Masalah Darah Tinggi dan Keluar dari PBSIPada 2009 dalam sebuah sesi latihan lari di Mabes TNI Cilangkap saya pingsan. Ternyata saya sakit hipertensi. Karena hal tersebut, saya mengundurkan diri dari pelatnas PBSI. Hendra pun ikut keluar untuk bermain profesional. Saya tidak kepikiran apa yang akan saya lakukan bila saat itu Hendra tidak mau keluar pelatnas karena waktu itu Hendra langsung bilang mau.
 Markis Kido saat berpasangan dengan Hendra Setiawan ketika merintis karier profesional di luar pelatnas. (MIGUEL MEDINA / AFP) |
Latihan sendiri agak susah karena kami kurang lawan
sparring dan lawan latih tanding. Kami bisa bertahan hingga juara Asian Games karena mental masih ada.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Setelah itu permainan saya sudah banyak menurun. Jelang Olimpiade, posisi saya dan Hendra tidak masuk dalam ranking untuk syarat lolos kualifikasi.
Jika lolos ke Olimpiade 2008 saya berhasil jadi unggulan pertama, maka untuk lolos ke 2012 syaratnya harus begini-begitu. Beberapa bulan jelang Olimpiade, saya memang tidak bisa bermain di India Terbuka. Sudah sejak jauh hari, istri saya meminta saya ada saat dia lahiran.
Lagipula saat itu syarat untuk lolos ke Olimpiade ada banyak. Saya harus masuk semifinal dan dengan syarat pebulutangkis lainnya gagal. Seharusnya memang jika saya ingin lolos saya harus lebih cepat memastikan lolos ke London sebelum turnamen di India tersebut.
Setelah gagal lolos ke Olimpiade, saya dan Hendra juara di Singapura Terbuka. Sehabis juara di Singapura, Hendra berkata dia ditawari PBSI untuk kembali. Saat itu kami berbicara saat benar-benar baru turun podium.
 Markis Kido ketika berduet dengan Marcus Fernaldi Gideon. (CARL COURT / AFP) |
Saya bilang 'ya udah, ga masalah. Oke saja.' Tak ada rasa kesal dengan keputusan itu karena kami memang sudah saling kenal dan lama berpasangan. Saya kemudian pasangan dengan Pia Zebadiah dengan dukungan dari Jaya Raya. Hasilnya lumayan karena bisa masuk 10 besar.
Namun kemudian saya disuruh cari partner untuk ganda putra karena aslinya saya adalah pemain ganda putra. Lalu saya dengar Marcus Gideon keluar dari pelatnas. Smashnya dia ada, jadi akan sangat membantu saya. Mainnya Marcus saat itu masih kacau, tetapi semangat dan power-nya ada.
Saya ajak dia dan Jaya Raya setuju. Tiga bulan pasangan, kami juara di Prancis setelah awal turnamen lewat babak kualifikasi. Intinya ada keberuntungan dan kerja keras di balik itu. Makin lama berpasangan dengan Marcus, permainan saya kembali menurun. Sakit di pinggang mulai terasa. Terus kemudian saya bilang ke Sinyo 'sudah cukuplah'.
Pinggang saya sakit melulu. Dia sempat galau juga setelah saya minta untuk cari yang lain. Namun saat itu kondisinya Marcus sudah percaya diri meski ia belum tahu harus pasangan dengan siapa setelah itu.
Banyak kenangan selama berkarier, termasuk juara Olimpiade. Bagaimana bisa lupa, kadang sudah lupa, diingatkan lagi sama instagram. Hahaha. Sedangkan penyesalan terbesar dalam karier saya adalah tidak juara All England. Beberapa kali saya tak ikut All England karena sakit dan tidak dalam kondisi terbaik.
Jika disimpulkan karier saya di bulutangkis bisa berjalan tak sepenuhnya berdasarkan bakat. Karena postur saya kurang mendukung, saya juga harus kerja keras.
(ptr/jun)