. Termasuk menyandang gelar Pemain Terbaik Jerman sebanyak lima kali dalam 10 tahun belakangan.
2. Penggambaran yang Buruk oleh Media JermanMedia di Jerman memainkan peran sentral dalam mempromosikan Oezil yang dianggap tidak netral. Karena itu juga Oezil tidak segan-segan menyebut kritik akan didapat olehnya ketika media atau pengamat menemukan kesalahan dalam permainan yang dibuat mantan pemain Werder Bremen itu.
"Saya bukan pesepakbola yang sempurna dan ini memotivasi saya untuk bekerja dan berlatih lebih keras. Tapi apa yang saya tidak bisa terima adalah, media Jerman berulang kali menyalahkan keturunan ganda yang saya miliki, dan gambaran sederhana untuk Piala Dunia yang buruk atas nama seluruh anggota skuat," ucap Oezil.
Status Oezil yang merupakan keturunan Turki juga menjadi diungkit dalam hal ini guna membangkitkan kekesalan fan Jerman terhadapnya. Sebuah surat kabar Jerman usai Die Mannschaft terpuruk di Piala Dunia 2018 tidak mengkritik kinerja Oezil atau kinerja tim, tetapi menggunakan foto Ozil dengan Recep Tayyip Erdogan sebagai berita utama.
 Selain fan dan media, di Jerman Mesut Oezil juga mendapat kritik dari politisi di negara tersebut. (REUTERS/Axel Schmidt) |
Pemuatan foto tersebut dianggap sebagai penyebab hancurnya timnas Jerman di Rusia. Itu bukan saja tidak berdasar tetapi juga sangat tidak profesional. Karena pertemuan Oezil dengan Erdogan guna menghormati Turki sebagai negara leluhurnya.
3. Mendapat Perlakuan Rasisme karena Miliki 'Darah' TurkiMesut Oezil merupakan generasi ketiga Turki-Jerman, tetapi telah menunjukkan kesetiaan dan dedikasi mutlak kepada Jerman selama karir sepuluh tahunnya dengan Die Mannschaft dengan statistik yang sangat mengesankan. Tetapi hal itu selalu menjadi referensi untuk menjadi bahan kritik bagi Oezil.
Padahal, rasisme adalah kekejian yang tidak memiliki tempat di bumi, apalagi di dunia sepak bola di mana kekaguman global sepak bola telah menyebabkan beragam budaya dan sejarah menyatu.
Hanya saja pesepakbola tetap kerap menjadi target rasisme. Suporter kerap mengejek pemain lawan karena warna kulit atau faktor. Dalam kasus Oezil, pemain Arsenal itu tidak saja mendapat ejekan dari fan, tetapi juga politisi di negara tersebut (Bernd Holzhauer dan Werner Steer), dan itu merupakan perlakuan buruk mengingat Oezil telah berjuang untuk timnas Jerman selama hampir satu dekade dengan darah, keringat, dan cedera yang dimilikinya.
(bac)