Jakarta, CNN Indonesia -- Sejak pertama kali dilangsungkan, belum sekalipun
Timnas Indonesia tampil menjadi juara
Piala AFF. Lima kali tampil di final, lima kali pula pemain-pemain kebanggaan bangsa berjalan lunglai tanpa piala di akhir laga.
Dari 11 edisi Piala AFF,
runner up adalah prestasi terbaik Timnas Indonesia yang diraih pada tahun 2000, 2002, 2004, 2010, dan 2016. Catatan terburuk adalah menempati peringkat ketiga babak penyisihan dan gagal melaju ke fase gugur pada tiga edisi yaitu 2007, 2012, dan 2014.
Tidak ada negara yang lebih banyak mengoleksi gelar peringkat kedua selain Indonesia, sehingga predikat juara Piala AFF seolah misteri bagi kesebelasan terbaik tanah air.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Piala AFF 1996Nama besar Indonesia di sepak bola coba dibangun ketika Piala Tiger bergulir untuk kali pertama pada 1996. Setelah menjadi juara SEA Games 1993, kejuaraan khusus sepak bola antarnegara Asia Tenggara itu tampak cocok menjadi pelampiasan kegagalan di SEA Games 1995.
Skuat bergengsi yang dipimpin Danurwindo bertabur nama tenar sekaliber Fakhri Husaini, Peri Sandria, dan Widodo Cahyono Putro, berkolaborasi dengan jejeran pemain muda yang mengenyam kompetisi di Italia macam Kurniawan Dwi Yulianto, Bima Sakti, dan Yeyen Tumena.
 Kurniawan Dwi Yulianto tampil di semifinal Piala AFF 1996. (REUTERS) |
Kepak sayap Garuda tampak meyakinkan di awal perhelatan. Kemenangan demi kemenangan dengan skor mencolok, hingga ditahan Vietnam di akhir laga grup, membuat Indonesia menjadi pemuncak klasemen.
Malaysia berperan sebagai tim antagonis bagi suporter Timnas Indonesia di babak semifinal 22 tahun lalu. Harimau Malaya membuat langkah Fakhri dan kawan-kawan terhenti di babak empat besar. Dalam perebutan peringkat ketiga, Timnas Indonesia pun gagal menebus pelipur lara lantaran dikalahkan Vietnam.
"Jujur saja tim AFF pertama itu bagus. Kita ketakutan yang berlebihan dengan Thailand. Karena kita menghindar lawan Thailand, kita habis-habisan berusaha untuk menghindari Thailand. Jadi bertempur setengah mati dengan Vietnam [di pertandingan terakhir grup]."
"Berdasar hasil dari pertandingan pertama, kedua, dan ketiga, kami merasa punya peluang besar. Kenapa di pertandingan terakhir kita memaksakan diri menurunkan lagi pemain yang sudah main habis-habisan di tiga pertandingan itu? Ahirnya ketika lawan Malaysia ga ada tenaganya karena sudah terkuras lawan Vietnam" ujar Fakhri mengenai faktor kegagalan Timnas Indonesia di Piala AFF perdana.
Piala AFF 1998Dua tahun berselang setelah kegagalan edisi pertama, giliran tragedi besar menimpa Tim Merah Putih. Alih-alih pulang dengan piala di tangan, skandal sepak bola gajah yang justru ramai diperbincangkan.
Tidak ada yang aneh dalam dua laga awal hingga Timnas Indonesia berhadapan dengan Thailand pada laga terakhir Grup A. Kedua kesebelasan yang sudah mengetahui Vietnam sebagai runner up Grup B, sama-sama enggan meraih poin penuh lantaran menghindari pertemuan dengan tuan rumah.
 Nuralim (kiri) dan Sugiantoro (kanan) menjadi benteng pertahanan Timnas Indonesia di Piala AFF 1998. (REUTERS) |
Pertandingan yang berlangsung di Ho Chi Minh itu tidak menghasilkan gol di babak pertama. Skor sempat sama kuat 2-2, sampai pada tambahan waktu babak kedua Mursyid Efendi membobol gawang yang dikawal rekannya sendiri dan membuat Thailand menang 3-2.
Menghindar dari Vietnam tidak membuat Indonesia mampu melaju ke babak final karena kalah 0-1 dari Singapura yang akhirnya menjadi juara. Kemenangan anak asuh Rusdi Bahalwan pada laga menghadapi Thailand di perebutan tempat ketiga tetap tidak bisa menghapus sorotan lantaran bermain tanpa menjunjung sportivitas pada laga terakhir fase grup.
Piala AFF 2000
Untuk kali pertama Timnas Indonesia berhasil melaju ke final pada edisi ketiga. Kemenangan atas Filipina dan Myanmar cukup menggaransi tiket ke semifinal, kendati kalah 1-4 dari Thailand.
Berstatus sebagai runner-up, Aji Santoso dan kawan-kawan berhadapan dengan Vietnam. Laga ketat yang berakhir 2-2 hingga waktu normal usai harus diselesaikan hingga memakan waktu tambahan.
Sebuah gol Gendut Doni Christiawan di menit akhir
extra time memastikan skuat Garuda kembali bertemu dengan Thailand di babak pamungkas.
 Bambang Pamungkas menjadi pemain junior yang dipercaya tampil oleh pelatih Nandar Iskandar di Piala AFF 2000. (AFP PHOTO / KIM JAE-HWAN) |
Bermaksud membalas kekalahan dari Thailand di fase grup sekaligus mengangkat trofi yang pertama, Timnas Indonesia kembali menelan kekalahan dengan skor yang sama telak, 1-4, di partai final.
Kekalahan di final Piala AFF 2000 menjadi pelajaran penting bagi Bima Sakti yang juga akan memimpin Timnas Indonesia di Piala AFF 2018 ke Thailand.
"Dulu kan
home tournament ya beda sama sekarang home away. Ya Thailand waktu itu didukung suporter, itu yang jadi perbedaan. Yang paling penting mental. Pemain harus mempersiapkan itu semua, pemain harus siap dimainkan kapan aja," jelas Bima.
Piala AFF 2002
Setelah tiga kali berlaga di negeri orang, penggawa-penggawa tim Merah Putih akhirnya mendapat kesempatan tampil di hadapan pendukung sendiri pada edisi keempat Piala AFF.
Harapan yang membumbung tinggi kepada anak asuh Ivan Kolev tidak berjalan begitu mulus di lapangan. Setelah imbang dengan Myanmar di laga pembuka, Timnas Indonesia sempat tertinggal dari Kamboja sebelum meraih kemenangan 4-2. Kondisi nyaris kalah juga dituai ketika bertemu Vietnam di laga ketiga. Gol Zaenal Arief pada menit-menit akhir membuat Timnas Indonesia bermain imbang 2-2 sekaligus menjaga kans melaju ke babak selanjutnya.
Keperkasaan Tim Garuda baru terlihat pada laga keempat. Menghadapi tim lemah Filipina, pemain-pemain Indonesia bergiliran mencetak gol selama 2x45 menit hingga skor akhir menunjukkan angka 13-1.
 Elie Aiboy sudah memperkuat Timnas Indonesia sejak Piala AFF 2002. (AFP PHOTO / ADEK BERRY) |
Keluar sebagai peringkat kedua Grup A, Indonesia menghadapi Malaysia yang tampil meyakinkan sebagai juara Grup B dengan mengalahkan juara bertahan Thailand.
Gol semata wayang Bambang Pamungkas meloloskan Indonesia ke final yang kedua, kembali bertemu Thailand.
Berniat pesta di kandang sendiri, Elie Aiboy dan kawan-kawan harus menelan kekalahan kedua dari Thailand di laga final. Skor 2-2 dalam waktu normal yang tak berubah di babak tambahan memaksa laga ke adu penalti yang berakhir 4-2 untuk tim Gajah Perang.
Piala AFF 2004
Kelahiran Boaz Solossa di Timnas Indonesia ditandai dengan penampilan di Piala AFF 2004. Bocah 18 tahun yang masih belum memiliki klub kemudian memberikan gairah baru.
Fase grup yang meyakinkan dijalani tim Merah Putih. Menjadi juara grup dengan tiga kemenangan dan satu kali seri ditambah 17 kali mencetak gol berbanding nihil bobol benar-benar hasil yang menyuguhkan harapan. Apalagi salah satu kemenangan yang diraih adalah menghadapi tuan rumah Vietnam dengan skor 3-0.
Langkah mantap di fase grup nyaris disudahi Malaysia yang menang 2-1 dalam laga semifinal pertama di Stadion Utama Gelora Bung Karno. Namun performa heroik Kurniawan Dwi Yulianto dan kawan-kawan yang membalikkan ketertinggan 0-1 menjadi kemenangan 4-1 menjadi sebuah kemenangan yang akan dikenang oleh fan sepak bola Indonesia.
 Boaz Solossa (kanan) belum bermain di klub ketika mendapat kepercayaan di Timnas Indonesia pada Piala AFF 2004. (AFP PHOTO / KARIM JAAFAR) |
"Yang pasti kita waktu itu dari penyisihan grup ke semifinal ada jeda kurang lebih dua minggu. Kita penyisihan di Vietnam, pulang dari Vietnam kita masih ikut klub menyelesaikan tiga sisa pertandingan. Setelah itu masuk lagi untuk persiapan semifinal."
"Waktu itu saya berpikiran, saya berasumsi karena pemain sebagian sudah di klub masing-masing jadi sudah sampai puncaknya. Jadi persiapan mau ke semifinal juga agak kurang waktu pertandingan pertama lawan Malaysia," kenang Hendro Kartiko yang mengawal gawang Timnas Indonesia.
Di final, Singapura menjadi lawan. Skor 0-0 saat bertemu di fase grup menyiratkan harapan gelar juara akan datang tidak lama lagi. Tetapi generasi baru sepak bola Singapura yang sedang merekah plus pemain naturalisasi asal Afrika menjadi penjegal Timnas Indonesia dalam final ketiga Piala AFF.
Piala AFF 2007
Tiga kali beruntun menjadi runner up menambah rasa penasaran Timnas Indonesia ketika tampil di Piala AFF 2007 yang digelar pada awal tahun.
Kemenangan 3-1 atas Laos di laga pembuka yang semula dianggap sebuah awal apik, ternyata belakangan diketahui bukan start moncer.
Laos yang menjadi lumbung gol di Grup B menderita kekalahan amat telak dari dua rival Indonesia. Singapura mencukur Laos 11-0 dan Vietnam menggunduli Laos 9-0. Kemenangan besar atas Laos menjadi penentu kelolosan Singapura dan Vietnam ke semifinal. Sementara duel Indonesia dan Vietnam berakhir 1-1, dan laga antara Indonesia dan Singapura berkesudahan 2-2.
 Budi Sudarsono (tengah) gagal mengantar Timnas Indonesia melaju ke babak grup pada Piala AFF 2007. (REUTERS/Crack Palinggi) |
Pada klasemen Grup B, Singapura, Vietnam, dan Indonesia sama-sama mengoleksi lima poin. Singapura berhak menjadi juara grup berkat produktivitas gol 13 berbanding kebobolan dua gol. Vietnam menyusul dengan sepuluh gol dan dibobol satu kali.
"Secara hasil keseluruhan kita tidak lolos tapi secara permainan kita cukup baik dan memang sedikit kurang beruntung karena harus beradu selisih gol dengan Vietnam dan Singapura," terang Atep yang menjalani debut di Timnas Indonesia pada Piala AFF 2007.
Indonesia untuk kali pertama gagal menembus fase grup.
Piala AFF 2008
Tidak ada yang begitu menonjol di Timnas Indonesia ketika tampil di Piala AFF 2008. Kemenangan-kemenangan dengan skor meyakinkan dikantongi anak asuh Benny Dollo ketika bertemu tim yang relatif lemah.
Menang 3-0 atas Myanmar dan 4-0 atas Kamboja sudah mengantarkan Charis Yulianto cs ke fase empat besar. Dalam laga terakhir yang menentukan perebutan juara grup, Indonesia menelan kekalahan 0-2 dari Singapura.
 Benny Dollo menjadi pelatih Timnas Indonesia pada Piala AFF 2008. (Ari Bowo Sucipto) |
Kekalahan dari Singapura yang sedang berada dalam
peak performance bersama pasukan naturalisasi dan generasi lokal terbaik membuat Timnas Indonesia berhadapan dengan Thailand di semifinal.
Kalah 0-1 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Nova Arianto sempat memunculkan semangat bangkit lewat gol cepat ketika menjalani laga semifinal kedua di Stadion Rajamangala. Namun dua gol Thailand di babak kedua menyudahi asa dan semangat sang spesialis runner up.
"Lawan Thailand di awal ada rasa kurang percaya diri tapi di jalannya pertandingan kita merasa, 'oh ternyata kita bisa'. Jadi pemain merasa enjoy ketika bertanding. Tapi memang ada tekanan lebih besar di kandang lawan. Faktor tuan rumah juga pengaruh," kata Nova Arianto yang menjadi salah satu bek tengah ketika itu.
Piala AFF 2010
Naturalisasi menjadi headline edisi kedelapan Piala AFF, khususnya bagi Timnas Indonesia. Setelah Singapura memperkenalkan cara ‘adopsi’ pemain-pemain asing, Indonesia dan Filipina latah mengikuti langkah serupa. Cristian Gonzales menjadi pemain naturalisasi yang dipercaya menjadi anggota skuat Garuda. Selain itu ada anak muda yang mengenyam didikan sepak bola asing bernama Irfan Bachdim.
Kembali berlaga di Stadion Utama Gelora Bung Karno sejak laga penyisihan grup, membuat Timnas Indonesia seperti 'tidak ada obatnya'. Kemenangan 5-1 atas Malaysia di laga pembuka meluapkan optimisme. Kemenangan 6-0 atas Laos dan 2-1 atas Thailand kemudian menyuguhkan keyakinan bahwa tahun 2010 adalah saat yang ditunggu-tunggu untuk pesta bersama Timnas Indonesia.
 Irfan Bachdim menembus skuat utama Timnas Indonesia Piala AFF 2010. (AFP PHOTO / ADEK BERRY) |
Kekuatan asing yang mentransformasi Filipina juga tidak mampu menghentikan derap anak asuh Alfred Riedl. Kemenangan tipis dalam dua laga semifinal di SUGBK melanggengkan langkah Timnas Indonesia ke final untuk kali keempat.
Di babak final lawan Malaysia, tim yang sempat yang dikalahkan 5-1 di fase grup telah berubah. Malaysia melakukan balas dendam yang manis di Stadion Nasional Bukit Jalil. Skor 3-0 di leg pertama hanya bisa dibalas kemenangan 2-1 di SUGBK.
Menurut Ahmad Bustomi, kekalahan dari Malaysia tidak terlepas dari pembenahan permainan yang dilakukan Harimau Malaya.
"Percaya diri [setelah kemenangan 5-1 di fase grup] pasti, tapi waktu itu kita tahu Malaysia di final adalah Malaysia yang beda. Setelah kalah di penyisihan, perkembangan Malaysia bagus. Mereka ada peningkatan secara tim," ucap Bustomi.
Piala AFF 2012
Sepak bola Indonesia memasuki masa kelam. Timnas Indonesia pun mendapat imbas yang dahsyat. Dualisme tidak hanya terjadi di federasi, tetapi juga di lapangan. Dua kesebelasan bernama Timnas Indonesia benar-benar nyata.
Skuat yang diperkuat mayoritas pemain yang berlaga di Liga Primer Indonesia beserta Bambang Pamungkas dan empat pemain dari liga luar negeri menjadi andalan.
 Andik Vermansah menjadi salah satu pencetak gol Timnas Indonesia di Piala AFF 2012. (REUTERS/Ahim Rani) |
Seri dengan Laos menjadi pembuka langkah Andik Vermansah dan rekan-rekan. Kemenangan atas Singapura menjadi penampilan terbaik sebelum kalah 0-2 dari Malaysia dan pulang lantaran gagal masuk semifinal.
"Suasana terbelah dua ada yang pro La Nyala ada yang pro Johar Arifin, tapi tim ini kan terbentuk secara hati yang mau membela Indonesia. Jadi kita jalan saja walau secara keuangan kan waktu itu tersendat-sendat, mau berangkat saja uang ga ada. Tapi akhirnya kita bisa berangkat. Dalam situasi itu kita tetap maksimal lawan laos, Singapura, Malaysia," cerita Nil Maizar yang kala itu menjadi juru taktik.
Piala AFF 2014
Setelah dualisme sepak bola reda, Timnas Indonesia kembali tampil dengan kekuatan penuh di Piala AFF 2014. Akan tetapi hasil yang didapat tidak berbeda jauh dengan edisi dua tahun sebelumnya.
Tim yang kembali ditangani Riedl selamat dari kekalahan melawan Vietnam berkat gol yang cukup beruntung dari Samsul Arif dan laga berakhir dengan skor 2-2.
 Evan Dimas mencetak gol di level senior ketika tampil di Piala AFF 2014. (REUTERS/Kham) |
Sejarah tanpa kalah atas Filipina musnah dalam Piala AFF kali ini. Tidak tanggung-tanggung Azkals mencabik Garuda dengan skor telak empat gol tanpa balas. Sebuah kekalahan yang memperberat langkah dan lebih berat lagi sebagai memori kelam.
Kemenangan 5-1 atas Laos tidak berarti apa-apa bagi tim yang harus pulang cepat dan memendam impian meraih kejayaan di lain waktu.
Piala AFF 2016
Hasil minor dalam edisi sebelumnya dan kembalinya Alfred Riedl sebagai pelatih pada pertengahan tahun tidak terlalu mendapat sambutan antusias.
Pertandingan pertama di Piala AFF edisi ke-11 juga tidak meninggalkan kesan lantaran dibungkam Thailand 2-4. Laga kedua menghadapi Filipina berakhir satu poin lantaran skor akhir 2-2.
Laga ketiga menghadapi Singapura menjadi penentu langkah. Ketertinggalan 0-1 di babak pertama berhasil dikejar dan dibalap berkat gol Andik Vermansah dan Stefano Lilipaly. Kekalahan Filipina dari Thailand turut memperlancar jalan Timnas Indonesia.
 Timnas Indonesia tampil di Stadion Pakansari pada semifinal Piala AFF 2016. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono) |
Sepak bola pasif ala Riedl menjadi andalan untuk melewati Vietnam di babak semifinal. Menumpuk pemain dan mencolong kesempatan lewat serangan balik cepat jadi andalan untuk membukukan skor 2-1 dan 2-2 dalam laga kandang dan tandang.
Harapan meraih gelar kembali mengganggu pikiran fan Timnas Indonesia setelah kemenangan 2-1 diraih Boaz Solossa dan kawan-kawan di Pakansari. Tiga hari kemudian dua gol Siroch Chatthong ke gawang Kurnia Meiga di Stadion Rajamangala membuat Indonesia sebagai negara paling banyak meraih gelar runner up untuk kali kelima di Piala AFF.