Minggu (13/1) sekitar pukul 10 saya ditelepon manajemen Persib. Ini adalah komunikasi pertama dengan manajemen karena setelah pertandingan terakhir melawan Barito Putera hampir tidak ada kejelasan mengenai nasib saya, apakah berlanjut atau tidak.
Tiba-tiba telepon itu berisi pesan, saya tidak masuk skema tim 2019. Bagi saya ini risiko pekerjaan. Tapi saya masih mempertanyakan mengapa caranya harus lewat telepon. Saya bukan pemain baru. Saya sudah merasakan pahit dan manis bersama Maung Bandung.
Saya bukannya ingin diperlakukan spesial, tapi semoga manajemen tidak memperlakukan pemain seperti itu lagi pada masa depan. Sebagai pemain saya ingin keluar baik-baik dan pamit. Saya sendiri memutuskan ke mess Persib pada Senin (14/1) dan pamit ke teman-teman.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saya menerima keputusan manajemen walau sedih juga karena harus berpisah dengan orang-orang yang anggap seperti keluarga besar. Mungkin ini keputusan yang terbaik untuk kebaikan tim.
Selepas telepon itu, rutinitas saya pun berubah. Yang biasanya berlatih bersama tim setelah mengantar anak-anak ke sekolah, kini kebiasaan itu berubah. Tidak belok ke stadion lagi, tapi langsung ke rumah.
Suasana hati saya masih belum menentu untuk memastikan masa depan, entah itu bermain, melatih, atau membuka bisnis. Saya juga berdiskusi dengan istri yang juga masih merasa sedih. Memang ada tawaran dari klub lain tapi saya belum memutuskan karena saya masih identik dengan Bandung.
Walau sudah tidak berseragam Persib, saya akan terus mengikuti perkembangan Persib. Bobotoh juga ingin juara, dan manajemen sudah mengikuti apa yang diinginkan pelatih. Mudah-mudahan bisa juara lagi.