Jakarta, CNN Indonesia --
Arsenal berpeluang memperkecil jarak dengan
Chelsea yang berada satu tingkat di atas mereka pada pertemuan dua tim itu di
Liga Primer Inggris pekan ke-23 di Stadion Emirates, Sabtu (19/1) malam waktu setempat.
The Gunners saat ini berada di peringkat kelima dengan 41 poin atau selisih enam poin dari Chelsea yang ada di peringkat keempat.
Jika skuat arahan Unai Emery berhasil mengalahkan The Blues, Arsenal bisa memangkas selesih menjadi tiga poin. Namun, target tiga poin dengan mengalahkan skuat arahan Maurizio Sarri tampaknya bukan tugas enteng bagi mereka.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pasalnya, Arsenal belum bisa keluar dari performa labil mereka musim ini. Dalam lima laga beruntun di seluruh kompetisi domestik, tim Meriam London hanya meraih dua kemenangan. Sisanya adalah sekali imbang dan dua kali tumbang.
Pada laga pekan lalu melawan West Ham United di Liga Primer Inggris, Pierre Emerick-Aubameyang kalah 0-1. Padahal di dua laga sebelumnya termasuk di Piala FA, Arsenal berhasil meraih kemenangan atas Blackpool (3-0), dan Fulham (4-1).
 Unai Emery tengah kesulitan mengangkat performa Arsenal. (Reuters/John Sibley) |
Anehnya, Arsenal sama sekali tanpa diperkuat gelandang asal Jerman, Mesut Oezil, dalam empat laga beruntun tersebut. Padahal, Oezil sendiri sudah pulih setelah mengalami cedera di awal-awal musim.
Terakhir kali ia dimainkan Emery pada laga Arsenal melawan Brighton & Holve Albion sebagai starter. Namun, ia hanya dimainkan selama 46 menit, kemudian digantikan Alex Iwobi.
Setelah itu, Emery tak lagi memainkan Oezil selamat empat laga berikutnya. Padahal, Arsenal biasa memainkan pemain berkarakter play-maker macam Oezil saat masih ditangani Arsene Wenger.
 Mesut Oezil kurang mendapatkan kepercayaan dari Unai Emery. (Reuters/John Sibley) |
Dasar keputusan tak menyertakan Oezil tentu hanya ada di kepala Emery. Namun jika melihat gaya dan skema permainan yang diterapkan pelatih asal Spanyol itu, ada sedikit petunjuk untuk bisa menerka pemikirannya itu.
Bisa diasumsikan bahwa karakter Oezil masih mentok dengan skema Emery jika melihat pilihan pola permainan mantan pelatih Paris Saint Germain tersebut. Pelatih 47 tahun itu biasa menerapkan skema permainan 3-4-3.
Dari pola itu tercermin rencana permainan yang diinginkan Emery. The Gunners diharapkannya mampu membuat permainan dinamis di lini depan dengan trio penyerang, plus serangan sayap dari dua bek sayapnya.
Di sisi kiri ada Sead Kolasinac, sedangkan di kanan ada Hector Bellerin yang menjadi andalannya. Dengan formasi itu, ia menerapkan dua gelandang jangkar. Di posisi itu ada nama-nama seperti Granit Xhaka, Lucas Torreira, atau mantan gelandang Lorient, Matteo Guendouzi.
Sementara di posisi trisula depan, pilihannya ada nama-nama macam Pierre Emerick-Aubameyang, Alexandre Lacazette, Oezil, Alex Iwobi, atau Dany Welbeck.
 Chelsea berusaha memanfaatkan kondisi Arsenal yang kurang bagus saat ini. (REUTERS/Matthew Childs) |
Nama terakhir belum bisa dimainkan Emery karena masih mengalami cedera. Sedangkan Emery belakangan lebih banyak memilih Iwobi dan meminggirkan Oezil.
Iwobi memang memiliki gaya permainan yang berbeda meski sama-sama sebagai penyerang. Penyerang asal Nigeria itu sebenarnya memiliki peran utama sebagai penyerang sayap ketimbang Oezil yang banyak beroperasi di tengah.
Iwobi juga bermain jauh lebih ngotot dan cepat untuk melakukan penetrasi untuk membongkar pertahanan lawan. Gaya permainan itu pula yang tampaknya diinginkan Emery dengan membangun serangan yang sangat dinamis dan lebih fleksibel di tiga lini depan.
Berbeda dengan Oezil, ia lebih banyak mengolah bola dari lini tengah dan lebih banyak melepas umpan ketimbang lebih berani menyelinap cepat ke dalam.
Kurangnya kedalaman ini pula yang sepertinya bukan kriteria permainan yang diharapkan Emery. Oezil saat ini hanya tercatat tampil 981 menit atau 12 kali dalam 22 laga Arsenal di Liga Primer Inggris sejauh ini.
Pergerakan Oezil yang mulai melambat juga tampaknya membuat ia terpinggirkan. Situasi itu memang bisa sedikit memecahkan masalah di lini depan.
Setidaknya Arsenal sudah mencetak 46 gol dibandingkan lawannya nanti, Chelsea, yang baru menorehkan 40 gol. Namun, kemampuan bertahan The Gunners benar-benar anjlok.
Mereka sudah kebobolan 32 gol atau catatan kemasukan terbanyak dibandingkan tim-tim lainnya di posisi lima besar kompetisi kasta tertinggi di Inggris. Kondisi itu berkebalikan dari The Blues yang baru kebobolan 17 gol dalam 22 laga sejauh ini.
Meski bermain dengan gaya Sarriball atau Tiki-taka versi Sarri, Chelsea mampu menjaga kesolidan dalam bertahan. Selain itu, The Blues justru kalah produktif dari Arsenal.
Krisis produktivitas gol di lini depan, terutama di posisi striker, menjadi kendala tersendiri bagi Pasukan Biru sejauh ini.
Meski demikian, Sarri adalah ahlinya dalam menerapkan strategi perangkap untuk memanfaatkan sekecil apapun kesalahan lawan dalam mengorganisasi pertahanan.
Emery tentu paham betul ketika timnya kebobolan tiga gol dari Chelsea pada pertemuan pertama Liga Primer Inggris musim ini. Mereka akhirnya kalah 2-3 di Stadion Stamford Bridge, 18 Agustus 2018.
Saat itu Oezil dimainkan sebagai starter. Arsenal pun keteteran menghadapi permainan sangat dinamis The Blues di semua lini.
Berkaca dari kekalahan itu pula, Oezil kemungkinan kembali diparkir pada pertemuan kedua lawan Chelsa di Liga Inggris.
(ptr)